Nasib Muani yang Lumpuh Usai Operasi Caesar di RSUD Bangkalan

Massa PMB saat berdemo di Pemkab Bangkalan yang menuntut perbaikan pelayanan RSUD Bangkalan.(matamadura.syaiful)

matamaduranews.comBANGKALAN-Muani,30, perempuan asal Dusun Klompang, Desa Batobella, Gegger, Bangkalan, Madura sedang menderita kelumpuhan pasca menjalani operasi caesar di RSUD Syamrabu, Bangkalan.

Cerita penderitaan Muani ini disampaikan Rohman koordinator Pemuda Madura Bersatu (PMB) saat berorasi menuntut perbaikan pelayanan RSUD Syamrabu di kantor Pemkab dan DPRD Bangkalan, Jumat siang (6/11/2020).

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Rohman mengaku melakukan advokasi kepada Muani setelah mendengar penderitaan yang dialami pasien RSUD Syamrabu Bangkalan usai operasi caesar pada tanggal 17 Agustus 2020.

Kisah pilu Muani bermula suaminya mengantar ke Bidan Desa pada 14 Agustus 2020. Muani merasa sesak. Susah bernafas.

Bidan Desa menyarankan untuk periksa ke dr Hikmah di Kota Bangkalan.

Hasil pemeriksaan di dr Hikmah menyatakan bayi dalam kandungan meninggal dunia.

dr Hikmah menyarankan menjalani operasi caesar untuk mengeluarkan bayi dari dalam perut Muani.

Karena kondisi Muani mengalami sesak nafas. dr Hikmah tak berani untuk melakukan operasi caesar.

dr Hikmah menyarankan Muani menjalani operasi caesar ke RSUD Syamrabu Bangkalan.

Pada pukul 18.00 WIB Muani tiba di RSUD milik Pemkab Bangkalan.

Keluarga meminta Muani dilayani maksimal. Operasi caesar pun dilakukan malam itu juga.

dr Ummu Hanik yang menangani Muani di RSUD Bangkalan.

Setelah operasi berlangsung. Muani dinyatakan pasien PDP. Pasien dalam pengawasan covid-19. Muani pun diisolasi.

Pada tanggal 15 Agustus, Muani ditest Swab untuk mengetahui apakah terpapar corona atau tidak.

Hasil Swab Muani negatif alias tidak terpapar corona.

Pada 17 Agustus Muani dipindah ke ruang Irna A RSUD Bangkalan karena negatif corona.

Kejanggalan terjadi usai operasi caesar. Muani tiba-tiba tak bisa menggerakkan seluruh badannya. Kakinya kaku. Tangannya tak bisa bergerak. Mulutnya tak bisa bicara alias bisu.

18 Agustus Muani diperbolehkan pulang.  Namun kondisi Muani masih lumpuh.

“Pihak RSUD membekali Muani dengan obat Zinc Sulfate untuk diare. Vitamin C dan L-Bio Cap untuk suplemen makanan. Ranitidine untuk mual dan methylprednisolone untuk linu. Lalu apa hubungannya kelumpuha Muani dengan obat tersebut,” tanya Rohman saat berorasi di depan Dirut RSUD Bangkalan dr Nunuk dan Wadirut RSUD Bangkalan dr Farhat.

“Keluarga Muani sudah bayar Rp 18 Juta lebih untuk perawatan 5 hari di RSUD. Tapi RSUD masih mengklaimkan Muani ke BPJS,” tambah Rohman saat orasi.

Sebelum operasi Muani tergolong wanita sehat. Di rumahnya sering jalan santai bersama suami.

Muani teringat hari bahagia bersama sang suami.

Tapi, kini hati Muani menjerit menahan luka hati.

“Pihak RSUD Bangkalan harus bertanggung jawab. Karena Muani datang sehat pulang membawa cacat,” teriak Rohman.

Mendengar cerita pilu Muani, Ketua komisi D DPRD Bangkalan, Nur Hasan turut prihatin. Dalam jangka waktu dekat dirinya berjanji akan rapat bersama antara keluarga pasien dengan manajemen RSUD Bangkalan untuk klarifikasi kebenaran kejadian tersebut.

“InsyaAllah hari Rabu (11/11/2020) akan kami agendakan duduk bersama. Nanti kami klarifikasi kebenarannya bersama,” terang Nur Hasan kepada Mata Madura.

Sementara dr. Nunuk Kristiani Direktur RSUD Bangkalan usai menemui massa pendemo di Pemkab Bangkalan mengaku pasrah terhadap kebijakan Bupati Bangkalan Ra Latif yang memiliki kebijakan atas pelantikan dirinya sebagai Dirut RSUD Bangkalan.

“Saya tak masalah kalau dicopot. Semua terserah Bapak Bupati,” terang dr Nunuk saat diwawancarai media.

Soal kebenaran cerita Muani, dr Nunuk berjanji akan mengecek terlebih dahulu semua dokumen dan catatan medis masing-masing pasien karena masa kejadiannya telah lampau.

“Kami perlu mengumpulkan semuanya. Kita lihat dokumennya dulu. jadi saya gak bisa bicara detail tanpa melihat dokumen. karena pendapat awam soal medis, kadang berbeda dengan pendapat dokter,” kata dr. Nunuk menutup perbincangan saat diwawancarai wartawan.

Syaiful, Mata Madura

Exit mobile version