Lalu apa isi telepon panik PC ke Irjen FS pada 17.11? Ini yang harus ditelusuri lagi. Jika kemungkinan terjadi pelecehan bisa dieliminir, maka kemungkinannya dua:
PC melihat Brigadir J sudah tewas tertelungkup bersimbah darah di rumah dinas (mengindikasikan Brigadir J dieksekusi entah oleh siapa, tapi tidak mungkin oleh Bharada E. karena katanya Bharada E bersama PC saat masuk rumah)
PC di dalam kamar tiba-tiba mendengar suara tembakan yang membunuh Brigadir J (mengindikasikan bahwa Brigadir J dieksekusi dengan sangat cepat, jika dia benar ikut rombongan PC)
Soal penyiksaan?
Jika yang terjadi adalah kemungkinan kedua (yang PC mendengar suara tembakan), maka tidak ada penyiksaan. Langsung eksekusi begitu saja. Pembunuhan berencana. Karena waktunya hanya 2 menit 40 detik.
Jika yang terjadi adalah kemungkinan pertama (PC datang dan melihat Brigadir J sudah tergeletak menjadi mayat), maka kemungkinan Brigadir J dibunuh dan kemungkinan bisa disiksa dalam rentang 82 menit itu.
Sayangnya, sampai di sini bukti petunjuk CCTV yang ada membawa kronologi. Inilah kenapa rusaknya CCTV di rumah dinas, pos sekuriti, hingga tetangga sebelah menjadi sebuah kejanggalan. Apalagi, rusaknya setelah diamankan entah provos, entah tim olah TKP Polrestro Jaksel. Maka, seharusnya ada penyelidikan tersendiri kepada tim Div Propam atau Polres Jaksel mengenai penanganan TKP yang sembrono, yang sebenarnya lebih terindikasi sebagai penghilangan barang bukti.
Irjen FS adalah reserse kawakan, dan dengan jabatannya, dia tentu sangat menguasai teknik olah TKP dan prosedurnya. Maka, nyaris mustahil dia melakukan olah TKP pertama dengan sesembrono ini.