Catatan

21 Tahun Tentara Profesional; TNI di Hati Rakyat Indonesia

Cak Firman

Catatan: Cak Firman*

matamaduranews.com-Hari ini seluruh rakyat Indonesia bersuka-cita memperingati Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ke-74.

Tentara Rakyat yang pada tahun 1998 lalu berhasi mereformasi diri dari militer Praetorian menjadi militer Profesional.

Selama era orde baru, TNI dan Polri diposisikan dan diorganisir sedemikian rupa menjadi sejenis Partai Politik yang banyak merampas supremasi dan kemerdekaan sipil.

TNI dan POLRI diorganisir menjadi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan dipimpin oleh Menteri Pertahanan dan Keamanan yang biasanya sekaligus juga merupakan Panglima ABRI.

Jabatan menyeramkan tersebut biasanya disingkat Menhankam/PANGAB. Menhankam/PANGAB waktu itu selalu dijabat oleh Jenderal Angkatan Darat.

Saya dilahirkan pada era orde baru sebagai cucu seorang tentara. Namun saya tumbuh menjadi pelajar dan mahasiswa anti militerisme orde baru.

Waktu SMA saya sering berbicara kritis, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Walhasil saat itu, saya sering ditakut-takuti “awas ada KODIM”.

Ini menunjukkan bahwa sebetulnya banyak yang sependapat dengan apa yang saya kemukakan. Tapi mereka takut pada KODIM.

Setelah berhasil duduk di bangku perguruan tinggi, saya semakin menjadi-jadi melawan militer Praetorian orde baru itu.

Setiap hari turun aksi. Pagi siang sore malam memimpin para demonstran meneriakkan tuntutan perubahan tatanan masyarakat dari junta militer menuju supremasi sipil.

Tekanan, ancaman, teror, sabotase, pentungan, tembakan dan sebagainya sudah biasa kami alami sehari-hari. Namun waktu itu, saya haqqul yakin yakin bahwa suara mahasiwa akan didengar. Negara kita ini akan segera bebas dari cengkeraman politik kaum militer.

Saya bersama para aktivis (kami) jalanan lain, biasa menyebut ABRI dengan awalan Partai. Yaitu Partai ABRI. Karena ABRI memang memposisikan diri sebagai Parpol tanpa Pemilu.

Semua jabatan strategis negara dimonopoli oleh militer aktif. Tokoh-tokoh sipil semacam diharamkan menduduki pos-pos strategis tersebut.

Namun setiap masa ada orangnya. Dan setiap orang ada masanya. Perjuangan kami para aktivis lain membuahkan hasil yang sangat membahagiakan.

Pada tahun 1998 Presiden Soeharto menyatakan berhenti dari jabatan Presiden. Dan pada tahun yang sama Menhankam/PANGAB Wiranto mengumumkan reformasi internal TNI. Pada intinya adalah pembubaran ABRI dan Dwifungsi ABRI.

Hari ini 21 tahun yang lalu, unjuk rasa mahasiwa menuntut penghapusan dwifungsi ABRI. Tapi hari ini, kita saksikan bersama bahwa dwifungsi ABRI sudah hilang dari bumi pertiwi.

Bahkan organisasi ABRI sendiri sudah tidak ada. Kini tentara kita telah kembali menjadi tentara rakyat yang profesional. Sehingga rakyat sangat menghormati dan membanggakannya.

Gegap gempita ucapan selamat HUT TNI sejak tadi malam hingga hari ini, 5 Oktober 2019, menunjukkan bahwa rakyat sangat suka dengan posisi TNI. Saat ini TNI betul-betul berada di dalam hati rakyat.

Kenapa TNI mendapat tempat di hati rakyat? Karena selama 21 tahun, TNI berhasil mereformasi diri dengan cepat, tangkas dan tegas.

TNI betul-betul ikhlas mengembalikan supremasi sipil serta bersedia taat kepada pemerintahan sipil.

Walaupun negara kita berkali-kali dilanda turbulensi politik. Namun TNI sedikitpun tidak tergoda lagi untuk mengambil-alih kepemimpinan sipil.

Ini sangat membanggakan dan layak diapresiasi oleh seluruh rakyat indonesia.

Mari kita tutup catatan ini dengan bersama-sama mengucapkan;

Selamat Ulang Tahun yang ke-74 Tentara Nasional Indonesia

Jayalah Tentara. Jayalah Negeri-kita.

*Cak Firman; Salah satu Bacawalikota Surabaya

Exit mobile version