matamaduranews.com-SUMENEP-KH Ahmad Basyir AS, namanya sudah harum sejak dahulu. Bukan hanya sebagai tokoh agama dan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah Daerah Latee, Guluk-Guluk, Sumenep. Tetapi, juga tokoh panutan di dalam bidang politik.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!KH Ahmad Basyir AS adalah putra dari Pahlawan Kemerdekaan KH Abdullah Sajjad bin Syarqawi. Lahir dan besar di lingkungan salah satu pesantren besar di Madura, Ponpes Annuqayah.
Sejak kecil beliau ditempa untuk mencintai ilmu dan mengabdikan hidupnya untuk ilmu dan ummat.
Kiai Basyir, demikian akrab dipanggil, lahir di Sumenep pada tanggal 10 Agustus 1930.
Pendidikannya dimulai di Ponpes Annuqayah antara tahun 1937 – 1945, kemudian melanjutkan ke Ponpes Sidogiri Pasuruan, Jawa Timur pada tahun 1949 – 1952.
Kia Basyir pernah menjadi anggota Staf Pertahanan Sabilillah pada 1945 – 1947. Dalam rentang waktu itu, Rais Syuriah PCNU Sumenep tersebut baru saja menamatkan pendidikan di Annuqayah dan belum melanjutkan ke Ponpes Sidogiri, Pasuruan.
Sepeninggal ayahandanya, Kiai Basyir menjadi pengasuh Ponpes Annuqayah Latee hingga wafat pada tanggal 15 Juli 2017. Sebuah tanggal yang menerbitkan duka di hati masyarakat Sumenep. Terutama keluarga dan segenap santri Annuqayah yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Selain mengabdikan hidupnya menjadi pengasuh pesantren, sosok kharismatik, tawadlu’, dan meneduhkan tersebut juga aktif di Nahdlatul Ulama dan menjadi ulama yang sangat disegani, termasuk dalam pilihan politik.
Konsistensi pilihan politik dan aktivitas organisai Kiai Basyir nyaris tiada tanding. Beliau istiqamah mengabdikan diri di NU maupun di PKB.
Dalam perjalanan politik, beliau menjabat Ketua Dewan Syura DPC PKB Sumenep dua periode. Juga menjabat Rais Syuriah PCNU Sumenep _yang pernah dijabat sebelumnya di tahun 80-an, hingga akhir hayat.
Ketekunan dan kegigihannya dalam berkhidmat untuk umat, membuat Kiai Basyir menjadi tokoh rujukan dalam keagamaan dan sosial kemasyarakatan, tak terkecuali dalam urusan politik.
Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim saat suasana duka medio Juli 2017 lalu menyebut, kiai yang menguasai bahasa Arab (aktif) sekaligus bahasa Inggris (pasif) tersebut sebagai salah seorang guru terbaiknya dan tokoh NU sekaligus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
â€Beliau adalah pemimpin umat yang selalu memberikan teladan bagi kami dan warga Sumenep. Dalam kondisi sakit pun, beliau masih memikirkan umat dan PKB,†tutur Bupati Kiai Busyro dengan suara terbata dan mata berkaca-kaca, waktu itu.
Kiai Basyir juga dikenal sebagai pribadi yang disiplin dalam segala hal. Bahkan, meski dalam kondisi sakit sekalipun.
â€Banyak hal berkualitas yang kami dapat dari beliau sebagai tokoh NU maupun PKB,†ujar mantan Ketua DPC PKB Sumenep.
Kiai Ahmad Basyir AS menikah dengan Ny Hj Ummamah. Dari pernihakkanya, beliau dikaruniai putra-putri sebanyak 6 orang. Mereka adalah Nyai Layyinah, sebagai anak sulung. Prof Dr Abdul A’la, MA, Ny Hj Nafhah, K M Hazmi, S.Ag,    Ny Hj Uswatun Hasanah, dan K Ainul Yaqin.
redaksi