matamaduranews.com–SUMENEP-Kabar potensi gempa dan tsunami di Kabupaten Sumenep bukan hanya isu belaka.
Terbuktu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati bersama tim gabungan BMKG Jawa Timur, BPBD Sumenep, Syahbandar, dan Pelindo Kalianget sudah melakukan survey lapangan untuk mengecek persiapan jalur evakuasi apabila terjadi gelombang tsunami.
BMKG dan rombongan melakukan survei lokasi evakuasi terdampak gelombang tsunami di Pelabuhan Kalianget, Sumenep, pada Jumat, 2 April 2021, lalu.
Mengutip situs bmkg.go.id, kunjungan BMKG ke Pelabuhan Kalianget untuk memastikan jalur evakuasi yang sudah dilengkapi rambu-rambu evakuasi sesuai perhitungan peta rawan bahaya tsunami.
Hasil analisis BMKG soal potensi tsunami di Sumenep, juga disampaikan langsung ke Bupati Sumenep Achmad Fauzi pada hari Sabtu, 3 April 2021 lalu di Pendopo Keraton, Sumenep.
Dwikorita mengatakan, Pelabuhan Kalianget Sumenep dipilih menjadi lokasi survei jalur evakuasi karena termasuk dalam wilayah yang berpotensi terdampak tsunami.
“Hasil simulasi pemodelan tsunami yang dilakukan Tim Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG dengan kekuatan gempa M=7.8 (worst case) di sistem patahan bahwa wilayah sekitar Pelabuhan Kalianget berpotensi terdampak tsunami dengan ketinggian mencapai 3 meter, dan prakiraan waktu tiba tsunami kurang dari 4 menit,” terang Dwikora.
“Potensi tsunami ini berbahaya bagi masyarakat sekitar, mengingat wilayah Pelabuhan Kalianget adalah wilayah padat penduduk”, tambah Dwikorita.
Karena itu, selain menyiapkan jalur evakuasi tsunami yang mudah dicapai serta dilengkapi dengan rambu-rambu evakuasi. BMKG berharap kepada masyarakat sekitar pelabuhan Kalianget perlu diedukasi agar dapat melakukan evakuasi mandiri.
“Yang dekat pelabuhan itu diwaspadai, itu tertinggi, dan waktu datangnya itu yang cepat. Sehingga jika menunggu sirene sudah terlambat. Itulah pentingnya sosialisasi,” paparnya.
Dwikorita Karnawati menyebut ada tiga faktor yang menyebabkan Sumenep berpotensi tsunami.
“Pertama patahan kambing. Posisinya di selatan Madura, sekitar Sumenep. Faktor kedua ialah patahan flores, yang ada di flores sampai bali. Sedangkan yang ke tiga tumpukan lempeng di subduksi (zona) selatan pulau Jawa,” pungkasnya.
Ibad, Mata Madura