matamaduranews.com–SUMENEP-Warga Pulau Masalembu, Sumenep, Madura, lagi resah. Sebab, mesin PLTD yang biasa menyalurkan energi listrik untuk menerangi rumah-rumah warga kini tak lagi berfungsi.
Manager PLTD Masalembu, Taufiqurrahman saat dihubungi Mata Madura, mengaku tak tahu penyebab mesin induk PLTD yang mati seketika.
Taufiq mengaku sudah melakukan pengecekan dan berupaya diperbaiki. Namun, mesin tetap belum bisa menyala.
Akibat kerusakan mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) itu, secara otomatis 600 pelanggan yang tergantung aliran listrik PLTD tak bisa menikmati penerangan lampu saat malam hari.
Informasi yang dihimpun Mata Madura, kondisi listrik di Pulau Masalembu sering padam terjadi sejak awal Januari 2021.
“Listrik tak normal, pak. Kadang nyala. Kadang mati. Nyalanya saja lima jam,” ucap B-inisial, pelanggan Desa Masalima ini kepada Mata Madura.
Nah..Sejak Jumat 15 Januari 2021, aliran listrik dari PLTD padam total. Tak ada penerangan. Kecuali inisiatif sendiri warga menyalakan mesin diesel untuk bisa menikmati aliran listrik.
Taufik menduga, penyebab mesin PLTD mati akibat tak mampu menampung beban listrik.
“Untuk solusinya, butuh mesin pembantu. Sehingga ketika ada mesin bermasalah, mesin cadangan bisa digunakan untuk mengaliri listrik,†jelas Taufik, Sabtu 16 Januari 2021.
Sementara, Koperlindo sebagai pengelola PLTD Masalembu, Sumenep, secara bulat menyatakan mundur sebagai pengelola PLTD Masalembu.
Terhitung awal Februari 2021, PLTD Masalembu tak lagi dikelola Koperlindo.
Hairul Anwar, Ketua Koperlindo (koprerasi energi dan ketenaga listrikan) mengaku sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Pemkab Sumenep sebagai pengelola PLTD Masalembu.
“Surat saya ajukan pada hari Rabu 7 Januari 2021. Surat pengunduran diri sebagai pengelola PLTD Masalembu. Praktis awal Februari 2021, kami (Koperlindo, red) bukan lagi pengelola listrik di Masalembu,†terang Hairul kepada Mata Madura, Selasa sore (12/1/2021).
Hairul mundur sebagai pengelola PLTD Masalembu karena sudah batas waktu kontrak dengan Pemkab Sumenep telah habis per awal Februari 2021.
Hairul juga mengaku lelah mengelola PLTD Masalembu selama 5 tahun. Tiap bulan Hairul harus memberi subsidi untuk menormalkan mesin, pembelian solar dan jaringan sekitar Rp 110 juta per bulan.
“Tiap bulan kita subsidi untuk kepentingan masyarakat agar bisa menikmati aliran listrik dari PLTD Masalembu. Ini namanya saya ngabdi untuk warga kepulauan Masalembu,†paparnya.
Hairul menjelaskan, untuk menghidupkan mesin PLTD menggunakan solar industri dengan harga Rp 9.800 per liter.
Sedangkan untuk menghidupi per KWH di PLTD Masalembu memerlukan solar 0,58 – 0,72 liter atau setara Rp 4.800. Sehingga minus Rp 550 per KWH.
“Kekurangan itu saya subsidi solar itu, saya subsidi angkutan dan jaringan listrik. Sewaktu-waktu perbaiki mesin rusak,” tambah Ketua Kadin Sumenep ini.
PLTD Masalembu mulai dikelola Hairul sejak 2016 melalui Koperasi Energi dan Ketenaga Listrikan Indonesia (Koperlindo) Jatim.
Awal mula ia ngelola PLTD Masalembu setelah diminta bantuan oleh Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim.
Ketika itu, warga Pulau Masalembu mengalami krisis listrik berkepanjangan akibat mesin diesel rusak dan lama mangkrak. Sehingga banyak warga Masalembu wadul ke Bupati Sumenep.
Bupati Kiai Busyro menunjuk Hairul bukan tanpa dasar. Sebagai Ketua Asosiasi Kontraktor Ketenaga Listrikan Indonesia (AKLINDO) di Sumenep, Hairul melalui jaringan bisnisnya-selalu mendapat kepercayaan Pemkab Sumenep untuk menangani program-program kelistrikan di wilayah Sumenep.
Ada 600 pelanggan yang dialiri PLTD Masalembu. Hairul bercerita, kerugian ngelola PLTD Masalembu, dipengaruhi banyak faktor.
Salah satunya adalah harga tarif listrik mengacu tarif yang telah ditentukan Pemkab Sumenep, di bawah biaya produksi. Ditambah, kesulitan pengiriman solar non subsidi ke pulau yang berjarak 112 mil dari pelabuhan Kalianget.
“Saya tulus ngelola PLTD Masalembu yang merugi demi warga Masalembu dan pemerintahan Sumenep karena diminta tolong oleh Bupati Kiai Busyro,” pungkasnya.
Ibad, Mata Madura