matamaduranews.com–SUMENEP-Momentum Hari Ibu yang diperingati setiap tanggal 22 Desember memang didedikasikan untuk perjuangan dan pengorbanan seorang ibu.
Tentu saja, bagi mereka yang sudah benar-benar menjadi ibu lebih dari itu rasanya. Lebih dari sekadar peringatan dan apresiasi untuk kaum ibu semata.
Hal ini misalnya sebagaimana dirasakan Nurfitriana Busyro Karim.
Ya, Ketua TP PKK Sumenep yang kini juga menjabat anggota Komisi E DPRD Jawa Timur itu mengungkapkan bahwa menjadi seorang ibu sangat luar biasa rasanya.
“Sejak menjadi ibu itu saya merasakan, ya Allah ternyata ya..ibu itu sangat besar sekali pengorbanannya untuk anak,” katanya, Minggu (22/12/2019).
Bunda Fitri, demikian istri Bupati Sumenep, KH A. Busyro Karim itu akrab dipanggil, selanjutnya tak bisa berkata-kata banyak tentang ibu dan harinya ini.
Mata Madura yang menemuinya di sela-sela menghadiri salah satu kegiatan sosial dalam rangka Hari Ibu di Pasongsongan, melihat raut wajahnya mulai berubah sebelum akhinya mengucapkan Selamat Hari Ibu.
“Jadi, Selamat Hari Ibu saja. Semoga ibu-ibu di Indonesia ini semakin kuat dan juga.. . .. , ” air mata itu tiba-tiba mengalir dari pelupuk mata ibunda Bima Sakti Kautsar dan Muhammad Qayshan Nawab tersebut.
Mengerti keharuan Bunda Fitri, Mata Madura dan sejumlah awak media yang wawancara pun memberi jeda.
Seorang panitia di acara yang dihadiri perempuan kelahiran Lombok, 5 September 1978 itu kemudian tergopoh-gopoh memberikan tisu, agar wawancara bisa dilanjutkan.
Lalu apakah motivasi Bunda Fitri terhadap ibu-ibu, khususnya di Pasongsongan?
“Saya berdoa pada seluruh ibu di Indonesia. Kita menghadapi zaman bagaimana anak sekarang itu tantangannya sangat luar biasa sekali.
Tetapi, kita sebagai ibu bagaimana terus berdoa pada anak-anak tiada hentinya, agar anak-anak kita ini.. . .,” jeda lagi oleh renyuh dan air mata yang tak terbendung.
“…karena tanpa doa ibu itu anak-anak ini sangat luar biasa tantangannya.. . . (suara lirih lalu sesenggukan).. . saya sangat merasa sekali, saya merasa doa ibu itu merupakan . . .. (sesenggukan lagi makin jadi).. .
….saya menjadi seperti sekarang ini tentu saja tak lepas dari doa seorang ibu. Itu saja,” pungkas Bunda sambil melap buliran air mata yang menderas di pipinya.
Rafiqi, Mata Madura