Kisah Tee Sien Djian, Gufron, dan Kuburan di atas Kuburan

×

Kisah Tee Sien Djian, Gufron, dan Kuburan di atas Kuburan

Sebarkan artikel ini
Di Balik Kuburan Tee Sien Djian
KUBURAN DI ATAS KUBURAN: Kuburan Gufron S di atas kuburan Tee Sien Djian, yang tak lain ayahnya sendiri di pemakaman warga Tionghoa di Kecamatan Dungkek. (Foto Dok. Mata Sumenep)

matamaduranews.comSUMENEP-Kisah Tee Sien Djian, Gufron, dan kuburan di atas kuburan ini pernah dimuat di matasumenep.com, laman online Tabloid Mata Sumenep pada Juni 2015 lalu dengan judul “Di Balik Kuburan Tee Sien Djian”.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Tulisan ini barawal ketika Rusydiyono, wartawan Mata Sumenep waktu itu menemukan kuburan unik di pemakaman warga Tionghoa yang berada di Desa Dungkek, Kecamatan Dungkek.

Adanya pemakaman China ini bukan hal yang asing di Dungkek, mengingat di desa itu terdapat pelabuhan yang menjadi akses keluar masuk warga asing dan umumnya lalu menetap di sekitar pelabuhan.

Jadi, yang menarik bukan karena keberadaan pemakaman China. Melainkan karena di pemakaman China tepat di lereng “Bukit Kalompek” yang belakangan menjadi salah satu destinasi wisata lokal, terdapat dua kuburan yang saling tumpang tindih.

Menariknya lagi, dua kuburan yang tumpang tindih itu ternyata adalah kuburan dua orang yang berbeda agama, yakni orang Islam dan Kristen.

Hasil penelusuran Mata Sumenep waktu itu mengungkap bahwa jasad yang dikubur dalam kedua kuburan tersebut merupakan satu keluarga. Yakni mendiang Tee Sien Djian bersama anaknya almarhum Gufron S.

Tee Sien Djian adalah keturunan China beragama Kristen yang menetap di Dungkek. Ia memiliki anak bernama Gufron S, yang entah apa nama Tionghoa-nya.

Alkisah, meski lahir dari orang tua beragama Kristen, tak lama kemudian Gufron mendapat hidayah dari Allah SWT. Sehingga, ia pindah agama dari Kristen ke Islam.

Sementara sang ayah, Tee Sien Djian, tetap pada keyakinannya mempertahankan agama yang dipeluk semenjak lahir hingga akhir hayatnya.

Singkat cerita, setelah Gufron menjadi muslim, ia mulai menjalankan syariat Islam layaknya seorang muslim. Termasuk berkhitan dan ibadah lainnya.

Menurut penuturan Syaiful, warga Desa Romben Guna, Kecamatan Dungkek yang pernah mendengar cerita mengenai kuburan itu, beberapa tahun setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Gufron berwasiat.

Isi wasiatnya, ketika Gufron sudah meninggal, ia minta supaya disemayamkan di atas kuburan sang ayah yang terletak di sebelah barat Kantor Balai Desa Lapa Laok, Kecamatan Dungkek.

Dan seperti sebuah firasat, Gufron ternyata tak berumur panjang. Lelaki kelahiran 8 Januari 1985 itu menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 2002 tepat di usia 17 tahun, sehingga wasiatnya yang nyeleneh segera terpenuhi.

“Kenapa kuburan itu bisa tumpang tindih, menurut cerita yang saya dengar, kuburan tersebut merupakan kuburan antara bapak sama anaknya yang beda agama,” tutur Syaiful.

“Dan semua itu terjadi karena Gufron memang berwasiat sebelum meninggal dunia, supaya jasadnya dikubur di atas makam ayahnya,” imbuh dia.

Rafiqi, Mata Madura