CatatanReligi

Inspiratorku; Dibalik Ujian Allah Swt

KH A. Busyro Karim

Oleh:  KH. A. Busyro  Karim*

Ada banyak cara Allah Swt menguji hambanya. Ada yang ditimpa kemiskinan dan kesusahan. Ada juga yang ditimpa kesenangan berupa harta berlimpah dan menduduki kekuasaan. Semua itu untuk mengetahui kadar ketaqwaan seorang hamba.

Dalam kunjungan di Rutan Sumenep, awal Mei lalu, saya tersentuh saat bertemu dan berbincang dengan para binaan Napi. Mereka duduk bersila, memakai sarung, berpakaian baju koko dan menutup kepala dengan peci hitam dan putih. Saya hampiri dan menjulurkan tangan untuk saling maaf memaafkan. Tanpa terasa, deraian isak tangis menderu dari para binaan Napi.

Saya menyampaikan kepada para peghuni Napi, apa yang terjadi saat ini merupakan salah satu jalan hidup seseorang yang harus dilalui. Bisa jadi, jalan hidup itu harus ditempuh melalui bujuk rayuan isteri, suami, harta dan kekuasaan. Semua manusia tidak akan pernah lepas dari proses ujian hidup.  Hanya bentuknya yang berbeda.

Harta, anak, isteri atau suami, dan jabatan atau kekuasaan bisa menjadi fitnah. Maka, perkuat kadar ketaqwaan kita melalui banyak beribadah kepada Allah Swt. Hanya bagi yang kuat ibadahnya, anak akan menjadi hiasan, suami akan jadi hiasan, isteri akan menjadi hiasan. Harta, pangkat atau kekuasaan menjadi sarana meraih ridha-Nya.

”Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. 64: 14- 15)

Menjalani kehidupan di Napi perlu dijadikan sarana instrospeksi diri. Kalian semua ditunggu oleh keluarga di rumah. Anak yang masih kecil pasti ingin digendong oleh sang bapak. Semumpung ada di sini, mari kita mempertebal iman. Memperbanyak ibadah kepada Allah Swt. Setelah keluar dari tempat binaan ini memiliki bekal menjalani kehidupan.

Jadikan tempat ini sebagai sarana memperbanyak berdzikir, memehon ampun kepada Allah. Orientasikan hidup untuk anak, isteri, harta dan jabatan sebagai hiasan untuk meraih ridha Allah Swt.

Setiap manusia hidup tidak akan pernah lepas dari ujian. Manusia tidak akan bisa bebas dari ujian. Sebab ujian ini merupakan bagian yang menyertai hidup kita semua.

Berpikirlah bahwa kehidupan dunia lebih banyak diliputi kekeruhan daripada kenikmatan. Dan ini memang sengaja dijadikan Allah agar manusia tidak menjadikan dunia sebagai orientasi terbesar dalam hidup sehingga kita terbuai dan diperbudak oleh dunia. Jika sudah mengerti bahwa dunia ini keruh, maka seseorang tidak akan terpukau dengan gemerlap dunia. Dia akan mengambil secukupnya dari dunia dan mengubahnya menjadi ladang amal untuk mendekat kepada Allah.

Kepada para penghuni Napi, mari bersama-sama melantunkan bacaan istighfar dan memasrahkan diri kepada Allah. Tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Terpenting kita harus mengakui kalau kita banyak salah.  Banyak berpikir bahwa kita banyak dosa di hadapan Allah. Jika sudah mengakui dan menyadari, kita akan mudah untuk meminta ampun kepada Allah.

Apabila ditimpa kenikmatan dunia, perbanyak bersyukur dan memanfaatkan nikmat tersebut di jalan  Allah. Sebaliknya, jika nikmat tersebut sirna dari dirinya, tetaplah beryukur atas pemberian-Nya. InsyaAllah hati menjadi lapang, tenang dan tidak bersedih. Jadikan suatu keusasahan dan kenikmatan sebagai momentum untuk merenungi bahwa Allah-lah yang ada di balik segala fenomena ini. Jika terus berpikir demikian, seseorang akan terus berjuang mancapai ridha Allah baik di kala susah atau senang . ”Berjuanglah dalam menghadap Allah, baik dalam keadaan ringan atau berat. (QS.9:41)”.

BERSAMBUNG…….

*Bupati Sumenep dan Pengasuh Ponpes Al Karimiyyah, Beraji, Gapura

Dhimam Abror
Catatan

matamaduranews.com-PWI DUA kubu. Konflik PWI tentu berefek pada…

Exit mobile version