Budaya

Siapa Pottre Koneng Yang Makamnya di Gegger, Bangkalan? Ini Penjelasannya (2)

×

Siapa Pottre Koneng Yang Makamnya di Gegger, Bangkalan? Ini Penjelasannya (2)

Sebarkan artikel ini
Siapa Pottre Koneng Yang Makamnya di Gegger, Bangkalan? Ini Penjelasannya (2)
Kolase tangga menuju situs wisata Gegger, goa, dan makam Potre Koneng. (Foto/design by Warits)

matamaduranews.com-BANGKALAN-Seperti disebut dalam tulisan sebelumnya, di bukit Geger terdapat banyak situs bersejarah. Di antaranya Goa Petapan, Goa Potre, Goa Planangan, Goa Pancong Pote, dan Goa Olar. Hingga kini di lokasi tersebut banyak dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Baik masyarakat yang berasal dari Madura maupun dari luar.

Menurut kisahnya, Goa Petapan menjadi tempat bertapa Adipoday, sedangkan Goa Pottre konon merupakan tempat bertapa Pottre Koneng.

Dahulu, saat terjadi peristiwa adu kesaktian antara Jokotole dan Dempo Abang dari negeri seberang, Gegger merupakan salah satu lokasi yang berkaitan dengan kisah legendaris di abad 15 itu. Sebelum terjadi pertempuran dengan anak Bermana dari negeri Kelleng itu, Jokotole dikisahkan menghadap Adipoday di Gunung Gegger.

Pertemuan yang sangat alot sebelumnya, karena sejak kecil Jokotole memang belum pernah bertemu ayahnya. Setelah melalui berapa ujian, akhirnya Adipoday menerima Jokotole. Saat itulah Jokotole menerima senjata pecut atau cemeti dan seekor kuda terbang bernama Megaremmeng.

Kedua pemberian Adipoday itu kelak digunakan Jokotole saat menghadapi Dempo Abang yang mengendarai perahu terbang. Dalam perang tanding satu lawan satu, Dempo Abang beserta perahunya berhasil dihancurkan tepat di atas Bancaran, Bangkalan. Piring Dempo Abang jatuh di tempat yang sekarang disebut Ujung Piring. Sedangkan jangkarnya jatuh di Socah.

Kembali pada Gegger, berawal dari kisah digunakan sebagai pertapaan kedua orang Jokotole, saat ini Goa Petapan dan Goa Potre dijadikan tempat tirakat oleh masyarakat. Di dua tempat yang dianggap keramat tersebut banyak yang mendapatkan benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan mistik.

Banyak orang yang tirakat di lokasi tersebut mengaku mendapat benda gaib. Seperti kisah warga yang pernah berkunjung, saat itu dia mendapat besi kuning dan keris penangkal hujan saat bertirakat. Selain itu, goa lain di Bukit Geger juga memiliki keunikan. Seperti Goa Pancong Pote. Goa yang berada di bibir tebing ini di saat hujan ada air yang mengalir di lantai goa yang sangat bening.

“Masyarakat biasa menyebutnya air tujuh warna, karena seperti bentangan pelangi,” ujar R. Saiful, warga Bangkalan, pada Mata Madura.

Selain goa-goa itu, ada Goa Planangan. Disebut planangan karena di gua itu terdapat stalaktit yang menjuntai ke bawah mirip organ vital pria. Stalaktit itu meneteskan air. Masyarakat setempat percaya bahwa air yang menetes dari stalaktit diyakini bisa menambah keperkasaan pria.

Sementara mengenai sebutan Goa Olar, di samping tiga sebelumnya, karena di depan mulut goa ada sebongkah batu yang mirip kepala ular. Goa tersebut berada di puncak bukit.

Makam Pottre Koneng

Selain goa-goa yang memiliki banyak kisah menakjubkan itu, daya tarik Gegger ialah makam Pottre Koneng yang dibahas di tulisan awal. Meski dalam penelusuran Mata Madura, dari cerita yang berkembang di masyarakat Madura Barat, khususnya Gunung Gegger, terdapat kerancuan dalam memahami sosok Pottre Koneng ini. Karena berdasar cerita yang berkembang itu, sejatinya ada dua sosok putri yang dikenal sebagai Pottre Koneng. Putri yang berbeda asal-muasal sekaligus masanya itu.

Nama Pottre Koneng memang nama yang populer di Madura. Khususnya di Madura Timur (Sumenep).

Raden Werdisastra, penulis buku Babad Songennep mengilustrasikan dengan apik kisah sang putri bersama suami dan anak-anaknya. Yaitu dimulai saat Sang Pottre Koneng (Dewi Saini) bertemu Pangeran Adipoday (anak Panembahan Blingi, Sepudi) di alam gaib. Keduanya menikah dan lahirlah Jokotole beserta adiknya, Agus Wedi.

Jokotole lahir dengan membawa cahaya yang menyelimuti tubuhnya, sesuatu yang diyakini di kalangan masyarakat tradisional sebagai pertanda akan menjadi orang besar di kemudian hari. Sang ibu melahirkannya tanpa darah (nifas). Dan saat tumbuh di pengasingan, Jokotole dikenal memiliki kajunilan sejak kecil. Ia biasa memasukkan tangannya ke bara api, memijit-mijit besi yang semestinya ditempa dengan alat pandi.

Sementara itu di Madura juga ada kisah serupa, yaitu sosok yang diyakini sebagai “penemu” pulau Madura ini, yaitu Raden Sagoro. Kisah itu dimulai dari kehamilan gaib seorang putri dari Kerajaan Medang di sekitar abad 10 Masehi. Sang putri yang dianggap aib kerajaan itu selanjutnya diputuskan menerima hukuman mati dari ayahnya.

Sang patih ditugaskan untuk perkara berat itu. Namun hingga berapa kali, keajaiban terjadi. Upaya membunuh putri selalu gagal sebab bantuan gaib. Sehingga lantas sang patih melepaskan sang putri dan kelak selalu menjadi penolongnya saat sang putri dan putranya Raden Sagoro itu kala menemui kesulitan.

Kisah kedua putri itu pun berlabuh pada sebuah tempat yang sama, yaitu Gegger. Putri Medang dari Jawa mengendarai Gitek (perahu rakitan) dan berlabuh di dekat Gegger. Sementara Raden Ayu Saini Sumenep (Pottre Koneng), dikisahkan bertapa di Gegger bersama suaminya ratusan tahun setelah peristiwa Putri Medang.

Tempat itu pun keramat sebab kisah keduanya itu. Soal makam Pottre Koneng, masih menjadi tanda tanya. R. Diyah warga di dekat Gegger percaya kalau makam itu adalah petilasan Pottre Koneng.

“Kabarnya dulu di situ memang petilasan. Karena dikhawatirkan rusak maka dikemas menjadi makam,” katanya.

Mengenai makam Pottre Koneng Sumenep, secara faktual memang ada di Sepudi, Sumenep. Meski begitu, sebagian masyarakat Bangkalan berkeyakinan yang di Gegger adalah makam putri yang keramat. “Mungkin saja jika benar itu makam, kemungkinannya adalah makam ibunya Raden Sagoro,” ujar Diyah. (habis)

RM Farhan Muzammily

KPU Bangkalan

Respon (2)

Komentar ditutup.