Politik

Politik Amin di Masjid

Politik Amin
Anies-Imin (Amin)

matamaduranews.com-Kampanye di masjid jelas dilarang oleh keputusan MK (Mahkaham Konstitusi). Tapi, dalam setiap shalat berjamaah selalu terdengar suara jamaah ‘’Amin’’ yang merupakan akronim dari pasangan Anies-Muhaimin.

Pasangan calon presiden Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pun dituduh mengeksploitasi politik identitas dengan memakai masjid sebagai ajang kampanye.

Itu adalah sepotong joke yang sekarang tengah ramai menjadi perbincangan dimana-mana.

Sejak pasangan itu dideklarasikan di Surabaya 2 September 2023 lanskap politik Indonesia berubah total. Paduan pasangan itu mewakili dua kekuatan political mainstream utama di Indonesia, yaitu Islam modernis dan Islam tradisional. Dua kubu itu seolah menjadi dua kutub sembrani yang tidak bisa dipersatukan.

Dua kubu itu seperti minyak dan air yang tidak bisa mencampur. Tetapi, politik adalah ‘’the art of possibility’’, seni segala kemungkinan. Tidak ada yang mustahil dalam politik, apa saja bisa terjadi dalam politik.

Persekutuan Amin tidak bisa dirasionalisasi oleh nalar politik kovensional. Karena itu wajar kalau banyak pundit politik yang meragukan pasangan ini bisa berlayar sampai ke KPU (Komisi Pemilihan Umum) untuk mendaftar sebagai pasangan capres-cawapres resmi.

Pundit politik dengan penuh keyakinan meramalkan pasangan ini akan bubar di tengah jalan dan akan tersisa hanya dua pasangan tanpa Anies Baswedan.

Pundit lainnya menyebut Muhaimin sebagai ‘’tong sampah’’ karena potensial akan dikriminalisasi karena kasus-kasusnya.

Prediksi dan spekulasi politik adalah hal yang sah. Namanya juga prediksi, kemungkinannya hanya dua, almost right dan almost wrong, hampir benar atau hampir salah.

Dulu pernah ada pundit yang berani bertaruh mobil Alphard kalau Anies bisa mendapat dukungan partai politik. Sekarang tidak ada—atau belum ada—yang menantang taruhan semacam itu, tetapi spekulasi yang berkembang semakin luas dan bervariasi.

Persekutuan itu membuat peta persaingan berubah. Dua bakal capres jagoan kubu lain, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto berhitung ulang, dan mungkin sedang berancang-ancang untuk mengambil langkah politik kuda. Daripada saling bersaing lebih baik berkoalisi menghadapi Amin. Isu megenai koalisi poros besar makin kencang berembus.

Prabowo akan berkoalisi dengan Ganjar. Hitung-hitungan politik memprediksi koalisi besar ini akan menang mudah atas pasangan Amin. Itu adalah prediksi politik positivistik berdasarkan hitung-hitungan angka. Dalam bahasa pesantren, hitung-hitungan itu adalah ‘’kalkulasi bumi’’ yang tidak menghitung ‘’kalkulasi langit’’.

Dalam kesempatan berpidato di kantor DPP PKS (Partai Keadilan Sejahtera) ketika berkunjung bersama Anies Baswedan, Muhaimin Iskandar mengungkapkan filosofi politik PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) yang unik dan khas. Kata Imin, politik PKB itu perpaduan antara ‘’suara langit’’ dengan ‘’realitas bumi’’.

Tugas politisi PKB adalah mencocokkan suara langit dengan kondisi riil di bumi. Imin menjelaskan konsep itu dengan gaya khasnya yang humoris. Kemampuan mencocokkan suara langit dan realitas bumi itu mungkin bisa disebut sebagai ‘’nujum politik’’ atau ‘’dukun politik’’. Di PKB, kata Imin, ada ahli mengenai hal itu, tetapi Imin tidak menyebut nama karena khawatir dia membuka praktik dan bakal laris manis.

Persekutuan Anies-Imin adalah hasil dari perpaduan suara langit dan realitas bumi. Filosofi politik PKB adalah perpaduan antara kekuatan transendental dan kondisi real politik yang profan. Perpaduan antara ‘’hablun min Allah’’ dan ‘’hablun minan nas’’, hubungan vertikal dengan Allah dan hubungan horizontal dengan manusia.

Persekutuan Anies dengan Muhaimin sudah diajukan oleh para kiai PKB sejak beberapa tahun silam. Dalam deklarasi di Surabaya Imin bercerita bahwa pada 2021 K.H Cholil As’ad Samsul Arifin atau Ra Cholil memanggilnya ke Situbondo dan mengatakan kepadanya supaya berpasangan dengan Anies Baswedan pada pilpres 2024. Sebagai santri, Imin tidak membantah tapi juga tidak mengiyakan. Ketika keluar dari rumah Rah Cholil, Imin bergumam ‘’Gak Bahaya, Tah’’.

Fatwa Ra Cholil itu oleh Imin dianggap sebagai suara langit. Tapi, ia melihat realitas di bumi masih gelap, karena ketika itu PKB masih terikat dalam koalisi dengan Partai Gerindra. Tetapi, ternyata lama-kelamaan realitas bumi yang semula gelap berangsur terang dan semakin benderang. Imin pun menerima pinangan untuk berpasangan dengan Anies. Akhirnya suara langit berkesesuaian dengan realitas bumi.

Persekutuan Amin mengubah lanskap politik nasional secara drastis. Dalam deklarasi di Surabaya Surya Paloh mengatakan good bye terhadap politik polarisasi ‘’kadrun-cebong’’, dan selamat datang kepada politik kebhinekaan. Secara teoretis harusnya seperti itu, tetapi dalam realitas polarisasi tidak bisa dihindarkan.

Salah satu ciri politik modern adalah mengerucutnya kekuatan politik menjadi sistem dua partai. Amerika Serikat, Inggris, Australia, Jerman, dan banyak negara Eropa sudah mempunyai sistem dua partai mainstream, yaitu konservatif dan liberal.

Indonesia sudah mempraktikkannya pada pilpres 2019, ketika Jokowi berhadap-hadapan head to head dengan Prabowo. Pilpres 2024 mendatang sangat mungkin akan mengulang kejadian 2019 dengan menampilkan dua pasang calon saja.

Banyak yang bilang persaingan dua pasang calon akan membuat rakyat terpolarisasi. Berapapun jumlah pasangannya pada akhirnya akan mengerucut menjadi dua pasang dalam grand finale, kecuali ada yang bisa mendapatkan 50 persen plus satu. Dalam kondisi persaingan yang ketat seperti sekarang banyak yang menduga sulit untuk bisa menang satu putaran.

Persaingan dua pasangan akan menjadi pertarungan yang menarik, dengan catatan penyelenggara pemilu bertindak sebagai wasit yang fair. Amin mewakili kubu konservatif-kanan dan Prabowo-Ganjar (atau Ganjar-Prabowo) menjadi representasi kubu liberal-kiri. Kubu konservatif mempunyai pangsa pasar kalangan agama, dan kubu liberal punya modal suara di kalangan nasionalis. Tentu pengkubuan tidak sesederhana itu, akan banyak irisan yang saling bersilang sengkarut.

Kubu konservatif terlihat sudah mulai terkonsolidasi. Kunjungan Amin ke Makassar, Ahad (24/9) disambut gegap gempita oleh massa yang membludak. Makassar pecah, dan panitia mengeklaim lebih dari satu juta kupon habis. Hal ini menjadi warning bagi kubu liberal untuk segera mengonsolidasi diri.

Tuduhan politik identitas terhadap Amin justru makin membuat identitas Amin menguat. Joke yang beredar mengatakan, sebentar lagi ‘’Amin’’ akan dilarang di masjid. Setelah imam selesai membaca Al-Fatihah makmum hanya boleh menyebut ‘’Amin’’ dalam hati. (kempalan)

Exit mobile version