Dengan keputusan tersebut, Argo menegaskan, seluruh personel Polri harus memiliki jiwa kepemimpinan yang mengayomi dan melayani masyarakat dan anggota dengan sangat baik serta menjadi prioritas.
Tak hanya itu, Argo juga berharap, dengan adanya komitmen itu, bisa menjadi efek jera bagi siapapun personel Kepolisian yang berani melanggar aturan.
“Jadilah pemimpin yang teladan, bijaksana, memahami, mau mendengar, tidak mudah emosi, dan saling menghormati. Dengan begitu, Polri ke depannya akan semakin mendapatkan kepercayaan di masyarakat,” ujar Kadiv Humas Polri itu.
Sebelumnya, Kapolri Jenderal Sigit mengutip peribahasa ‘Ikan Busuk Mulai dari Kepala’ terkait dengan kepemimpinan. Dengan kata lain, segala permasalahan internal di Kepolisian dapat terjadi karena pimpinannya bermasalah atau tidak mampu menjadi teladan bagi jajarannya.
“Ada pepatah ‘ikan busuk mulai dari kepala’, kalau pimpinannya bermasalah, maka bawahannya akan bermasalah juga. Pimpinan harus jadi teladan, sehingga bawahannya akan meneladani. Karena kita tidak mungkin diikuti kalau kita tidak memulai yang baik, kita tidak mungkin menegur kalau tidak jadi teladan, harus mulai dari pemimpin atau diri sendiri,” papar Kapolri Sigit.
“Ini yang saya harapkan rekan-rekan mampu memahami. Hal yang dijalankan penuh keikhlasan akan menjadi buah keikhlasan. Tolong ini diimplementasikan bukan hanya teori dan pepatah,” imbuhnya.
Sebagai Kapolri, Sigit memastikan, dirinya beserta pejabat utama Mabes Polri memiliki komitmen untuk memberikan reward bagi personel yang menjalankan tugasnya dengan baik dan bekerja keras untuk melayani serta mengayomi masyarakat.
“Saya dan seluruh pejabat utama memiliki komitmen kepada anggota yang sudah bekerja keras di lapangan, kerja bagus, capek, meninggalkan anak-istri. Akan selalu komitmen berikan reward, kalau saya lupa tolong diingatkan,” ucap Sigit.
Namun sebaliknya, Sigit menegaskan, sanksi tegas akan diberikan kepada seluruh personel yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, atau melanggar aturan yang ada.
Bahkan, Sigit tak ragu untuk menindak tegas pimpinan di Kepolosian apabila tidak mampu menjadi tauladan bagi jajarannya, apabila ke depannya masih melanggar aturan.
Begitu pula terhadap anggota yang melakukan kesalahan dan berdampak kepada instansi Korps Bhayangkara, maka pimpinan jangan ragu melakukan tindakan.
“Kalau tak mampu membersihkan ekor, maka kepalanya akan saya potong. Ini semua harus dilakukan untuk kebaikan organisasi yang susah payah berjuang. Jadilah teladan, pelayan dan pahami setiap masalah dan suara masyarakat agar kita bisa ambil kebijakan yang sesuai,” pungkas Sigit. (*)