matamaduranews.com-Tujuh tahun berlalu, luka lama itu belum benar-benar sembuh. Pulau Sapudi, Sumenep, kembali diguncang gempa kuat. Selasa malam (30/9/2025) pukul 23.49 WIB, getaran berkekuatan Magnitudo 6,5 memecah keheningan.
Terdengar kabar akan ada gempa susulan. Warga panik, berlarian keluar rumah, sebagian memilih bertahan di jalanan hingga dini hari, takut dinding rumah runtuh menimpa mereka.
“Orang-orang langsung lari keluar, banyak yang tidak berani masuk rumah lagi,” kata Ahmad Rasidi, warga Desa Gayam, mengenang trauma gempa yang sama-sama membuat Pulau Sapudi porak-poranda pada 2018.
Sapudi 2018: Ratusan Rumah Rata, Tiga Nyawa Melayang
Kamis dini hari, 11 Oktober 2018, Sapudi pernah luluh lantak akibat gempa Situbondo. Pukul 01.48 WIB, guncangan keras membuat warga berhamburan. Ahmadi, warga Desa Gayam, masih ingat jelas paniknya: “Saya nggak pakai baju keluar rumah. Getarannya sangat keras. Orang tidur di ranjang bisa bangun,” tuturnya.
Data resmi mencatat, 246 rumah rusak di Kecamatan Gayam dan Nonggunong. Tiga orang tewas di Desa Prambanan, puluhan luka berat maupun ringan. Puskesmas Gayam dipenuhi korban, sementara posko bencana dibuka 24 jam di Prambanan, Pancor, dan Nyamplong.
Sapudi 2025: Guncangan Dangkal, Kepanikan Massal
Tujuh tahun berselang, trauma itu terulang. BMKG melaporkan episenter gempa 30 September 2025 berada di laut Sapudi, 58 km tenggara Sumenep dengan kedalaman dangkal hanya 11 km. Getarannya dirasakan kuat di Pulau Sapudi dengan intensitas V–VI MMI, cukup untuk merobohkan rumah.
“Jenis gempa dangkal akibat sesar aktif bawah laut dengan mekanisme pergerakan naik atau thrust fault,” jelas Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono.
Meski dipastikan tak berpotensi tsunami, warga Sapudi tak sempat berpikir. Mereka berhamburan ke halaman, sebagian bermalam di luar rumah.
Di Puskesmas Gayam, pasien dan keluarga sempat panik ketika bangunan bergetar. Lantai dua ikut bergetar, membuat orang berebut turun.
Data Kerusakan: Puluhan Rumah Retak, Korban Luka-luka
Rilis Humas Polres Sumenep (1/10/2025) mencatat kerusakan merata di dua kecamatan: Gayam dan Nonggunong.
Kecamatan Gayam: rumah warga di Desa Gayam, Jambuir, hingga Pancor rusak ringan hingga berat. Beberapa musala ikut retak. Dua warga luka akibat runtuhan bangunan: Ikbal (16) terkena pecahan kaca, Sahria (79) luka di tangan dan pipi.
Kecamatan Nonggunong: puluhan rumah retak, termasuk di Desa Sokpas, Tanah Merah, Sonok, dan Soktim. Masjid dan sekolah dasar juga tak luput dari kerusakan.
Meski tak ada korban jiwa, kerusakan fisik dan kepanikan massal cukup membekas. Bagi warga Sapudi, gempa 2025 seakan membangunkan kembali mimpi buruk tujuh tahun lalu.(ham)