Tawasul dan Lobi Politik

Kiai Busyro Karim
KH A. Busyro Karim

Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa sadar, kita sering melakukan tawasul dan lobi-lobi politik. Walau perbuatan kita bukan semata kepentingan politik praktris. Tapi, aksi tawasul dan lobi-lobi politik itu, seakan sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh: Dr. KH. A. Busyro Karim, M.Si*

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

matamaduranews.com-Mari kita pahami makna kata tawasul dan lobi politik.

Tawasul secara bahasa Indonesia memiliki arti mendekatkan diri atau memohon kepada Allah SWT melalui wasilah (perantara) yang memiliki derajat tinggi di hadapan Allah.

Dalam bahasa Arab, al-Wasilah, secara bahasa (etimologi) berarti segala hal yang dapat menggapai sesuatu atau dapat mendekatkan kepada sesuatu. Al-Wasilah bentuk jamaknya adalah wasaa’il.

 Dan perbuatan tawassul mendapat legetimasi dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 35, yang berbunyi; Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Ibnu ‘Abbas memaknai wasilah dalam ayat di atas adalah amal ibadah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.

Bagaimana amal ibadah yang terkategori wasilah yang benar? Yaitu, perbuatan atau beribadah yang memang menjadi perhatian Allah, agar menurunkan rahmat-Nya.

Seperti, perut dibiasakan lapar (puasa), Allah akan memberi rahmat kepada orang yang berpuasa. Selalu membaca al-Qur’an. Suka mengerjakan shalat malam. Selalu membantu orang lain secara ikhlas. Memelihara waliyullah (kekasih-Nya). Dan banyak amal ibadah lain, yang terkategori wasilah karena bisa mendatangkan rahmat Allah.

Yang perlu ditegaskan di sini soal memelihara kekasih-Nya. Allah Swt dalam hadits Qudsi berfirman; Barangsiapa yang mengganggu kekasih-Ku, Aku nyatakan perang kepada orang itu. Sebaliknya, barangsiapa yang memerlihara kekasih-Ku, Aku akan memberi rahmat sebagaimana Aku memberi rahmat kepada kekasih-Ku.

Bukankah hidup kita di dunia ini hanya berharap rahmat Allah? Rahmat Allah merupakan bagian dari rahasia Allah. Setidaknya, kita berbuat atau beribadah mencari cara agar bisa meraih rahmat-Nya.

Dengan metode apa? Banyak ajaran Islam yang tekandung di al-Qur’an dan al-Hadits Nabi Saw yang menjelaskan sejumlah amal ibadah untuk meraih rahmat-Nya. Amal ibadah itulah bagian dari wasilah (perantara) untuk meraih rahmat-Nya.

Nabi Muhammad Saw juga melakukan pendekatan (wasilah) kepada Allah Swt setiap akan memanjatkan doa kepada Allah Swt.

Apa itu? Nabi Saw pasti mendahului dengan membaca surat al-Fatihah, sebelum memohon bantuan kepada Allah. Apa maknanya? Nabi Saw sadar bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah Swt.

Sedangkan al-Fatihah merupakan induk atau intisari al-Qur’an. Dengan membaca al-Fatihah itu, Nabi Saw berharap mendapat rahmat Allah karena membaca intisari al-Qur’an. Setelah itu, baru memohon pertolongan (berdoa) kepada Allah Swt.

Begitu juga, dalam kehidupan sehari-hari ketika saat menjalankan aktivitas, seakan wajib melakukan pendekatan (lobi) agar sesuatu yang dicitakan tercapai.

Seperti, dalam memasarkan produk atau jualan, jalan pendekatan (lobi) menjadi cara jitu agar yakin terhadap keunggulan produk yang ditawarkan. Ada dengan cara presentasi produk yang ditawarkan.

Begitu pun, agar mendapat bantuan penguasa atau orang yang memiliki kekuasaan atau orang berpengaruh, kita perlu melakukan pendekatan (lobi). Bentuknya beraneka ragam.

Lobi-lobi politik sebenarnya tidak melulu digunakan para pelaku politik praktis. Lobi-lobi politik itu bermakna cara jitu melakukan pendekatan.

Lobi politik secara substansi sudah dilakukan oleh banyak orang untuk meraih tujuan yang ingin dicapai. Karena lobi politik diyakini menjadi wasilah (model pendekatan) yang ampuh dalam mewujudkan cita-cita.

Apakah tanpa wasilah (pendekatan) atau lobi bisa meraih apa yang dicitakan? Secara konvensional bisa demikian. Seperti orang jualan di toko kelontong. Para penjual ini menggunakan metode konvensional. Tanpa berpikir strategi penjualan (marketing). Soal berapa yang laku jualan, berpasrah kepada pasar.

Sama halnya kita beribadah kepada Allah tanpa pendekatan (wasilah), juga tidak dilarang. Hasil ibadah berpasrah kepada Allah. Tidak repot cari metode instan untuk meraih rahmat Allah.

Bagaimana dengan model tawasul atau lobi? Semuanya kembali kepada masing-masing individu.

*Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al Karimiyyah, Beraji, Gapura, Sumenep.

Exit mobile version