Matamaduranews.com–BANGKALAN-Untuk ketiga kalinya Mata Madura mengangkat profil tokoh perempuan di rubrik Jejak Ulama Madura. Dan seperti tokoh pertama dan kedua, tokoh ketiga juga berasal dari Madura Barat alias Bangkalan.
Ketiganya juga memiliki benang merah dengan tokoh sentral ulama besar sepuh Bangkalan, yaitu Sunan Cendana alias Sayyid Zainal Abidin, cucu Sunan Kulon dari Giri Kedaton.
Tokoh sebelumnya Nyai Selase atau Nyai Tepi Selase adalah cucu Sunan Cendana. Sementara yang kedua, Nyai Cendana ialah isteri Sunan Cendana: ibunda Ulama Madura. Dan yang akan diulas kali ini ialah Nyai Aminah atau Nyai Lembung, salah satu putri Sunan Cendana.
***
Menurut catatan Bangkalan, istri Sunan Cendana lebih dari satu. Istri padmi atau utama ialah Putri Pangeran Bukabu, yaitu yang dikenal dengan Nyai Cendana. Dengan Nyai Cendana ini, sang Sunan masih memiliki hubungan darah yang cukup dekat. Antara Sunan Cendana dengan Pangeran Bukabu, sang mertua, masih terhitung saudara sepupu. Ibunda keduanya bersaudara, yakni sama-sama putri Sunan Kulon bin Sunan Giri ke-I.
Di pasarean Sunan Cendana di Kwanyar, Asta Sang Wali tersebut bersanding dengan Nyai Cendana dalam satu pagar atau kawasan utama. Tidak diketahui di mana letak makam isteri-isteri beliau yang lain.
“Tidak ada riwayat mengenai letak makam isteri Sunan Cendana kecuali isteri pertama beliau ini,†kata Bindara Yahya atau Lora Yahya, asli Petapan, Labang Bangkalan. Yahya merupakan salah satu keturunan Sunan Cendana dari isteri padminya tersebut.
Dari Nyai Cendana binti Pangeran Bukabu, lahirlah beberapa anak Sunan Cendana seperti Kiai Putramenggolo (Panembahan Sampang), dan Nyai Tanjung atau Nyai Kumala (Ibunda Nyai Selase). Sementara dari isteri lainnya, lahirlah Nyai Aminah ini.
“Menurut catatan silsilah ibu Nyai Aminah asli tanah Bangkalan ini,†kata Bindara Yahya.
Mengenai jumlah isteri dan sekaligus anak-anak Sunan Cendana masih belum final. Karena dalam upaya penelusuran jejak tokoh ulama awal Madura, seperti salah satunya digiatkan oleh Tim 5wali Institute dan NAAT (Naqobah Ansab Auliya Tis’ah) Madura, mulai bermunculan data-data baru di luar daftar yang tercatat di catatan masyhur Madura Barat dan Timur.
“Ini yang lantas dikaji lagi (data baru; red). Karena adanya riwayat anak Sunan Cendana banyak. Seperti adanya info bahwa sampai berjumlah 80 orang,†kata Ustadz Muhsin Basyaiban, salah satu anggota NAAT Madura.
Perlu diketahui, dalam catatan masyhur (yang merupakan paduan catatan Madura Barat dan Sumenep), anak-anak Sunan Cendana di antaranya; Kiai Putramenggolo, Nyai Kumala, Nyai Nur, Kiai Irsyad (Gresik), Nyai Aminah, Kiai Hakimuddin (Teja), Nyai Shaleh, dan Kiai Syits (Sumenep).
“Nama Panembahan Sampang atau yang di Bangkalan disebut Kiai Putramenggolo atau Sunan Putramenggolo tercatat di Sumenep juga selain di Bangkalan. Begitu juga Nyai Aminah atau Nyai Lembung. Sedang Kiai Hakimuddin dan Kiai Syits hanya tercatat di Sumenep, sedang di Bangkalan tidak. Sama seperti Nyai Nur dan Nyai Shaleh, serta Kiai Irsyad yang tak tercatat di Sumenep,†kata R B Ja’far Shadiq, salah satu anggota Tim 5wali Institute pada Mata Madura.
Dengan demikian, menurut Ja’far, kedua data bisa dipadukan karena memiliki sumber dan riwayat turun-temurun. “Seperti yang tercatat di Sumenep itu ada di catatan silsilah keluarga keraton Sumenep. Begitu juga yang di Bangkalan rata-rata dicatat dan diriwayatkan oleh keluarga kiai-kiai di sana,†imbuh Ja’far.
Beberapa anak Sunan Cendana memang menjadi leluhur para bangsawan di Sumenep, seperti Kiai Putramenggala, Kiai Hakimuddin, Nyai Lembung, dan Kiai Syits.
Kembali pada Nyai Aminah atau Nyai Lembung. Seperti halnya banyak tokoh-tokoh ulama perempuan lainnya di Madura, tidak banyak informasi mengenai kehidupan beliau. Rata-rata catatan dan riwayat yang ada hanya seputar keterkaitan genealogi atau asal-usul beberapa tokoh-tokoh ulama dan umara besar di Madura saja pada tokoh semisal Nyai Lembung ini.
Beberapa info yang diketahui seperti misalnya nama suami Nyai Lembung, dan sekaligus daftar putra-putri beliau. Ditambah sepotong riwayat semisal karomah atau kepribadian.
Menurut kisah tutur beberapa sumber yang memiliki garis genealogi pada Sunan Cendana, khususnya via Nyai Lembung, sang Nyai ini digambarkan sebagai sosok perempuan yang menawan dan cantik secara lahir dan batin. Sehingga ada riwayat turun-temurun, barangsiapa yang ingin dikarunia anak perempuan dengan paras cantik, dianjurkan agar bertawasul pada beliau.
“Riwayat ini benar-benar terkenal di kawasan Madura Barat. Bahkan sudah biasa diamalkan oleh umum, kendati tidak memiliki garis silsilah hingga Nyai Lembung,†kata Bindara Yahya, yang juga merupakan salah satu anggota NAAT.
*****
Nyai Aminah berdomisili dan sekaligus dimakamkan di Lembung, dekat Kwanyar. Sehingga laqob Lembung ditorehkan pada nama beliau.
Suami Nyai Aminah ialah Kiai Abdullah yang juga dikenal dengan laqob Lembung. Kiai Lembung ini merupakan salah satu anak Pangeran Khatib Mantu, Madegan Sampang. Sehingga hubungan Kiai Lembung dengan Sunan Cendana, mertuanya, juga masih terhitung saudara sepupu. Ibunda Sunan Cendana, Nyai Gede Kedaton, merupakan saudara kandung Pangeran Khatib Mantu, yaitu sama-sama anak Sunan Kulon, Giri Kedaton. Kiai Abdulla Lembung juga dikenal dengan gelar Kiai Palakaran atau Pangeran Plakaran.
Dalam catatan Bangkalan yang dipajang di komplek pasarean Nyai Lembung, sang Nyai memiliki 13 putra-putri. Yaitu, Buju’ Pejaten alias Kiai Muhibbuddin, Kiai Abdurrahman (Angsokah, Blega), Buju’ Gumbing (Blega), Kiai Sajid (Sampang), Nyai Jrengi’ (Sampang), Nyai Qomina, Nyai Qodi Bagandan Pamekasan (isteri K. Ashar Seda Bulangan), Nyai Barangbang (isteri K. Ali Barangbang Sumenep), Nyai Kwanyar, Nyai Prajjan Sampang (isteri K. Abdul Allam Prajjan), Nyai Labbuwan, Nyai Toronan Pamekasan, dan Nyai Miskiyah.
Dari 13 putra-putri Nyai Lembung dan Kiai Abdullah ini, keturunannya menyebar ke seluruh Madura dan Tapal kuda. Dan melalui pertautan dengan garis-garis lainnya, bisa dikata tokoh-tokoh pesantren di Madura dan tapal kuda masih memiliki garis nasab hingga Nyai Lembung. Begitu juga tokoh-tokoh pemimpin pemerintahannya.
R B Moh Farhan Muzammily