Vaksinasi di Pulau Madura Rendah

Vaksin Covid-19
SIAP DIVAKSIN: Kadus Mansuri di dampingi Babinsa setempat ketika akan divaksin di Puskesmas Gayam, Pulau Sapudi, Sumenep, Kamis (17/06/2021). (Foto Miftah/Mata Madura)

matamaduranrws.com-Sikap masyarakat Madura tentang vaksinasi covid-19 tergolong sangat rendah dibanding kabupaten/kota lain di Jawa Timur.

Mengutip ulasan Harian Disway, 16 Agustus, vaksinasi di Madura tergolong paling buncit.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Dari data yang ada, prosentasenya tak mencapai 10 persen.

Berikut Kabupaten di Madura yang telah melakukan vaksinasi:

  1. Kabupaten Bangkalan: 9,94%
  2. Kabupaten Pamekasan: 9,70%
  3. Kabupaten Sumenep: 9,21 %
  4. Kabupaten Sampang : 6,87%

Prosentase yang rendah di Madura bikin Provinsi Jawa Timur menempati rangking ke tujuh se Indonesia yang telah melakukan vaksinasi covid.

Begitu pun vaksinasi dosis kedua masih jauh dari target. Hanya 13,13 persen yang sudah divaksin doses kedua. Rangking se Indonesia, Provinisi Jawa Timur menempati posisi ke 12.

Plt Kadinkes Jatim, dr Kohar Hari Santoso menyebut, fasilitas vaksinasi untuk masyarakat Madura sudah tersedia. Termasuk alokasi vaksin untuk wilayah Madura sudah didistribusikan. Tenaga vaksinasi juga sudah siap.

“Hanya minat masyarakat saja yang sangat rendah,” terangnya.

Karena itu, solusi yang pelu diambil kata Kohar, perlunya sosialisasi dan edukasi lebih jauh tentang vaksinasi covid-19 untuk masyarakat Madura.

“Sejauh ini pemerintah sudah mengandeng tokoh agama untuk memotivasi masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan bervaksin,” sambungnya.

Sikap kesadaran masyarakat Madura yang rendah tentang vaksinasi covid-19 mendapat tanggapan dari Guru Besar sosiolog Unair, Bagong Suyanto.

Menurutnya banyak faktor yang perlu dipahami oleh pemerintah kenapa masyarakat Madura minim bervaksin covid-19.

Katanya, pemahaman masyarakat Madura tentang vaksin sangat variatif.

“Vaksin tak bisa dipandang sekedar tentang medis. Secara politis dan kultural juga memperngaruhi sikap masyarakat Madura tentang vaksin,” terangnya.

Faktor lain, katanya, adanya kabar burung yang menyatakan vaksin mengandung babi.

“Jika dikaitkan dengan agama karena bertentangan dengan keyakinan masyarakat Madura,” tuturnya.

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair ini, berharap pemerintah tak putus asa menghadapi sikap masyarakat Madura.

“Problem harus dihadapi dengan mindset sebagai tantangan yang harus dipecahkan,” sambungnya.

“Kalau tokoh agama sudah tak punya efek, harus cari tokoh tokoh lain yang punya pengaruh di setiap komunitas-komunitas kecil dalam masyarakat,” pungkasnya memberi solusi.

Sementara itu, sikap pemerintah di empat Kabupaten di Madura untuk mensukseskan vaksinasi covid-19 terus dilakukan.

Berbagai langkah dilakukan pemerintah agar masyarakat Madura bersedia melakukan vaksinasi covid-19.

Selain menggandeng tokoh masyarakat. Pemerintah juga melakukan pendekatan secara humanis kepada masyarakat.

Hanya saja, masyarakat Madura terlanjur terpengaruh adanya informasi yang tak bisa dipertanggungjawabkan soal efek vaksinasi covid-19.

Bahkan, masyarakat Madura memilih tak menerima bantuan sosial dari pemerintah jika diharuskan melakukan vaksinasi. (**)

berita ini sudah tayang di matajatim.id

Exit mobile version