Oleh: Om Jo
Suatu ketika putra Baginda Rasulullah Saw dari istrinya Mariyah
Qibthiyah, bernama Ibrahim wafat
dalam usia yang masih sangat belia.
Tak lama setelah kematian Ibrahim,
terjadilah Gerhana Matahari. Para
Sahabat yang menyaksikan terjadinya
Gerhana Matahari itu, tiba-tiba ada yang berkata, bahwa gerhana itu terjadi terkait dengan kematian putra Rasulullah Saw.
Mendengar itu, maka Rasulullah
Saw, kemudian berkhutbah dihadapan
para Sahabat;
“Sesungguhnya gerhana (matahari & bulan) itu adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Gerhana tidak terjadi karena kelahiran seseorang atau kematian seseorang. Maka apabila terjadi gerhana, berdo’alah (shalatlah) hingga peristiwa itu selesai.(Bukhari-Muslim)
Dengan tegas Rasulullah Saw,
menyatakan prinsip-prinsip Islam
dalam memandang alam ini dan
bagaimana manusia melakukan
pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengannya.
Islam tentu menentang mitos yang menyebabkan manusia berfikir secara salah dan di luar konteks. Pada akhirnya menyebabkan kemandegan dalam dunia pemikiran.
Perintah untuk melakukan shalat dan berdo’a pada saat terjadi gerhana,
menujukkan bahwa Islam senantiasa
mengkorelasikan unsur pengetahuan
rasional dengan sikap spiritual sebagai
wujud tauhid (menyatunya) nilai-nilai
keduniaan dengan keakhiratan.
Salah satu kelemahan besar pada peradaban manusia saat ini adalah;
manusia dengan modal pengetahuan
rasionalnya terlalu percaya diri
untuk menghadapi kehidupan sehingga
tidak merasa memerlukan hal-hal
lainnya, termasuk Allah Swt.
Ini tidak terjadi pada peradaban Islam
yang ditandai dengan munculnya ilmu
pengetahuan yang berwawasan agama dan agama yang berwawasan ilmu
pengetahuan.
Pemisahan ilmu pengetahuan dari agama (sekularisasi) muncul dalam
peradaban Barat modern akibat
pertarungan yang tidak sehat antara
ilmuwan dan gereja yang dimulai
dalam masa Renaissance abad ke-13
Masehi.
Jika pada masa Rasulullah Saw, mitos-mitos kuno berpotensi merusak
aqidah ummat, maka pada masa
modern ini, munculmitos-mitos baru yang bernama rasionalisme, materialisme dan sekularisme.
Rasionalisme telah membawa corak
dalam ilmu pengetahuan yang mengabaikan penjelasan berdasarkan
wahyu, karena akal manusia dianggap
mampu menjelaskan segala macam
fenomena.
Mari kita dengarkan perkataan Qarun
yang diabadikan oleh Allah Swt, dalam
al-Qur’an;
“Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (Al-Qashash: 78)
Dengan sombongnya Qarun menganggap hartanya yang banyak itu
adalah hasil dari kepandaiannya dan
kerja kerasnya.
“Sesungguhnya ikhtiar itu adalah wilayah manusia, sedangkan hasil adalah hak prerogatif Allah Swt.”(Ibnu Athaillah)
Oleh karena itu, Allah Swt menenggelamkan Qarun bersama
hartanya yang super banyak itu.
Maka muncullah istilah bagi setiap
benda berharga yang ditemukan di perut bumi maupun di dalam laut,
disebut dengan Harta Qarun.
Tidak itu saja, rasionalisme pada
akhirnya diarahkan untuk menyerang
keyakinan ummat beragama tentang keberadaan Tuhan.
Hari ini, ada sebagian di antara manusiavyang secara terbuka menyatakan bahwa, akhirat itu
hanyalah dunia maya.
Astaghfirullah…
Salam, Om Jo