
MataMaduraNews.com–SUMENEP-Hari Toleransi Sedunia yang jatuh pada 16 November mendapat perhatian dari Bupati Sumenep Dr KH. A. Busyro Karim, M.Si. Berikut tulisan Bupati yang pernah dimuat di Majalah Mata Madura edisi 8:
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Kerukunan antar umat beragama dan keberagaman etnis bukan barang baru di Sumenep. Di Desa Pabian, sekitar dua kilometer dari Pendopo Keraton, Sumenep, masyarakat membangun masjid, gereja dan kelenteng secara berdampingan.
Ada Klenteng Pao Xian Lin Kong yang berumur 200 tahun lebih berdampingan dengan Gereja Maria Gunung Karmel. Sedangkan Masjid Baitul Arham hanya berjarak 20 meter di seberang jalan Slamet Riyadi, Desa Pabian, Kecamatan Kota Sumenep.
Suatu sore, kumandang adzan maghrib menggema dari pengeras suara Masjid Baitul Arham. Terlihat tejumlah lelaki bersarung dengan kopiah memasuki halaman masjid bersiap sembahyang Maghrib. Di seberang jalan masjid, sebuah mobil pengantar jemaat Kristen Katolik berhenti. Seorang perempuan turun dari mobil bergegas menuju gereja. Dia hendak misa.
Jauh sebelum berdiri Klenteng Pao Xian Lin Kong, Gereja Katolik Maria Gunung Karmel dan Masjid Baitul Arham di Desa Pabian, sudah terbangun Masjid Jami’ dan Keraton Sumenep.
Ketahuilah, Masjid Jami’ dan Keraton Sumenep dirancang oleh arsitek Lauw Pia Ngo, imigran dari negeri Cina. Di tahun 1779 M dimulai pembangunan Masjid dan setelah itu baru dibangun Keraton tempat tinggal Raja Sumenep di tahun 1781 M.
Sumenep memiliki peran penting dalam berdirinya negara bangsa Indonesia. Dari sisi historis, Adipati Arya Wiraraja sebagai Raja Sumenep pertama adalah tokoh yang ikut membantu berdirinya Kerajaan Majapahit sebagai salah satu cikal bakal berdirinya wilayah nusantara Indonesia. Arya Wiraraja menyelamatkan Raden Wijaya, menantu raja terakhir Singasari, Kertanegara, dari kejaran Jayakatwang.
Arya Wiraraja juga mengatur strategi hingga Raden Wijaya dapat mengalahkan Jayakatwang dari Kerajaan Gelanggelang (Kediri) dan mengusir pasukan Kubilai Khan dan kemudian mendirikan Majapahit.
Secara sosiologis, orang Sumenep terbuka atas perbedaan dan selalu menaruh hormat kepada pemimpin. Masyarakat Sumenep mengenal filosofi bapa’, babu’, guru dan rato (bapak, ibu, ulama dan raja/pemimpin). Empat pilar ini yang selalu dijaga dan teraplikasi dalam kehidupan berbangsa dan beragama.
Selamat Hari Toleransi Sedunia…
KH A. Busyro Karim adalah Bupati Sumenep dua periode dan Ketua DPRD Sumenep dua periode.