Kesehatan

Kecanduan Game Online? Ini Kata Dokter Zam Zanariah, Sp.S, M.Kes

×

Kecanduan Game Online? Ini Kata Dokter Zam Zanariah, Sp.S, M.Kes

Sebarkan artikel ini
ilustrasi
matamaduranews.com-Saya menghubungi dr. Zam Zanariah, Sp.S, M.Kes., Rabu (11/9). Untuk menanyakan dampak kecanduan game online bagi manusia.
Pertanyaan itu saya sampaikan setelah menonton video viral yang menghebohkan media sosial (medsos) tersebut.
Yang menampilkan salah satu pelajar SMP di Gunung Kidul, Jogjakarta, mendatangi sekolahnya sambil menenteng parang.
Penyebabnya, pelajar itu tidak terima ponselnya disita gurunya. Karena kedapatan bermain handphone saat jam pelajaran berlangsung.
Video itu beredar luas di medsos. Salah satunya diunggah akun Facebook (FB) @Yuni Rusmini, pada Rabu (11/9). Sudah ditonton 52 ribu kali. Dan di-share 522 kali dengan 589 komentar.
Pada akun itu juga tertulis: ”Adakah yang tahu kejadian ini? Mohon yang tahu diinfokan. Menurut informasi yang saya dapat, kabar lokasi di Kabupaten Gunungkidul, Jogjakarta. Kronologinya: seorang siswa yang diduga kecanduan game online, ketahuan guru, lalu HP disita. Dia balik ke rumah, datang lagi ke sekolah sambil bawa senjata tajam untuk mengambil HP-nya. Mohon untuk Kemendikbud, KPAI, Komnas Perlindungan Anak. Hal seperti inilah jadi perhatian,”.
Dalam video itu, terlihat pelajar tersebut berhasil mendapatkan ponselnya kembali. Setelah salah seorang guru melemparkannya ke lantai. Dekat pelajar tersebut.
”Nyoo balikke, jikuk gek mulih. Wes pindah sekolah, rasah sekolah ning kene (Nih saya kembalikan, ambil lalu pulang. Sudah pindah sekolah, tidak usah sekolah di sini),” kata guru tersebut.
Dikutip dari tribunnews.com, peristiwa itu terjadi di SMP 5 Ngawen, Gunungkidul, Jogjakarta. Pada Jumat (6/9), pukul 09.30 WIB.
Setelah video itu viral, pihak sekolah dan Tomo Sumito, orang tua pelajar itu, sudah membuat surat pernyataan, pada Rabu (11/9). Tomo minta maaf kepada pihak sekolah dan sudah dimaafkan.
Dalam surat pernyataan, pelajar yang membawa parang itu juga akan tetap tunduk pada tata tertib sekolah. Sementara pihak sekolah juga berjanji tidak membuat laporan polisi.
Lalu apa kata dr. Zam Zanariah terkait pertanyaan saya tadi?
Dia mengatakan, pada dasarnya game online memiliki efek positif. Kalau penggunaannya wajar. Bila berlebihan, akan jatuh dalam kondisi kecanduan yang disebut: game disorder.
Efek samping jika kecanduan adalah perubahan kepribadian, karakteristik, perilaku, kebiasaan, bahkan fungsi otak.
”Seseorang disebut kecanduan apabila hobinya telah menyebabkan gangguan atau konflik pada hubungan sosialnya dengan orang lain. Maupun lingkungan profesionalnya. Seperti sekolah atau tempat kerja,” jelasnya.
Menurutnya, ada penelitian yang menemukan perubahan fungsional dan struktural dalam sistem reward saraf bagi orang yang kecanduan game online.
Reward saraf sendiri merupakan kelompok struktur saraf yang berkaitan dengan perasaan senang, pembelajaran, dan motivasi.
Para peneliti juga menemukan adanya peningkatan koordinasi antara bagian kortek di otak yang diduga membatasi kontrol impuls seseorang.
”Kondisi ini biasanya ditemukan pada pasien dengan skizofrenia, sindrom down, autisme, dan orang dengan kontrol impuls yang buruk,” terangnya.
Mendengar penjelasan dr. Zam itu membuat saya bersyukur. Sebab, semasa saya kecil, games online belum tercipta.
Paling keren mainan saya dahulu adalah video games. Itu pun mainnya di rumah tetangga. Mengantri pula dengan teman-teman lainnya.
Pastinya semasa kecil, saya lebih banyak bermain patok lele, uber hem, petak umpet, gobak sodor, ular-ular bang, wayang, kelereng, kasti, sepak bola. Dan permainan tradisional lainnya.
Entah ke mana permainan-permainan itu sekarang?
Tak lagi terlihat dimainkan anak-anak zaman now.
Ah, jadi rindu saya bermain itu semua.
Ada yang mau memainkannya lagi dengan saya?(wirahadikusumah)
sumber: disway.id