matamaduranews.com–SUMENEP-Setiap orang memiliki cara berbeda dalam mengisi setiap lembar cerita kehidupannya. Begitupun dengan seorang pemimpin, yang selalu memiliki corak gaya khas dalam menjalankan amanah yang dipikulnya. Seperti Achmad Fauzi sebagai Bupati Sumenep.
Berdasarkan catatan Mata Madura selama meliput sejumlah kegiatan penting yang dihadiri oleh Bupati Sumenep Achmad Fauzi, ada acara khas yang tak tak pernah absen setiap kegiatan. Sebelum acara inti dimulai, pasti selalu diawali dengan santunan anak yatim terlebih dahulu.
Bisa dibilang santunan bagi anak yatim sebelum acara dimulai nyaris ada di semua kegiatan yang dihadiri Bupati Achmad Fauzi. Sependek ingatan, sepertinya hanya rapat internal saja yang tidak dibuka dengan santunan anak yatim.
Satu contoh pada acara Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Sumenep beberapa waktu lalu. Ketika Panen Raya Bawang Merah di Desa Basoka, Kecamatan Rubaru dan Ngopi Bareng dengan petani di Desa Tamidung, Kecamatan Batang-Batang, Bupati Achmad Fauzi mengawali acara dengan menyantuni anak yatim terlebih dahulu.
Dari cerita Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Sumenep Arif Firmanto, tradisi menyantuni anak yatim di awal acara merupakan kebiasaan Bupati Achmad Fauzi yang ditiru dan dipertahankan di setiap kegiatan sejak awal tahun 2022.
Saat itu, kata Kadis Arif, Bupati Achmad Fauzi menghadiri acara penyaluran bantuan Alsitan kepada petani yang bertempat di Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Manding. Sebelum acara penyerahan terlebih dahulu diawali dengan santunan kepada anak yatim.
“Kami menilai santunan anak yatim sebagai pembuka acara merupakan perkara baik yang perlu dipertahankan, bahkan kami menganggapnya sebagai anjuran karena sejauh ini Bapak Bupati tidak melarang akan hal itu,” ujar Arif beberapa waktu lalu.
Selain itu, lanjut Kadis Arif, dengan menyantuni anak yatim berarti telah membantu meringankan beban hidup yang ditanggung mereka. Sehingga, santunan anak yatim seperti telah menjadi ‘syarat rukun‘ acara Bupati Sumenep.
“Lebih-lebih dalam Alquran sudah jelas mengenai anjuran menyantuni anak yatim. Barang siapa yang melakukan akan menuai keberkahan, maka dengan begitu semoga kegiatan yang kami selenggarakan berkah sebab santunan sehingga berdampak pada kemajuan Sumenep khususnya di bidang pertanian,” ungkap Arif.
Hal senada juga pernah disampaikan Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Sumenep Abdul Madjid bahwasanya santunan anak yatim di setiap acara memang perintah dari Bupati Achmad Fauzi.
“Tetapi sifatnya bukan paksaan, dan semampunya,” kata Kaban Madjid.
Termasuk ketika Bupati Achmad Fauzi melakukan kunjungan kerja ke Pulau Sapudi dan Giliraja, santunan anak yatim tetap menjadi rangkaian acara yang khas.
Sekilas, hal itulah yang kemudian ditangkap dan diabadikan sebagai gaya kepemimpinan Bupati Achmad Fauzi selama memimpin Sumenep yang sudah melewati ulang tahun pertamanya pada Februari lalu.
Tidak berlebihan, jika tradisi menyantuni anak yatim sebelum memasuki acara inti itu menjadi ‘syarat rukun’ yang harus selalu ada dalam acara Bupati Achmad Fauzi.
Dengan begitu, gelar Abul Yatama atau bapak anak yatim dari Baznas Sumenep kepada Bupati Achmad Fauzi baru-baru ini bukan pemberian biasa yang tak berdasar. (*)