Nasional

Ning Imaz dan Eko Kuntadhi

Ning Imaz dan Eko Kuntadhi
Eko Kuntadhi saat sowan ke dhalem Ning Imaz

Reaksi sudah telanjur keras. PWNU Jatim, PKB Jatim, PWNU DKI, dan beberapa tokoh NU seperti Gus Nadir di Australia berkomentar pedas terhadap unggahan Eko Kuntadhi itu.

Perbedaan pendapat boleh-boleh saja, tetapi tidak berarti harus meninggalkan kesantunan. Lainnya berkomentar, sebaiknya Eko Kuntadhi ngaji dulu.

Narasi Eko Kuntadhi adalah narasi standar untuk merespons ayat-ayat Surga. Para aktivis so-called anti-intoleransi, anti-radikalisme, dan anti-ekstremisme, selalu menyalak ketika ada ayat-ayat yang menggambarkan Surga.

Baginya penggambaran Surga tidak jauh-jauh dari selangkangan.

Narasi semacam ini tidak pantas dilemparkan kepada seorang nyai muda seperti Ning Imaz. Apalagi, Nyai Imaz merujuk pada Kitab Tafsir Ibnu Katsir yang menjadi rujukan standar umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia. Sangat mungkin Eko Kuntadhi ‘’kudet’’ alias kurang update karena tidak punya referensi yang cukup mengenai literatur keislaman.

TERSANDUNG KASUS: Eko Kuntadh (Foto: Tangkapan Layar Tjokro TV)

Sangat mungkin juga Eko Kuntadhi tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai anatomi dunia pesantren di Indonesia, sehingga tidak tahu mengenai Pesantren Lirboyo dan peranannya dalam dakwah Islam di Jawa Timur dan di seluruh Indonesia.

Pesantren Lirboyo sudah berdiri sejak awal abad ke-20, dan melahirkan puluhan ribu santri yang tersebar ke seluruh Indonesia.

Pesantren Lirboyo yang berpusat di Kediri menjadi salah satu pesantren terbesar dan paling berpengaruh di Jawa Timur.

Pesantren ini membawahi puluhan perguruan Islam, mulai dari pendidikan dasar, sampai pendidikan tinggi dan tahfid Alquran. Ribuan santri saat ini belajar di Pesantren Lirboyo.

Exit mobile version