Menuju Kangean, Perjalanan Laut Tanpa Ombak

Syakur dari Desa Pandeman dan Zairul dari Desa Kalikatak, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean terlihat asyik bercanda. Seakan ingin menikmati pelayaran yang tanpa deburan ombak. (matamadura.hadi)

matamaduranews.com-SUMENEP-Rombongan Gus Acing dan Mas Kiai harap-harap cemas.

Rabu pagi (26/8/2020). Terdengar perahu rakyat rute Pagerungan Besar menuju Pagerungan Kecil tenggelam.

KM Obama yang membawa penumpang tenggelam di Perairat Laut Pagerungan Besar Kecamatan Sapeken, Sumenep.

Rombongan Gus Acing-Mas Kiai mulai was-was untuk hadir di acara deklarasi dan doa bersama untuk kemenangan Gus Acing-Mas Kiai (Paslon Fattah Jasin-Kiai Ali Fikri di Pilkada Sumenep).

Tapi, jadwal pelayaran KMP Munggiyangu Hulalo rute Kalianget-Pulau Kangean tetap berlangsung.

Rabu, jam 12.35 WIB. KMP Munggiyangu Hulalo lepas jangkar dari Pelabuhan Kalianget.

Beberapa menit kemudian mulai terasa ada gelombang kecil.

Percikan gelombang terus berlanjut hingga lepas perairan Giliyang-Pulau Sapudi.

Kaca kamar lantai 2 kena percikan air laut. Beberapa menit kemudian, kapal berjalan normal.

Penumpang kaget. Tidak ada getaran ombak. Mereka seperti duduk di teras rumah.

Di tengah obrolan santai, ada penumpang yang guyon.

“Ini kok berhenti kapalnya. Tak ada gelombang. Kalau tadi kok besar gelombangnya,” celetuk Hadi, penumpang rombongan Gus Acing-Mas Kiai yang ikut pelayaran.

“Ya..ini masih istirahat ombaknya,” jawab Oong-wartawan Radar Bangsa yang menyertai rombongan.

“Wah…ini seperti di warung kopi. Ayo ngopi,” sahut Suudin, delegasi DPC PKB Sumenep.

Jam sekitar 16.05 WIB. Cuaca laut memang bersahabat.

Terlihat tinggi ombak tak sampai 1 meter. Karena KMP Munggiyangu Hulalo begitu besar. Ombak di bawah 1 meter tak ada goyangan.

Itu terjadi saat berada di sisi barat Pulau Sapudi terus melewati perairan Guwa-Guwa Pulau Raas.

Penumpang terasa nyaman. Menikmati perjalanan laut seakan ada di warung pinggir pantai.

Duduk santai di samping kapal. Sambil menikmati sunset dan birunya-laut yang menari-nari tanpa deburan ombak yang memutih.

Canda tawa sambil nyeruput kopi. Di tangan kanan memegang sebatang rokok.

Tepat jam 17.33 WIB. Matahari sudah tenggelam. Mesin kapal berderu. Tapi canda tawa penumpang menghilangkan kebisingan.

Seperti yang dialami Syakur dari Desa Pandeman dan Zairul dari Desa Kalikatak, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean.

Keduanya terlihat asyik bercanda. Seakan ingin menikmati pelayaran yang tanpa deburan ombak.

Zairul dan Syakur bersama 10 orang rombongan menaiki KMP Munggiyangu Hulalo. Mereka bersama rombongan bercerita setelah menghadiri dari acara Haul KH Zainul Arifin, Sumber Kenek, Bondowoso.

Tepat jam 18.05 Wib, goyangan mulai terasa. Perjalanan KMP Munggiyangu Hulalo hendak memasuki laut bebas. Menuju Pelabuhan Batu Guluk, Pulau Kangean.

“Sekitar 2 jam lagi, kapal akan sandar,” terang Pi’i-pria asal Kangean yang ikut menyahut.

Hadi, Mata Madura

Exit mobile version