Pendidikan

Sebagai Keynote Speaker Acara PGRI, Bunda Fitri Sampaikan Ini

Bunda Fitri saat menjadi Keynote Speaker di acara Pelantikan Pengurus PGRI Sumenep. (Foto Rusydiyono/Mata Madura)

matamaduranews.comSUMENEP-Tampil sebagai Keynote Speaker pada Pelantikan Pengurus LKBH, DKGI, dan Badan Khusus Perempuan serta Cabang Khusus STKIP PGRI Sumenep, Nurfitriana Busyro sampaikan banyak hal tentang arah pendidikan ke depan.

Di antara poin penyampaian Bunda Fitri waktu itu terkait masalah agama. Artinya, pendidikan, khususnya di Kabupaten Sumenep agar intens dalam menanamkan pengetahuan agama bagi anak didiknya. Sebab, pendidikan agama merupakan dasar dari segala aspek kehidupan.

“Karena dengan pendidikan agama karakter baik anak-anak kita akan tumbuh,” ucap Bunda Fitri di acara yang bertempat di Aula STKIP PGRI Sumenep, Senin siang (01/10/2018).

Selain memberikan pendidikan agama, guru juga diimbau agar memperkuat rasa nasionalisme dalam jiwa anak didik. Karena seperti yang sudah terjadi, Negara Indonesia saat ini lagi diguncang dengan berbagai ideologi yang bisa merusakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Tegaskan kepada mereka bahwa Pancasila dan UUD 1945 adalah dasar Negara yang tidak boleh kita ubah,” Bunda Fitri menegaskan kembali dasar Negara Indonesia di depan para guru yang tergabung dalam PGRI.

Selanjutnya, istri Bupati Sumenep tersebut juga menyampaikan pentingnya menanamkan nilai-nilai kemandirian. Sebab, jiwa yang mandiri akan mencipta kreativitas dan rasa percaya diri yang kuat pada anak.

Tidak hanya sampai di situ, Ketua Perempuan Bangsa Sumenep tersebut juga meminta para guru agar selalu memberikan pengertian anak didik supaya senang gotong royong. Karena hal itu memberikan banyak manfaat, baik itu untuk dirinya sendiri dan orang lain.

“Penyakit baru yang sudah melanda maayarakat kita adalah penyakit individualisme,” ungkapnya.

Poin terakhir, ucap Bunda Fitri yang juga Bunda PAUD Sumenep, ke depan anak-anak harus dibekali dengan pengetahuan teknologi. Pengetahuan yang dimaksud bukan hanya sebatas menguasai dari produk teknologi tersebut. Melainkan, lebih kepada cara memanfaatkan dan kemampuan memfilter efek negatif dari teknologi itu sendiri.

“Karena kita tidak akan bisa lepas dari teknologi,” ujar perempuan yang dijuluki Srikandi Madura itu.

Rusydiyono, Mata Madura

Exit mobile version