matamaduranews.com-Nanik S. Deyang. Lahir di Madiun, 3 Januari 1968. Lulusan Fakultas Hukum Unair. Hijrah ke Jakarta. Jadi wartawan. Jadi Pemred di sejumlah media Grup Kompas Gramedia.
Nama Nanik lama tenggelam. Kini muncul lagi. Viral. Lewat satu tulisan: “Oh… Noel.”
Tulisan itu bukan sekadar curhat. Tapi juga pengingat. Tentang luka lama 2019. Saat Ratna Sarumpaet bikin gaduh. Saat itu, Prabowo diseret-seret untuk ditangkap.
Siapa yang mendesak? Noel. Waktu itu, Noel jadi Ketua Jokowi Mania. Yang melaporkan Nanik, Prabowo, dan lainnya ke Mabes Polri.
Nanik ditarik ke ruang-ruang polisi. Berjam-jam interogasi. Satu kali sampai 13 jam. Targetnya jelas: agar Nanik jadi tersangka.
Laporan Noel, berdampak besar. Suaminya mundur dari pekerjaan mapan. Ibunya kena stroke. Anaknya terhambat masuk Akmil. Keluarganya berantakan.
Prabowo juga hampir dijemput paksa dari Hambalang. Itu gegara laporan Noel.
Waktu terus berjalan. Prabowo tidak tumbng. Justru naik. Jadi presiden. Nanik pun ikut. Diberi amanah. Dari yayasan pengentasan kemiskinan. Lalu ke badan percepatan. Hingga akhirnya Juni 2025: jadi Komisaris Independen Pertamina.
Lalu Noel. Yang dulu begitu keras. Agustus 2025, kena OTT KPK. Suap miliaran di Kementerian Tenaga Kerja. Koleksi mobil mewah jadi sorotan.
Di situlah Nanik menulis lagi. Dengan gaya lamanya: tajam, sarkastis. “Karma tak pernah salah alamat,” tulisnya.
Dalam tulisan itu, Nanik mengaku heran. Bagaimana mungkin Prabowo mengangkat orang yang pernah menyakitinya. “Apa Pak Prabowo sudah berubah jadi malaikat?” tulis Nanik.
Tulisan Nanik membuat gaduh. Juga menutup luka politik 2019. Yang kini berbalik arah. (*)