Politik

RKH Fuad Amin; Kiai, Politisi dan Orang Sakti

×

RKH Fuad Amin; Kiai, Politisi dan Orang Sakti

Sebarkan artikel ini

Catatan : Moh Ridwan*

RKH Fuad Amin; Kiai, Politisi dan Orang Sakti
FOTO KENANGAN: Moh. Ridwan saat berfoto dengan alm. RKH Fuad Amin di Lapas Porong, Sidoarjo. (foto dok. ridwan)

RKH Fuad Amin Imron atau Ra Fuad adalah tokoh asli Putra Bangkalan, Madura. Beliau masih cicit ulama penuh karomah, Syechona Kholil atau Mbah Kholil Bangkalan.

Tak diragukan lagi, jika ketokohan dan kharismatik Ra Fuad mengalir dari leluhurnya. Meskipun, juga kebesaran namanya diperoleh dari hasil kerja keras. Pengabdian kepada masyarakat. Dan kehidupan penuh lika-liku yang dilaluinya.

Ra Fuad salah satu keturunan yang tak melanjutkan dakwah keagaamaan seperti leluhurnya. Beliau memilih terjun bebas ke dakwah politik sejak tahun 1990.

Sejak 1999, almarhum menjadi anggota DPR RI dari PKB. Sebelumnya, beliau  dikenal sebagai pengusaha jasa travel di Jakarta. 2003 hingga 2013, beliau menjabat Bupati Bangkalan. Dan 2014, terpilih Ketua DPRD Bangkalan dari Partai Gerindra.

Dalam menjalani dakwat politik, tak sedikit para petinggi nasional dan regional menghargai dan menaruh hormat atas kelebihan sosok Ra Fuad. Salah satunya Gus Dur dan Prabowo yang mengakui kelebihan almarhum.

Selama berkuasa di Bangkalan, almarhum juga sukses melahirkan banyak figur lokal menjadi tokoh nasional. Salah satunya, Nizar Zahro (anggota DPR RI) yang kini menjabat Ketua Umum Satria, organ sayap DPP Partai Gerindra. Syafiuddin Asmoro (Caleg terpilih DPR RI dari PKB) dan Ra Ibong, Caleg terpilih DPR RI dari Gerindra. Serta Zainudin Amali dari Golkar.

Tak mengherankan bila Gubernur Khofifah menaruh hormat atas jasa-jasa Ra Fuad. Termasuk tokoh tapal kuda dan juga mantan Bupati Probolinggo, Hasan Aminuddin.

Hasan Aminuddin mengakui kelebihan Ra Fuad dalam dunia politik keagamaan. Testimoni Hasan disampaikan saat dirinya sama-sama aktif di PKB Jawa Timur. Sebelum Hasan aktif di Partai Nasdem. Dan Ra Fuad aktif di Gerindra Bangkalan.

Kontroversi sosok Ra Fuad kian moncer setelah beliau ditetapkan tersangka oleh KPK atas suap Migas dan pencucian uang. Setelah putusan inkracht dan menjalani putusan Kasasi Pengadilan selama 13 tahun. Nama Ra Fuad kian melegenda di bidang politik nusantara.

Sosok Ra Fuad tetap menjadi rujukan politik nasional dan regional setiap perhetalan event politik. Padahal, Ra Fuad tinggal di balik jeruji besi. Beliau sengaja diasingkan jauh dari para loyalisnya.

Publik Bangkalan sudah faham kalau Ra Fuad dijebloskan oleh KPK karena menjadi dari target operasi politik nasional. Sebab pada Pilpres 2014, Ra Fuad dituduh mempermainkan elit politik nasional.

Ketika itu, Ra Fuad memilih menjadi pendukung total Prabowo. Sebanyak 20 TPS di Bangkalan, suara Paslon Jokowi-Jusuf Kalla mendapat  sura nol. Sebanyak TPS itu, 100% milik Prabowo dengan partisipasi pemilih juga 100 %.

Tjahyo Kumolo, ketika itu, Sekjen DPP PDI-P dan menjadi Ketua Tim Pemenangan Paslon Jokowi-Yusuf Kalla, turun langsung ke Bangkalan. Tjahyo datang saat penghitungan di KPU tingkat kabupaten. Dia meragukan perolehan 20 TPS yang nol suara. Dan perolehan Paslon Jokowi-Yusuf Kalla sekitar 20%.

Pada Pilpres 2019, Ra Fuad memilih dukung Jokowi-Makruf Amin. Meski dalam tahanan, Ra Fuad masih mampu menyulap suara untuk kemenangan mutlak Jokowi Makruf di atas 60%. Dan kemenangan Jokowi Makruf di Bangkalan satu-satunya di Madura.

Di balik itu, ada cerita menarik atas kesaktian Ra Fuad yang saya alami sendiri. Saat itu, saya sedang berdiskusi empat mata bersama teman tentang Ra Fuad.

Pembahasan itu soal sikap politik Bangkalan. Debat pun terjadi di warung kopi. Sampai akhirnya ada suara lirih yang terdengar. Sontak, saya kaget. Suara lirih itu saya kenal. Suara Ra Fuad yang sedang memanggil nama saya dari balik handphone.

“Aneh. Kok suara panggilan dari hp saya. Padahal, saya sedang klimaks berdiskusi,” gumam dalam hati.

“Ada apa kok telpon, di sini suaranya tidak jelas. Nanti datang saja ya, jenguk saya,” dawuh Ra Fuad dari balik telpon.

Sambil bergumam dalam hati, saya bertanya sendiri. “Siapa yang menelpon. Dari tadi saya diskusi soal Bangkalan. Kok handphone saya yang menelpon sendiri ke beliau,” gumam bathin langsung menghentikan pembahasan seputar Bangkalan.

Tak hanya itu. Saat menjenguk Ra Fuad lima bulan lalu di Rutan Porong, Sidoarjo. Saya diajak berdiskusi soal Bangkalan oleh beliau. Pemikiran almarahum memang mengarah pada isu politik dan perkembangan Bangkalan ke depan.

“Bagaimana cara pembangunan Bangkalan bisa membawa kesejahteraan masyarakat Bangkalan lebih baik,” tanya Ra Fuad, kepada saya, saat di Lapas Porong.

Saya balik bertanya soal sikap politik Ra Fuad. “Bagaimana Bangkalan ke depan Pak Kiai?,”

Ra Fuad menjawab,”sudah ada Latif”. Saya pun bertanya dalam hati. Apa maksud jawaban sudah ada Ra Latif (adik Ra Fuad, yang kini menjabat Bupati Bangkalan). Padahal, pengaruh Ra Fuad masih mewarnai perpolitikan Bangkalan.

Keanehan-keanehan sikap pribadinya, juga ditampakkan kepada saya. Saat berdiskusi itu, beliau kadang berbicara dengan orang lain. Padahal di dekatnya tak ada orang lain.

Karena penasaran, setelah percakapan berakhir, saya bertanya kepada orang dekatnya. Apakah beliau memang seperti itu?. Orang itu menjawab, “beliau memang punya kelebihan berbicara dengan makhluk tak kasat mata,”.

Saat berpamitan, Ra Fuad juga mengajak foto bersama dengan saya. Sambil berkata “Ayo foto sama saya dulu, buat kenangan,”.

Saat itu, saya pun berpendapat kalau Ra Fuad sedang berbahagia hati. Sehingga berkenan untuk berfoto.

Namun, bagi saya, itu merupakan momen foto kenangan terakhir dengan Ra Fuad. Sama seperti yang diucapkannya.

Tak hanya itu. Beberapa kali bertemu Ra Fuad, banyak hal keanehan secara pribadi yang Ra Fuad tunjukkan ke saya.

Saya pun menafsirkan, kalau Ra Fuad memang bukan orang sembarangan, tokoh yang mempunyai kelebihan di luar logika orang biasa (kesaktian).

Sikap dan pemikirannya juga tidak mudah ditebak. Banyak orang pun sepakat dengan hal itu. Karena kesaktiannya (Junel; bahasa Madura) juga banyak disaksikan orang lain.

Selama kepemimpinan Ra Fuad, banyak hal yang telah disumbangkan kepada masyarakat Bangkalan, terlebih soal pembangunan. Meskipun, sosok Ra Fuad memang kontroversial dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Yang tak suka akan mencibir dan yang cinta akan mendewakan. Yang perlu diingat, politik adalah dunia yang serba abu-abu dan penuh pro-kontra. Hanya Tuhan, yang tahu niat hati manusia.

****

Kini di usia yang ke 71 tahun (ada yang menyebut 72), Tuhan rupanya menghendaki Ra Fuad kembali keharibaan-Nya. Meski di dunia beliau dicap sebagai koruptor karena putusan  inkracht pengadilan, yakinlah di akhirat beliau mendapatkan tempat yang layak di sisi Allah SWT seperti para leluhurnya.

Ribuan orang pun menghantarkan jasadnya pada peristirahatan terakhir di pemakaman keluarga Martajazah berdekatan dengan Waliullah Syaichona Moch Kholil Bangkalan.

 “Jika emas tetaplah emas meski berada dicomberan” ujar KH Marzuki Mustamar Ketua PWNU Jatim saat mengantarkan jenazah Ra Fuad.

Wallahu A’lamu.

*Pembina Aliansi Jurnalis Bangkalan (AJB).

KPU Bangkalan

Respon (1)

Komentar ditutup.