Berita Utama

Temui Penderita Kanker Hati, Utusan Bupati Pamekasan Bawa Biji Tasbih. Kenapa?

Perut Terus Membuncit: 7 Bulan Kondisi Penderita Kanker Hati. foto fb taufiqurrahman putera khafi
Perut Terus Membuncit: 7 Bulan Kondisi Penderita Kanker Hati. foto fb taufiqurrahman putera khafi
Perut Terus Membuncit: 7 Bulan Kondisi Penderita Kanker Hati. Rumah reot penderita (kiri bawah)
foto fb taufiqurrahman putera khafi

MataMaduraNews.comPAMEKASAN-Di awal tahun 2017, netizen Pamekasan, Madura, Jatim, dikejutkan dengan status akun facebook bernama Taufiqurrahman Putera Khafi, kontributor Madura di Kompas.com. Taufiq-begitu dia akrab dipanggil- menulis status seorang perempuan yang sedang menderita kanker hati. Perempuan miskin itu, hidup di gubuk riot, kedatangan tamu yang mengaku utusan Bupati Pamekasan, Achmad Syafii, Jumat lalu (30/12/2016).

Status Taufiq menjadi perbincangan netizen di medsos. Bukan karena perut penderita  yang terus membuncit setelah 7 bulan menderita kanker hati. Netizen lebih tertarik mengulas pemberian tamu yang mengaku utusan Bupati Syafii. Lho kok bisa? ya..karena si utusan bupati hanya memberi biji tasbih kepada si penderita.
Karuan saja, status yang berjudul Biji Tasbih ini mengundang komentar dari netizen lain. Banyak komentar bersayap. Seperti yang ditulis, Jais Da’ikalau utusan itu ngasih tasbih itu baik.tapi yg sangat baik ngasih uang.mungkin utusan itu orang yg sangat bertakwa.allahu a’alam,”. Sedang Ahmad Rhojil Mannan menulis, “Tasbih bukan hanya sekadar untuk berzikir tp tasbih juga merupakan alat hitung. Jd hemat sy bos, di Suruh menghitung (menunggu) berapa lama ajal yg akan tiba. Ya Allah semoga ada yg ingin menolongnya,”.
Komentar yang bernada satir datang dari akun bernama, Elman Duro. Dia menulis begini, “Semakin tidak jelas arahnya. Klo pemerintah memberikan biju tasbih bagi orang sakit insallah saya akan gagal paham. Tpi klo kiai/ulamak memberikan biji tasbih saya sdah jelas paham. Karena pemerintah dan kiai/ulamak,”.
Sayang, entah sebab, Taufiq tidak menjelaskan secara detail nama dan alamat perempuan malang ini. Padahal, dalam status itu, Taufiq sedang menemui suami si perempuan itu. Beruntung ada netizen lain, bernama, Akhmad Mausul Nasri menyebut alamat si perempuan itu. Dia menulis, “Baratnya polsek larangan ada jakan ke utara 1 km…kanan jalan…desa laranagan dalam kec larangan,” tulisnya. Status Iisfandriani memperjelas dengan menulis, “Almt Dsn batu putih larangan dalan larangan pmk,”. Dan pemberitaan media online menyebut, perempuan malang itu, bernama Asmani (59), warga Dusun Batu Putih, Desa Larangan Dalam, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Sedang sang suami, Junaidi (61).
Biji Tasbih
Penghuni gubuk ini sudah 7 bulan menderita. Perutnya terus membuncit setelah salah satu dokter bilang bahwa penyakitnya adalah kanker hati. Dokter yang datang menjenguk, mengaku angkat tangan menanganinya. Alasannya, hanya orang seperti Dahlan Iskan yang sanggup melakukannya. Baik dari kesiapan mental maupun kesiapan biayanya.

Namun bagi penghuni rumah ini, tak ada daya meniru jejak bos Jawa Pos itu. Jerih payah menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Arab Saudi selama empat tahun, tak mampu membeli tanah, membangun rumah dan menafkahi hidupnya sehari-hari. Gubuk reot itu dibangun di atas tanah orang lain.

Kabar sakitnya penghuni rumah ini pun, merebak ke mana-mana setelah ramai diunggah ke media online dan media sosial. Hingga akhirnya sampai ke telinga Bupati. Karena kesibukannya, orang nomor satu di Pamekasan ini memerintahkan salah satu asistennya menjenguk penghuni rumah.

Jumat malam, utusan Bupati tiba di gubuk reot itu. Sang suami yang menemui utusan menuturkan kronologi sakit yang diderita isterinya panjang lebar.

Si utusan berpesan agar jangan hanya mengandalkan penanganan medis saja untuk menyembuhkan penyakit isterinya. Tetapi juga bisa dengan cara doa dan pengalaman penanganan yang dilakukan orang pintar alias dukun.

Setelah panjang lebar berbicara, sebelum pamit pulang, si utusan memberikan sesuatu kepada si suami. Setelah dilihat, barang tersebut tasbih yang biasa digunakan untuk menghitung jumlah dzikir.

“Perbanyak baca dzikir,” pesan terakhir si utusan seraya berpamitan. Si utusan langsung naik ke mobil berwarna hitam bernomor polisi M . . . . AP melaju pelan ke arah selatan.

Beberapa saat kemudian si suami berfikir, mudah-mudahan biji tasbih pemberian si utusan menjadi “obat”.

Malam semakin larut, si suami belum menangkap semua pesan si utusan. Dirinya berfikir, isterinya segera dibawa ke rumah sakit, biayanya ditanggung pemerintah dan BPJS yang sudah menjadi tanggungannya segera ditangani pemerintah. Namun fikirannya itu hanya menjadi lamunan hingga dibawa terlelap.

Begitulah kisah yang diceritakan si suami kepadaku, Ahad 1 Januari 2017

Reporter: Hasib, Mata Pamekasan

 

Exit mobile version