Religi

Warisan Cak Anam Bagi NU

×

Warisan Cak Anam Bagi NU

Sebarkan artikel ini
Cak Anam
Cak Anam bersama penulis suatu waktu di Museum NU

matamaduranews.com-Warisan Cak Anam terhadap NU tak terhitung jumlahnya. Setidaknya, keluhan Benedict Anderson, profesor Cornell University, Amerika Serikat-bisa dijawab Cak Anam melalui mahakarya (masterpiece) tentang NU.

Anderson mengeluh kajian tentang NU sangat ninim diulas oleh para peneliti Indonesia dan peneliti luar negeri. Dokumen-dokumen tentang NU sulit ditemukan dalam kajian ilmiah.

Kalau pun ada kajiannya tak utuh. Yang menonjol dalam ulasan NU saat itu,  kelebihan sosok Kiai NU yang memliki karomah. Berdasar kesaksian dari para santri dan pengikutnya.

Gus Dur suatu waktu, pada awal 1990-an bercerita, mencari tulisan yang membahas NU, ibarat mencari penjual es di malam hari.

Organisasi NU sebagai ormas keagamaan sangat berpengaruh di Indonesia. Sejak NU lahir di tahun 1926 hingga 1970-an, kajian ilmiah tentang NU begitu asing di dapat.

Beruntung ada Choirul Anam-yang akrab dipanggil Cak Anam. Mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel, Surabaya ini, membuat skripsi tentang NU. Selama 4 tahun, Cak Anam mendalami NU untuk penulisan skripsi-nya.

Pada bulan Mei 1984, Cak Anam mendapat gelar sarjana setelah menyelesaikan skripsi yang berjudul: Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama. Karya sarjana strata satu itu, dicetak menjadi buku sebagai masterpiece dan Buku Babon NU.

Skripsi Cak Anam tentang NU tiada tandingnya. Kekuatan karya Cak Anam terletak pada data yang sangat luas dan mendalam. Sumber datanya berasal dari para pelaku sejarah dan data primer yang tak banyak diketahui para pengkaji NU sebelumnya.

Ulasan kesejarahan NU oleh Cak Anam melalui sumber langsung ke tokoh-tokoh NU. Maklum, Cak Anam masih keturunan pendiri (dzurriyah muassis) NU.

Kedekatan Cak Anam dengan sejumlah Kiai NU terdahalu, seperti KHR Asad Samsul Arifin, Sukorejo, Situbondo. KH Umar Burhan dari Gresik, salah satu murid KH Hasyim Asyari yang juga aktivis NU generasi awal-juga mempengaruhi data-data penting tentang NU.

Karya Cak Anam ini merupakan warisan tak bernilai terhadap NU. Sejak karya Cak Anam menjadi buku. Para peneliti dari luar negeri tertarik menulis tentang NU. Organisasi NU pun menjadi pusat perhatian para peneliti.

Sebut saja para peneliti luar negeri, seperti Andree Feillard. Peneliti asal Prancis ini, secara langsung mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Cak Anam dalam pengantar bukunya, berjudul: NU vis a vis Negara (Islam et Armee Dans L’indonesie Contemporaine Les Pionniers de la Tradition)

Peneliti dari Monash University, Australia, Greg Fealy juga merujuk karya Cak Anam selama meneliti tentang NU. Sehingga lahir buku berjudul, Ijtihad Politik Ulama: Sejarah NU 1952-1967.

Juga tak terhitung para peneliti luar negeri yang tertarik menulis NU setelah membaca karya Cak Anam.

Selain membuat mahakarya tentang NU. Cak Anam juga ikut membesarkan Majalah Aula. Sejak berdiri tahun 1978 sampai sekarang, majalah milik PWNU Jatim ini masih eksis dan berkembang area distribusinya.

Sewaktu mahasiswa. Cak Anam sambil lalu menjadi wartawan Majalah Mingguan TEMPO di Jawa Timur. Seangkatan dengan Dahlan Iskan, pemilik hariandisway dan eks CEO Jawa Pos.

Jiwa aktivis juga melekat pada diri Cak Anam. Di organisasi intra kampus. Cak Anam menjabat Ketua Senat Fakultas Ushuluddin selama dua periode. Sedangkan di ekstra kampus. Cak Anam aktif di PMII.

Warisan Cak Anam Bagi NU
Anwar Sadad (kanan) bersama Suhu Politiknya (kiri) dalam suatu acara.foto for Mata Madura

Lulus kuliah. Cak Anam aktiv di GP Ansor dan NU Jawa Timur. Cak Anam setia mendampingi Gus Dur ketika NU mengambil posisi via a vis dengan rezim Orba. Sampai PBNU melahirkan partai politik bernama PKB. Gus Dur menunjuk Cak Anam menjadi Ketua PKB Jatim.

Meski menjadi orang nomor satu di PKB Jatim. Cak Anam enggan menempati jabatan empuk di legislatif maupun di eksekutif. Cak Anam lebih suka mengabdi terhadap NU melalui PKB.

Saat PKB memiliki banyak wakil di parlemen Jawa Timur. Cak Anam berinisiasi mendirikan museum NU. Tujuannya benda-benda bersejarah, seperti dokumen-dokumen pendirian jamiyah NU, peran Kiai dan Pejuang NU tersimpan di museum NU.

Kepedulian Cak Anam terhadap NU tak terhitung jumlahnya. Begitu pun dalam dunia gerakan aktivis.

KH Ali Maschan Moesa, teman Cak Anam semasa mahasiswa di IAIN Sunan Ampel Surabaya menjadi saksi dedikasi Cak Anam terhadap NU. Mantan Ketua PW NU Jatim ini, melihat pribadi Cak Anam egaliter. Peduli sesama. Lebih mementingkan orang lain daripada dirinya dan keluarganya.

Testimoni pribadi Cak Anam juga dikaui oleh Ketua DPC Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Kota Surabaya, Adi Sutarwijono. Adi mengenal Cak Anam bukan hanya sebagai tokoh NU, tetapi tokoh pergerakan politik. Cak Anam dikenal suka membimbing para aktivis, termasuk para juniornya di dunia politik dan aktivisme.

“Saya secara pribadi, dulu tahun 90-an dan awal tahun 2000-an, beberapa kali cangkrukan dengan Cak Anam. Beliau tidak pelit berbagi ilmu, berbagi pengalaman, agar kami para juniornya ini bisa menjadi lebih baik. Beliau senior panutan,” ucap Adi yang juga Ketua DPRD Kota Surabaya, seperti dikutip ANTARA.

Dalam pandangan Adi, Cak Anam adalah tokoh Jatim dan nasional. Kendati sebagai tokoh, dalam pribadinya tidak sombong. Sikap egaliter, tidak pernah membeda-bedakan kolega. Selalu ringan tangan dalam menolong.

Sikap peduli Cak Anam ini, melahirkan banyak tokoh dan kader yang memiliki peran penting di segala lini kehidupan. Salah satu tokoh produk Cak Anam adalah Anwar Sadad. Ketua DPD Gerindra Jatim ini mengakui kalau Cak Anam sebagai guru politiknya.

Sejak awal masuk partai politik. Sadad diajak Cak Anam. Lalu ditunjuk sebagai Wakil Sekertaris DPW PKB Jatim. Cak Anam terus membimbing Sadad hingga menjadi anggota DPRD Jatim dan Ketua DPD Gerindra Jatim.

Kini Cak Anam telah tiada. Cak Anam meninggal dunia pada usia 69 tahun, Senin 9 Oktober pukul 05.49 WIB.

Kusriyanto, politisi Gerindra Jatim mengenang Cak Anam dengan keistimewaan saat beliau wafat:

“Cak Anam wafat di hari Senin bulan Rabiul Awwal, sama persis dengan hari dan bulan wafatnya Rasulullah. Wafat di tanggal 9, menandakan betapa kuatkan identitas ke-NU-an beliau. Tutup usia di 69 Tahun, angka itu di bolak balik pun tetap 9,” tulis Antok-panggilan akrab Kusriyanto kepada penulis untuk mengenang keistimewaan almarhum Cak Anam.

Selamat Jalan Cak Anam. Semoga berkumpul bersama para muassis NU di alamnya.

(hambali rasidi)

KPU Bangkalan