Kesehatan

RSUD Sumenep Berbenah Total di Tangan dr Erliyati

Catatan: Hambali Rasidi

RSUD Sumenep
RSUD Sumenep Menjawab Dengan Transformasi Pelayanan yang dirasakan masyarakat

matamaduranews.com-SUMENEP – Transformasi besar sedang terjadi di tubuh RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep.

Di bawah komando dr. Erliyati, M.Kes., rumah sakit plat merah ini menjadi kiblat inovasi medis di Pulau Madura.

Ungkapan ini bukan sekedar gimmick. Berikut peningkatan pelayanan kesehatan RSUD Sumenep yang sudaj dirasa manfaatnya oleh masyarakat.

1. Operasi Tiroid Tanpa Pisau

RSUD Sumenep mencetak sejarah medis di Pulai Madura. Terobosan RSUD Sumenep menjadi rumah sakit pertama di Madura dan kedua di Jawa Timur yang mampu melakukan operasi tumor tiroid jinak tanpa pisau bedah.

Teknik mutakhir Radio Frequency Ablation (RFA) hanya butuh sayatan seukuran jarum suntik—minim rasa sakit, cepat pulih, dan rendah risiko. Ini bukan sekadar kemajuan medis, tapi loncatan teknologi di daerah yang dulu jauh dari sorotan.

2. Digitalisasi Pelayanan Solusi Keruwetan

Tak sedikit pasien mengeluh karena antre berjam-jam untuk mendapatkan nomor layanan.

Maklum. Pasien itu datang dari berbagai kota di luar Sumenep untuk berobat di Poli Bedah Onkologi RSUD Sumenep. Poli ini satu-satunya di Pulau Madura. Selain di RSUD dr Soetomo Surabaya.

Sementara, per hari jumlah pasien dibatasi seusai kapasitas pelayanan.

Berbagai keluhan antrean panjang dan kebingungan jadwal praktek dokter, kini sudah hilang.

RSUD Sumenep mengembangkan sistem antrian online dan pra-booking layanan di berbagai poliklinik.

Selain itu, RSUD Sumenep juga mengembangkan sistem pembayaran nontunai berbasis Virtual Account.

Semua ini untuk satu hal: memudahkan pasien dan menghapus praktik birokrasi berbelit yang selama ini menghambat.

3. Dokter Spesialis Bertambah.

Peningkatan pelayanan RSUD Sumenep bukan hanya mempercantik bangunan fisik. Bukan hanya ruangan pasien yang diperluas.

Kualitas pelayanannya ditingkatkan dengan menambah Poliklinik yang tak ada di Rumah Sakit di Pulau Madura.

Seperti Poli Nyeri-satu-satunya di Madura, unit kemoterapi, patologi anatomi. Pelayanan poliklinik itu diisi deretan dokter spesialis baru. Hal ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan riil masyarakat.

4. Budaya Lokal Dihargai

Tanpa menghilangkan budaya lokal Madura. Meski pelayanan modernisasi diterapkan. Tak membuat rumah sakit milik Pemkab Sumenep kehilangan akar.

RSUD mempercantik Gedung Poli Terpadu dengan fasilitas lift dan AC, tapi tetap memperhatikan nilai-nilai budaya lokal.

Apa itu? Ruang Tunggu Keluarga Pasien.

Sebagaimana tradisi Madura. Kental dengan kekeluargaan dan gotong royong. Pasien yang sedang menjalani rawat inap. Sanak family ikut serta menemani. Sementara ruang tunggu pasien dibatasi.

Fenomena ini direspon oleh manajemen RSUD Sumenep dengan menyediakan ruang tunggu keluarga dengan pembangunan dua titik tempat istirahat yang manusiawi.

5. Penambahan Depo Farmasi 

Depo farmasi rawat jalan yang semula hanya satu, kini ditambah menjadi dua demi mempercepat layanan.

Langkah ini diambil untuk menjawab aspirasi antrean pasien rawat jalan saat hendak mengambil obat yang dinilai ribet.

6. “La Sehat”: Mobil Gratis Pulang Pasien, Hadiah untuk Warga

Setelah sehat. Keluarga pasien kesulitan mencari mobil antar.

Manajemen RSUD Sumenep mendengar aspirasi itu. Maka hadir program “La Sehat”—yaitu layanan antar pasien gratis.

Ini salah satu bukti nyata kepedulian RSUD Sumenep terhadap masyarakat bawah.

Respon manajemen RSUD Sumenep ini lahir dari kepekaan hati, dan kepemimpinan yang tak alergi terhadap keluhan rakyat.

7. CT Scan Kedua dan MRI Sedang Dipersiapkan

Melihat antrean CT scan yang semakin padat, RSUD tak tinggal diam. Unit kedua segera hadir.

Bahkan, layanan MRI dan bedah sub-spesialis digestif pun sedang dalam proses, menunjukkan bahwa rumah sakit ini terus bergerak maju, satu langkah di depan tuntutan zaman.

Dari deretan peningkatan pelayanan RSUD Sumenep di atas. Kepemimpinan dr. Erliyati bukan sekedar mendengar aspirasi. Dia langsung bertindak cepat. Dan perubahan bisa dirasakan dalam hitungan bulan, bukan tahun.

hambali rasidi

Exit mobile version