Budaya

Doeloe Menjadi Wilayah Perdikan, Ini Permulaan Sebutan Pragaan

×

Doeloe Menjadi Wilayah Perdikan, Ini Permulaan Sebutan Pragaan

Sebarkan artikel ini

matamaduranews.com-SUMENEP-Beberapa tempat di kawasan Pulau Madura memiliki banyak cerita menarik terkait penamaannya. Namun karena sebatas berkembang dalam ingatan cerita rakyat, atau tersimpan dalam naskah “tersembunyi”, maka tak banyak publik yang tahu. Seperti Pragaan misalnya.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kawasan Pragaan dewasa ini sejak beberapa abad sebelumnnya menjadi jalur utama darat, yang menghubungkan antar dua kadipaten atau “kerajaan” di nusa Garam.

Saat ini, Pragaan merupakan nama salah satu kecamatan di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Lokasinya di ujung barat sisi selatan. Berbatasan dengan kota Gerbang Salam alias Pamekasan.

Selain menjadi nama kecamatan, Pragaan juga menjadi nama desa yang dimekarkan menjadi Pragaan Daya dan Pragaan Lao’ (Laok).

Sejarah nama Pragaan tidak banyak yang tahu. Menurut hasil penelusuran Tim Ngoser, nama Pragaan erat kaitannya dengan salah satu tokoh Sumenep di abad 18. Kiai Ragasuta namanya.

“Menurut riwayat sesepuh di Sumenep, Kiai Ragasuta merupakan cikal bakal nama Pragaan. Diambil dari panggilan Kiai Ragasuta, yaitu Ke Raga (Kiai Raga; red),” kata Iik Guno Sasmito, salah satu personel Ngoser.

Berkat kerjasama dengan Ja’far Shadiq, personel Ngoser lainnya, peristirahatan terakhir Kiai Ragasuta bisa ditemukan. Lokasinya di utara jalan raya Sumenep-Pamekasan, dan masuk kawasan Pragaan Laok.

“Sekitar 5 sampai 7 meter dari jalan raya. Makamnya masih original. Prasasti di nisan juga masih utuh. Hanya sayang kurang perawatan,” kata Iik.

Menurut Ja’far, makam Kiai Ragasuta tidak banyak orang yang tahu. Bahkan di masa sekarang bisa dipastikan tidak ada yang tahu. “Mungkin karena anak cucu Kiai Ragasuta kembali ke Sumenep,” katanya.

Dari keterangan Iik, Kiai Ragasuta memang berasal dari Sumenep, yang ditempatkan sebagai pembesar di daerah yang kini bernama Pragaan. “Beliau mendapat tanah perdikan,” katanya.

Tanah perdikan atau Mardikan (Madura) merupakan kawasan bebas pajak. Bisa ditebak, sosok Kiai Ragasuta tentu bukan sekadar pejabat keraton biasa. Pejabat-pejabat yang ditempatkan di wilayah perdikan umumnya masih merupakan keluarga sentana keraton yang disegani.

Di salah satu catatan kuna Sumenep, yang disusun R. P. Moh Saleh Pamolokan, Kiai Ragasuta merupakan Demang Pragaan. Dalam catatan kuna lain, seperti di catatan K. R. B. Moh Mahfudh Wongsoleksono, Wedana Kangayan; istilah lain Demang ialah Kepala. Setingkat wali wilayah atau wali kota jika sekarang.

Tokoh Seberang

Berdasar catatan keluarga K. R. Moh Ramli Sasmitokusumo, salah satu keturunan Kiai Ragasuta di Sumenep, Kiai Ragasuta adalah putra Kiai Mandiraga di Baragung, Sumenep. Dalam catatan itu, Kiai Mandiraga disebut sebagai ulama keturunan Sunan Kudus, yang berasal dari Banten.

“Beliau didatangkan oleh Raja Sumenep untuk syi’ar Islam dan diangkat sebagai Penghulu Keraton Sumenep,” kata Iik yang sekaligus cucu Moh Ramli Sasmitokusumo.

Cerita tutur keluarga Sasmitokusumo, Kiai Mandiraga ikut berperang di masa Pangeran Lolos alias Pangeran Cakranegara IV (memerintah 1737-1749 M) dalam perebutan keraton Sumenep dari tangan Raden Buka, anak buah Raden Jurit alias Pangeran Cakraningrat IV (memerintah 1718-1746 M) dari Madura Barat.

“Setelah perang tersebut, Kiai Mandiraga diangkat oleh Ratu Tirtonegoro sebagai Kepala Wilayah Baragung,” tambah Iik.

Di catatan keluarga Sasmitokusumo, Kiai Mandiraga disebut menikah dengan Nyai Guluk atau Nyai Gulung. Dari pernikahan itu lahir Kiai Ragasuta dan Nyai Telleng.

Kiai Ragasuta diangkat sebagai Bendahara Keraton di masa Panembahan Sumolo (memerintah 1762-1811 M). Tak berapa lama, oleh Panembahan Sumolo, Kiai Ragasuta diangkat sebagai Kepala Wilayah Parenduan dan diberi tanah mardikan (perdikan) di sana.

Nah, sejak saat itu, wilayah yang ditempati Kiai Ragasuta itu dikenal dengan nama Pragaan. Seperti disebut di atas, diambil dari nama Ke Raga (Kiai Raga). Kiai Ragasuta juga dikenal dengan nama Kiai Demang Pragaan. Sedang menurut Iik, di catatan keluarga Sasmitokusumo dikenal juga dengan sebutan Pangeran Pragaan. Namun di batu nisan tertulis Kiai Ragasuta.

Setelah Kiai Ragasuta wafat, posisinya digantikan oleh anaknya yang di catatan Moh Ramli Sasmitokusumo bernama Kiai Moh Irsyad. Kiai Irsyad ini bergelar Kiai Ragasuta II. Makam Kiai Ragasuta II berada di sekitar komplek Asta Kiai Tumenggung Mangsupati, Patih Sumenep di masa Panembahan Sumolo.

“Menurut riwayat tutur, Kiai Ragasuta II ini menikah dengan keturunan Kiai Tumenggung Mangsupati,” tutup Iik.

RM Farhan