matamaduranews.com-Tiga ratus tahun sepeninggal Nabi Muhammad Saw, perilaku para salik (pengamal ajaran tasawuf) mulai diformalkan dalam bentuk pakaian dan organisasi tertentu.
Masyarakat muslim periode awal hanya mendapatkan anjuran untuk hidup zuhud di dunia dan mengutamakan kehidupan akhirat dari ayat-ayat al-Qur’an serta mencontoh kehidupan Nabi Muhammad Saw.
Dari perilaku, etika, moral, dan pandangan hidup sebagian besar umat Islam generasi awal dapat dikatakan berprilaku sufisme. Meskipun penyematan nama sufi datang belakangan. Secara de facto laku sufi sudah dipraktikkan oleh umat Islam sejak awal mula kemunculannya.
Pengamal tasawuf seperti digambarkan Abu Nasr dalam al-luma‘ memang berlangsung sejak Nabi Saw dan para sahabat Nabi serta generasi awal setelah sahabat (tabi’in).
Para sahabat dan tabi’in telah menitikberatkan pada praktek nilai-nilai substansi ajaran daripada simbol-simbol atau nama-nama dalam kehidupan keseharian. Seperti, hidup sederhana walau memiliki kekayaan harta tapi tidak mencintai. Memperbanyak dzikir kepada Allah Swt dan memperbanyak amalan ibadah sunnah selain ibadah wajib.
Abu al-Hasan Busanji menyebut kehidupan sufi yang hidup di zaman Sahabat Nabi Saw dan tabi’in tanpa identitas atau simbol. Tapi secara kualitas dapat dibanggakan.
Ali ibnu Utsman Al-Hujwiri (w.456/1064) dalam Kasyf al-Mahjub menggambarkan praktek aktualisasi nilai-nilai substansi Islam itu berlangsung hingga masa para sahabat Nabi dan generasi awal setelahnya (tabi’in).
Praktik tersebut dilakukan tanpa terpaku pada simbol-simbol, tanpa nama organisasi sufi. Gerakan ibadahnya bersifat individu.
Pasca Nabi Saw wafat, benih kebangkitan gerakan spritualitas (kehidupan ukhrawi) bermunculan di sejumlah kota. Seperti Madinah, Bashra, Kufah, Damaskus, Kairo, Baghdad, termasuk di daerah gurun pasir di Arabia, Sinai, hingga Mesopotamia dan Khurasan (Persia) yang menjadi pusat gerakan para ‘pencari’ (salik)Allah Swt.
Sufi Era Tabi’in; Hasan al Bashri
Hasan al Bashri, salah satu tokoh Sufi dari golongan tabi’in yang memiliki kecerdasan dan kepandaian di dalam ilmu agama.
Beliau lahir pada tahun 21 H (641 M) di Madinah, tepat dua hari sebelum Khalifah Umar bin Khattab meninggal. Beliau sempat bertemu dengan 70 sahabat Nabi Saw yang turut menyaksikan perang Badar dan 300 orang sahabat Nabi Saw lainnya. Beliau wafat pada hari Kamis bulan Rajab tanggal 10 tahun 110 H (728 M).
Hasan al Bashri disebut oleh para peneliti tasawuf merupakan seorang tokoh sufi awal yang meletakkan ilmu dasar tasawuf. Pemikirannya tentang ilmu tasawuf menjadi referensi oleh para sufi sesudahnya. Terutama di daerah Masjid Bashrah.
Selain Hasan al Bashri (21 H/641 M), ada Rabiah al-Adawiyah (96 H) sebagai Sufi perempuan yang memperkenalkan ajaran mahabbatullah (cinta Ilahi) sebagai etape meraih Nur Ilahi.
Konsep mahabbatullah yang dicetuskan Rabi’ah banyak menekankan pada totalitas pengabdian kepada sang khalik (Allah Swt) sebagai penguasa alam.
Nilai pengabdian cinta Rabi’ah diungkap dalam untaian doa-doa dan kata cinta yang penuh makna dan hakikat dari sekadar kata cinta lisan.
Konsep mahabbatullah, ia praktekkan dalam kehidupan sehari-hari dengan sabar dan ikhlas menjalani kehidupan dunawi yang penuh tipu daya dan senda gurau.
Selain dua sosok Sufi awal di atas, ada Malik bin Dinar (w.131 H) yang juga santri sahabat Nabi Saw, Anas bin Malik dan Hasan al Bashri. Malik dikenal sosok yang kuat menghindar dari kesenangan duniawi.
Berulangkali ia dirayu untuk menikmati kesenangan duniawi tapi berhasil ditolak. Keberpalingan kehidupan duniawi Malik bin Dinar setelah tobat dari kebiasaan mabuk-mabukan dan berguru ke Anas bin Malik dan Hasan al Bashri.
Juga ada Bisyr bin Harits, lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 150 Hijriah/767 Masehi dan wafat di kota Baghdad tahun 227 H/841 M. Beliau lari dari kehidupan hedonisme setelah mendengar suara yang menyebut tulisan bismillahirrahmanirrahim. Sebelumnya,tulisan itu disimpan dalam saku bajunya.
Selain itu ada Dzun An-nun al-Mishri yang lahir di Akhmim, sebuah kota kuno di tepi timur Sungai Nil dan dataran tinggi di Mesir, pada tahun 796 M (180 H). Dan meninggal pada tahun 245 H/856 M di Mesir.
Beliau yang memperkenalkan kali pertama konsep makrifatullah musyahadah qalbiyah(penyaksian hati).
Pada pada abad III dan IV hijriah, baru dimulai kajian-kajian tasawuf falsafi. Obyek, metode dan tujuan tasawuf mulai terpisah dari kajian ilmu fiqh.
Redaksi