Politik

Politik 2024; Perang Nasib, Nasab, dan Nishab

Politik 2024
Baliho Puan Maharani Cucu Bung Karno jadi perbincangan warganet (twitter)

Orang menyebutnya politik dinasti, politik keturunan, politik primordialisme. Semuanya adalah atribusi terhadap aktivitas politik yang dianggap tidak modern.

Politik nasab, politik dinasti sudah ada sepanjang peradaban manusia, dan tetap ada di zaman milenial sekarang ini. Sudah ada demokrasi tapi masih tetap ada juga monarki.

Di negara-negara demokrasi paling modern seperti Amerika Serikat pun politik dinasti masih ada. Mulai dari dinasti Kennedy, dinasti Bush, atau juga keluarga Clinton.

Di Indonesia, politik nasab terasa sangat kental. Tuah Soekarno masih sangat kuat menjadi daya tarik. Anak-cucu Soekarno tetap menjadi daya tarik politik yang kuat. Soekarno, mungkin, tidak secara sengaja membangun dinasti politik. Tapi, sampai sekarang anak turunnya mendapatkan berkah dan tuah dari Soekarno.

Orang lain yang tidak punya nasab politik harus kerja keras pontang-panting untuk mendapatkan jabatan politik. Tapi anak keturunan Soekarno bisa mendapatkannya tanpa harus bersusah-payah. Bahkan, banyak juga yang tidak perlu turun ke konstituen di daerah pemilihan, tapi tetap terpilih setiap lima tahun.

Seorang bernama Guruh bisa memenangkan kontestasi DPRI-RI berkali-kali dari dapil Jawa Timur hanya karena ada tempelan nama Soekarno di belakang namanya. Ia tidak terlihat sekali pun berdiri di depan khalayak untuk berkampanye. Ia, bahkan, tidak memasang selembar gambar pun untuk memenangkan kontestasi yang bagi kebanyakan politisi dianggap berdarah-darah itu.

Tentu, kita juga tidak tahu apa yang dilakukannya untuk konstituennya di Jawa Timur selama lima tahun ini. Bahkan, kita juga tidak pernah mendengar dia melakukan sesuatu selama menjadi anggota dewan. Tetapi, itulah dahsyatnya nasab.

Exit mobile version