Hukum dan Kriminal

Teror via Telpon ke Korban Pemerkosaan Bergilir 7 Pria

×

Teror via Telpon ke Korban Pemerkosaan Bergilir 7 Pria

Sebarkan artikel ini
Teror via Telpon ke Korban Pemerkosaan Bergilir 7 Pria
Tiga Saudara korban pemerkosaan oleh 7 pria bergilir saat berpose di depan rumah yang biasa ditempati korban. (matamadura.syaiful)

matamaduranews.comBANGKALAN-Mathur Husyairi mengaku sedih mendengar korban pemerkosaan bergilir oleh 7 pria meninggal dunia.

Korban diperkosa 7 pria misterius pada Jumat dini hari (26/6/2020)-bukan seperti yang diberitakan Sabtu dini hari (27/6/2020)-di Desa Bandang Laok, Kecamatan Kokop, Bangkalan, Madura.

Anggota DPRD Jatim asal Bangkalan ini, punya cerita saat korban mendatangi rumahnya. Korban minta pendampingan hukum atas kasus yang baru menimpanya.

Mathur bercerita, saat itu Minggu sore (28/6/2020) korban mendatangi rumah Mathur usai melapor ke Polres Bangkalan.

Korban banyak cerita saat menginap di rumah Mathur. Saat di rumah Mathur, sore hingga malam hari, korban menerima banyak telpon dari nomor yang tak dikenal.

“Telpon dari nomor tak dikenal itu berisi berbagai teror agar korban mencabut laporan di kepolisian,” cerita Mathur kepada Mata Madura, Sabtu (4/7/2020).

Teror via Telpon ke Korban Pemerkosaan Bergilir 7 Pria

Selain teror telpon dari nomor tak dikenal. Orang tua korban juga mendesak korban untuk segera pulang.

Minggu malam hari, korban banyak curhat ke Muthmaiinnah, istri Mathur. Sesama perempuan, korban meluapkan isi hatinya apa yang baru menimpa dirinya.

Senin pagi, korban pulang ke rumahnya di Desa Bandang Laok, Kokop. Saat di rumah, korban terus diteror lewat telpon dari nomor tak dikenal.

Muhammad, sepupu korban bercerita. Selasa pagi, korban dijemput dua anggota Polres Bangkalan untuk mempertemukan dengan dua teman korban saat menjemput dari rumahnya.

Dari cerita itu, Mathur punya keyakinan kepolisian sudah mengantongi petunjuk kepada para pelaku pemerkosaan.

“Say yakin polisi memiliki komitmen dalam kasus ini. Pasti ada langkah jitu. Kami percaya,” terang politisi PBB ini.

Kata Mathur, berdasar keterangan korban (pelapor), polisi sudah memiliki petunjuk. Baik dari saksi maupun bukti lain.

Sayang polisi waktu itu tak langsung melakukan penahanan tidak lebih dari 1 x 24 jam.

Langkah itu sebagai bentuk antisipasi pelaku kabur. “Kami rasa, Polda Jatim dengan alat detektifnya sangat canggih. kami tak meragukan pencarian pelaku,” tutur Mathur.

Mathur sangat berharap aparat kepolisian resort Bangkalan dapat mengusut tuntas 7 pelaku agar menimbulkan efek jera.

Mathur prihatin, banyak kasus pemerkosaan di Bangkalan. Seperti Kasus Pemerkosaan Desa Lergunong, Pantai Rongkang, Desa Banyoneng Dajah. Baru-baru ini di Bandang Laok hingga berujung depresi dan meninggal dunia.

Sebagian besar perempuan desa di Bangkalan, kata Mathur mengalami korban pemerkosaan.

Banyak korban tidak berani melapor karena tak berdaya. Sehingga banyak kasus yang tak terungkap. Berakhir damai.

Pelaku dan korban dikawinkan. Satu bulan berikutnya bercerai.

“Ini merupakan perbuatan tidak mendidik. Merugikan keluarga. Stigma itu harus diubah,” sebut Mathur.

Kata Mathur, sejumlah Tokoh Desa maupun Kades ikut meredam kasus pemerkosaan. Pemerkosaan dianggap aib. Kemudian diam seribu bahasa tak melapor ke polisi. Lalu berujung damai.

Moral Pemuda Tanggung Jawab Bersama

Kata Mathur, kondisi moral generasi muda di Kota Dzikir dan Shalawat ini tanggung jawab bersama. Bupati, DPRD, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat dan pemangku kebijakan.

Banyak lembaga pesantren di Bangkalan. Pendidikan Islam di desa-desa cukup menjanjikan. Para dai berdakwah memberikan pemahaman agamanya.

Tapi banyak perbuatan amoral para pemuda tetap terjadi.

Mathur berharap, tokoh agama dan pemangku kebijakan tidak diam dalam melihat situasi ini. Perlu menyelamatkan generasi bangsa.

Mantan aktivis PMII Surabaya ini, menyebut kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual ibarat puncak gunung es.

Karena itu, dia mendorong pemerintah Bangkalan untuk segera mendirikan shelter Rumah Aman untuk melindungi korban dari kekerasan dan pelecehan seksual.

“Tambah itu anggaran di Dinas KB P3A di Bangkalan. Buat rumah aman. Kalau tak ada shelter, tentu tak ada tempat untuk konsultasi terkait perlindungan kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual,” pinta Mathur.

Mathur berharap, shelter Rumah Aman dapat menjawab kebutuhan para korban pemerkosaan. Mendapat pelayanan psikolog. Kesehatan hingga perlindungan hukum.

“Sehingga tak ada lagi kasus korban pemerkosaan hingga nekad bunuh diri. Jika dibiarkan sama saja amoralnya kita dengan pelaku para yang perusak masa depan perempuan itu,” pungkasnya.

Syaiful, Mata Madura

KPU Bangkalan