Cerita Banyak Orang Meninggal dan Sakit di Sumenep

×

Cerita Banyak Orang Meninggal dan Sakit di Sumenep

Sebarkan artikel ini
Orang Meninggal dan Sakit di Sumenep
Ilustrasi

matamaduranews.com-SUMENEP – Sejak akhir bulan Juni hingga awal Juli 2021. Warga Kabupaten Sumenep banyak yang meninggal dunia dan serangan penyakit dengan gejala sama.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Orang meninggal dan sakit di Kabupaten Sumenep setiap hari telah melebihi angka yang wajar dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Bahkan pada tanggal 3-4 Juli 2021 lalu, IDG RSUD Moh Anwar Sumenep tutup sementara karena tidak bisa menampung ledakan pasien.

Beberapa narasumber dari berbagai kecamatan yang ada di Kabupaten Sumenep memberi keterangan yang sama.

Mereka mengatakan, warga-warga di desa banyak yang meninggal dunia dan sakit dengan gejala sama.

Ustad Muhammad Dafik, Tokoh Masyarakat asal Desa Talango, Kecamatan Talango saat dihubungi Mata Madura mengatakan, tetangganya yang meninggal sudah mencapai puluhan orang dalam sepekan.

Sedangkan yang sakit berbaring di rumah-runah sudah tidak terhitung jumlahnya.

“Kalau yang sakit hampir sekampung, yang meninggal banyak hampir setiap hari ada,” katanya via telpon pada Sabtu 10 Juli 2021.

Kecamatan Rubaru tidak jauh beda dengan Talango.

Berdasar cerita Pengurus MWC NU Rubaru, Ustad Muhammad Rais, warga yang meninggal juga tidak terhitung, begitupun denga yang sakit.

“Saya sendiri ini juga sakit, sudah lebih dua pekan. Untuk data yang pasti saya tidak tahu, tapi sangat banyak. Kalau sekecamatan mencapai puluhan,” ujarnya.

“Gejela sakitnya sama, batuk, panas tinggi dan pusing. Saya akhir-akhir ini juga sering dengar sirine ambulance lewat di sini,” imbuhnya.

Sedangkan di Kecamatan Gapura, Kiai Fathol Bari menyampaikan, setiap hari mendengar ada orang meninggal.

“Tadi di Desa Andulang ada yang meninggal, kemarin dan tiga hari sebelumnya di Desa Mandala ada. Sedang di Gapura Barat ada 3 orang meninggal dalam sehari, terus Desa Longos juga ada, kemarin. Tapi ini dibanding daerah Kecamatan Pasongsongan masih mending,” ucapnya bercerita saat dihubungi via telpon Mata Madura.

Kecamatan Bluto juga demikian. Contoh di Desa Bluto, setiap hari 2-3 orang meninggal.

“Tapi saya tidak tahu apa karena Covid-19 atau bukan. Faktanya memang banyak, yang sakit mayoritas,” ucap Fendi Covi, Praktisi kebudayaan daerah Madura yang tinggal di desa tersebut.

Sampel daerah lain yakni di Kecamatan Dasuk. Warga asal Desa Batu Belah Barat Sudahnan mengatakan, tetangganya juga banyak mengalami sakit dengan gejala sama.

“Kalau meninggal di sini sedikit, kalau yang sakit banyak,” katanya.

Daerah Kepulauan Sumenep juga mencatat angka mengerikan dalam sebulan terakhir.

Ketua Warga Kepulauan (KWK) H Syafiudin menjelaskan, warga terkofirmasi Covid-19 dan yang meninggal.

Katanya, pada 7 Juli orang meninggal akibat Covid-19 di Sapeken mencapai 7 orang, 127 positif, 40 orang selesai isolasi mandiri.

Sedangkan yang dirawat di Puskesmas dan rumah sakit mencapain 76 orang.

Sedangkan di Kecamatan Kangayan per 8 Juli 2021, warga positif Covid-19 sebanyak 120 orang, meninggal 5 orang, selesai isolasi mandiri 21 orang, dirawat di rumah sakit 10 orang dan yang sedang menjalani isolasi mandiri sebanyak 93 orang.

“Ini tanggal 9 Juli juga masih ada, tapi saya belum menerima datanya,” terangnya.

Penyakit yang melanda warga Sumenep belum ada keterangan yang jelas dari pihak pemerintah ataupun dinas kesehatan setempat.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep saat ini sedang fokus terhadap penerepan Pemberlakuan Pembatasan kegiatan Masyarakat (PPKM) guna mengendalikan penyebaran Covid-19.

Sedangkan banyak rumor yang beredar, sebagian masyarakat tidak percaya bahwa gelaja penyakit kali ini bukan sebab Covid-19.

Sedangkan rumor lain menyebutkan, banyak warga meninggal usai menjalani vaksinasi.

“Katanya karena vaksinasi, tapi yang tidak vaksinasi juga sakit dengan penyakit yang sama,” tegas Ustad Rais asal Rubaru.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumenep, Agus Mulyono tak bisa memberi keterangan.

Konfirmasi yang dilakukan Mata Madura via WhatsApp tak direspon.

Upaya konfirmasi dilakukan sejak Sabtu hingga Minggu 11 Juli 2021 belum ada jawaban.

Bahri, Mata Madura