Siti Hajar dan Air Zam-Zam

Om Jo
Om Jo

Oleh: Om Jo

matamaduranews.com-MASIH ingat seorang ibu mulia, Ibunda Nabi Ismail; Siti Hajar ? Ketika melakukan Sa’i saat melaksanakan ibadah Haji atau Umroh, pada hakekatnya kita tengah mengenang kembali pengorbanan Ibu yang agung itu bagi putranya.

Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan bayinya Ismail di lembah kota Makkah karena perintah Allah; yang ingin menjadikan mereka pionir peradaban baru. Siti Hajar, istri seorang Nabi dan putri Raja Mesir itu, harus menerima kenyataan hidup sendirian di padang pasir karena keinginan besarnya untuk mencari ridho Allah.

Tidaklah ringan beban yang harus ditanggung Nabi Ibrahim ketika meninggalkan kedua permata hatinya.  Namun beliau harus berjalan terus menuju tanggung jawab yang baru.

Dalam perjalanannya, di satu titik, ketika Hajar & Ismail tak bisa lagi melihat dirinya, Beliau ‘Alaihissalam, berdo’a; “Ya Rabbana, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah-Mu yang suci, ya Rabbana...”(QS Ibrahim: 37)

Tak lama sesudah ditinggalkan, Siti Hajar kehabisan air minum baginya dan bayinya, Ismail. Ia lalu menuruni bukit SAFA berharap menemukan air atau seseorang. Ternyata, yang ia temui hanyalah padang tandus nan sunyi. Lalu berlari menaiki bukit MARWA.

Ia terus berlari berulangkali di antara kedua bukit itu; SAFA & MARWA, kemudian kembali menemui bayinya, Ismail. Bayinya menangis kehausan. Ibu manakah yang akan sanggup menyaksikan penderitaan anaknya ?

Karena itu, kembalilah sang ibu, Siti Hajar berlari mendaki bukit SAFA mencari air atau bantuan, namun tetap saja tak menemukannya. Tujuh kali ia berlari pulang pergi di antara dua bukit di padang pasir di tengah terik matahari, sementara bayinya masih terbaring sendirian kehausan.

Karena tak menemukan air atau bantuan, Hajar memutuskan untuk kembali memeriksa bayinya. Di puncak ikhtiar itulah, Malaikat Jibril turun ke bumi, seraya menghentakkan tumitnya ke tanah, dan sebuah mata-air terbentuk di dekat Ismail.

Betapa terkejutnya Siti Hajar menyaksikan keanehan itu. Segera ia membungkuk dan mengeruk pasir dengan kedua tangannya di mata-air tersebut.

Rasa syukur tak terhingga, sehingga air-matanya menetes tak terasa karena saking bahagianya. Ya, puncak kesedihan adalah tangis, dan puncak kebahagiaan juga tangis.

Hajar tahu, bahwa Allah tidak akan melalaikan mereka. Andaikata Hajar itu hanya menghendaki kenyamanan dan kemapanan hidup, ia sebenarnya tak perlu susah-susah karena ia anak seorang Raja.

Tetapi pilihan Ibu mulia ini berbeda. Demi dakwah suaminya, ia rela meninggalkan istana yang bertabur kemewahan. Gusti Kanjeng Nabi Muhammad Saw, pernah berkata tentang kisah ini; “Bila ia (Hajar) membiarkan air itu mengalir (begitu saja tanpa ia keruk dengan tangannya), maka air itu akan mengalir keseluruh permukaan bumi.” (HR Bukhari)

Itulah Air Zamzam

Sungguh, komitmen Hajar kepada anaknya dan keteguhan imannya kepada Allah di tengah ujian yang demikian berat, menunjukkan betapa istimewanya Beliau.

Hari ini, jejak-jejak Beliau dikenang kembali oleh para jama’ah Haji. Titip Do’a di Arafah & Titip Salam Untuk Baginda Rasulullah Saw.

Salam, Om JO

Perum Satelit, 7 Agustus 2019

Exit mobile version