matamaduranews.com-Kasus korupsi BTS (base transceiver station) Kominfo yang melibatkan Johny Gerard Plate sudah masuk tahap eksepsi di pengadilan korupsi.
Johny Plate membantah telah melakukan korupsi. Plate malah menyebut proyek BTS merupakan realisasi dari instruksi Presiden Jokowi.
Lebih dari itu, dalam fakta persidangan, terungkap terdakwa Irwan Hermawan telah membagi-bagi uang ratusan miliar dari proyek BTS. Di antara penerima uang bancakan korupsi itu ada nama Dito Ariotedjo, Menteri Pemuda dan Olahraga. Dito Dito sudah diperiksa karena disebut menerima Rp 27 miliar dari aliran korupsi proyek BTS.
Happy Hapsoro, suami Puan Maharani, masih belum diperiksa. Sebelumnya, Direktur Utama PT Basis Utama Prima, Yusrizki sudah ditetapkan tersangka Korupsi BTS. Perusahaan itu milik Happy Hapsoro.
Dhimam Abror Djuraid menulis analisis kaitan heboh berita Jakarta International Stadium (JIS) dan Ponpes Al Zaytun yang dipimpin Panji Gumilang dengan pengembangan korupsi Rp 8 triliun proyek BTS, diduga bagian dari pengalihan publik.
“Jangan-jangan, ribut JIS dan Panji Gumilang sengaja dimunculkan untuk mengalihkan perhatian publik,” tulis Dhimam di situs kempalan.com.
Berikut tulisan lengkapnya:
JIS, Al Zaytun, dan Korupsi BTS
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Perdebatan mengenai Jakarta International Stadium (JIS) sebagai salah satu tempat pertandingan kejuaraan sepak bola Piala Dunia U-17 berlangsung selama lebih dari seminggu dan menjadi trending topic tiap hari. Perdebatan mengenai kelayakan JIS seolah tidak ada habisnya. Mulai dari menteri sampai orang di pinggir jalan terlibat dalam perdebatan itu.
Inilah uniknya sepak bola Indonesia. Berita mengenai prestasi tim nasional kalah heboh oleh berita mengenai kaitan sepak bola dan politik. Indonesia batal menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 Mei lalu gegara isu politik yang berhubungan dengan penolakan kehadiran timnas Israel. Sekarang, ketika Indonesia diberi kompensasi untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17, isu politik muncul lagi.
Bagi Indonesia, Piala Dunia di semua level usia adalah kesempatan sekali seumur hidup yang sulit untuk terulang. Akan amat sangat sulit bagi Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia melalui jalan kualifikasi. Satu-satunya yang bisa ditempuh adalah jalan pintas dengan menjadi tuan rumah, yang secara otomatis akan ikut dalam pertandingan. Itulah yang dilakukan Indonesia sekarang ini.
Harusnya fokus publik tertuju pada kesiapan dan persiapan timnas Indonesia U-17 yang akan mewakili bangsa di kancah yang langka ini. Harusnya publik tahu sejauh mana persiapan timnas dan kira-kira targetnya apa, sekadar menumpang lewat atau bisa lolos penyisihan grup. Pemain-pemain yang dipersiapkan siapa saja. Indonesia akan memakai pemain-pemain produk lokal, atau akan memakai pemain-pemain blasteran atau naturalisasi.
Setidaknya ada tiga menteri terlibat dalam pusaran perdebatan ini; Erick Thohir menteri BUMN yang merangkap sebagai ketua PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), Dito Ariotedjo menteri pemuda dan olahraga, dan Basuki Hadimuljono menteri PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). Ketiganya—atas petunjuk Presiden Jokowi—akan melakukan renovasi terhadap JIS karena beberapa fasilitasnya dianggap tidak layak dan tidak sesuai dengan standar FIFA.
Perdebatan ini menyedot energi nasional. Pro dan kontra tidak ada habisnya. Perdebatan yang seharusnyan bersifat teknis berkembang menjadi perdebatan politik. bahkan, perdebatan politik lebih mendominasi ketimbang perdebatan teknis. Pendukung Anies Baswedan tegas menyatakan bahwa ada upaya menggergaji legasi Anies dengan mendiskreditkan JIS.
Selain JIS, kontroversi heboh juga terjadi dalam kasus Pesantren Al-Zaytun. Kasus lawas ini mendadak viral lagi dan memantik perdebatan nasional yang panjang dan berlarut-larut. Banyak pihak yang menuding Al-Zaytun menganut dan menyebarkan ajaran sesat. Sudah ada yang melaporkannya ke Bareskrim, dan Panji Gumilang, pemimpin dan pendiri Al-Zaytun sudah diperiksa.
Yang bikin heboh adalah informasi yang menyebutkan ada petinggi negara yang menjadi beking Al-Zaytun. Nama yang santer disebut adalah Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko. Nama lain yang santer disebut adalah A.M Hendropiyono mantan kepala BIN (Badan Intelijen Negara) yang sudah lama pensiun tapi masih aktif berpolitik.
Moeldoko geram ketika ditanya media mengenai hubungan baiknya dengan Panji Gumlang. Ketika masih menjadi Pangdam Siliwangi Moeldoko memang beberapa kali datang memberi ceramah di Al-Zaytun. Hal ini dianggap sebagai indikasi kedekatannya secara pribadi dengan Panji Gumilang. Ketika Moeldoko menjadi panglima TNI hubungannya dengan Panji Gumilang disebut-sebut masih baik, dan bahkan berlanjut sampai sekarang.
Moeldoko berang karena tudingan itu. Dengan lugas ia mengatakan bahwa jika Panji Gumilang bertindak macam-macam dia yang menjadi orang pertama yang membereskan. Kendati demikian, Moeldoko mengingatkan bahwa ada puluhan ribu santri yang belajar di Al-Zaytun. Jangan sampai satu orang berbuat salah seluruh institusi dihancurkan.
Tapi, penegasan Moeldoko seperti dimentahkan sendiri oleh Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin. Ia dengan tegas membela Al-Zaytun dari tuduhan menyebarkan ajaran menyimpang. Ngabalin memastikan tidak ada ajaran-ajaran sesat di pondok pesantren itu. Ia menyebut Panji Gumilang adalah sosok cerdas, keturunan kader Masyumi, dan anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).
Alih-alih membuat perdebatan mereda, pernyataan Ngabalin makin membuat panas situasi. Sikap Ngabalin yang pasang badan terhadap Al-Zaytun memanaskan tudingan bahwa ada kekuatan besar yang berada di balik Al-Zaytun sehingga Panji Gumilang terkesan sakti.
Heboh JIS dan Al-Zaytun menenggelamkan berita kasus korupsi BTS (base transceiver station) yang melibatkan Johny Gerard Plate sebagai menteri Kominfo. Pengadilan korupsi senilai Rp 8 triliun itu memasuki tahap eksepsi, dan Johny Plate membantah telah melakukan korupsi. Plate malah menegaskan bahwa proyek BTS merupakan realisasi dari instruksi Presiden Jokowi.
Plate membeberkan bukti-bukti mengenai instruksi Presiden Jokowi itu. Ia tidak berbicara lebih jauh, tetapi secara implisit ia mengatakan bahwa Presiden Jokowi ikut cawe-cawe dalam proyek ini dengan perannya sebagai inisiator.
Johny Plate dianggap melempar bola panas ke arah Presiden Jokowi. Belum ada suara yang mendesak Presiden Jokowi dihadirkan sebagai saksi di persidangan. Tetapi dengan melempar bola panas itu Plate mau membagi tanggung jawab kepada Presiden Jokowi.
Fakta persidangan mengungkap bahwa terdakwa Irwan Hermawan telah membagi-bagi uang ratusan miliar dari hasil sogok proyek BTS. Di antara penerima uang bancakan korupsi itu ada nama Dito Ariotedjo yang sekarang menjadi menteri pemuda dan olahraga.
Dito disebut menerima Rp 27 miliar. Ia sudah diperiksa dan mengatakan bahwa uang itu tidak ada hubungannya dengan posisinya sebagai menteri. Penasihat hukum Irwan Hermawan mengatakan bahwa ada pihak yang mengembalikan uang Rp 27 miliar, tetapi tidak disebutkan identitasnya.
Publik menduga Dito berusaha membersihkan tangan dengan mengembalikan uang bancakan itu. Publik menunggu apakah dengan mengembalikan uang bancakan korupsi Dito bisa lolos dari jerat korupsi.
Nama besar lain yang disebut terlibat dalam proyek BTS ini adalah Happy Hapsoro, suami Puan Maharani, ketua DPR RI. Direktur utama PT Basis Utama Prima, Yusrizki sudah ditetapkan sebagai tersangka korupsi BTS. Perusahaan itu milik Happy Hapsoro. Sampai sejauh ini Happy Hapsoro belum diperiksa.
Korupsi BTS mengalir sampai jauh. Kalau dibongkar tuntas akan mengguncang sendi-sendi kekuasaan. Mungkin ada upaya untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus korupsi berjamaah itu.
Jangan-jangan, ribut JIS dan Panji Gumilang sengaja dimunculkan untuk mengalihkan perhatian publik. Waspadalah. (Kempalan)