Nasdem juga pernah mewacanakan untuk mengusung Anies Baswedan sebagai capres. Bahkan gubernur DKI Jakarta itu kabarnya sudah siap-siap masuk Nasdem. Toh, Anies juga bagian dari Nasdem saat masih menjadi ormas.
Namun di internal Nasdem belum bulat mendukung Anies. Ada kekuatan yang menolak Anies di dalamnya. Sehingga muncul wacana baru di Nasdem, yakni mengajak Golkar mengusung Ganjar Pranowo yang akan dipasangkan dengan Erick Thohir. Bahkan diisukan Ganjar-Erick adalah nama yang dikehendaki oleh Jokowi.
Sikap dingin ditunjukkan oleh PDIP. Partai pemenang Pemilu 2019 itu memang tidak perlu berkoalisi untuk mengusung capres-cawapres. Jumlah kursinya 22,26 persen. Tapi membiarkan diri dikeroyok pada 2024 tentu bukan hal yang bijak. Kecuali PDIP memiliki calon presiden yang benar-benar pilih tanding. Tidak akan mungkin dikalahkan. Seperti halnya Jokowi pada 2019. Atau SBY pada 2009.
Manuver-manuver koalisi parpol yang sedang terjadi itu seakan sedang menggoda PDIP. Semua parpol menunggu arah angin PDIP. Sebab, sikap PDIP inilah yang akan menentukan peta koalisi sesungguhnya. Juga menentukan akan ada berapa capres dalam Pilpres 2024.
Melihat manuver yang ada, bagaimana nasib para tokoh yang selama ini menghiasi survei? Ada Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Erick Thohir, Ridwan Kamil, Khofifah Indar Parawansa, dan sebagainya? Tentu peluangnya masih ada. Mereka juga harus bermanuver untuk mengimbangi manuver parpol.
Ganjar Pranowo memang kader PDIP. Ia tentu berharap diusung PDIP. Hatinya adalah banteng meskipun dijuluki celeng. Tentu Ganjar ingin seperti Jokowi. Dulu Jokowi juga tidak dikehendaki Megawati. Saat itu Megawati masih ingin maju. Megawawati akhirnya bisa diyakinkan bahwa Jokowi adalah capres yang tepat.
Bisakah Ganjar mendapat restu Megawati? Kalau benar Jokowi mendukung Ganjar, tentu akan ada jalan untuk merayu Megawati. Apalagi Jokowi juga baru saja mengirim putranya, Gibran Rakabuming Raka untuk menemui Megawati dan Puan Maharani.
 Next: Bagaimana dengan Anies?