Catatan

Kompromi Politik dan Mempertahankan Syariat Islam

Om Jo
Om Jo

Catatan: Om Jo

Jaminan keabadian Syari’at Islam ternyata harus dibayar dengan harga yang tidak semurah kita bayangkan.

Jaminan keabadian ini harus dipertaruhkan sepanjang zaman; melawan berbagai tantangan dan fitnah yang tidak pernah usai.

Sejak 13 tahun pertama masa da’wah Nabi Saw di Makkah, setidaknya ada empat tantangan dan fitnah yang dihadapi Rasulullah Saw;

Pertama, Syubhat. Isu ini disebarkan para intelektual musyrikin Quraisy. Mereka menyerang pribadi sang Rasul Saw pembawa risalah Allah Swt. Para intelektual Quraisy menuduh gila atau penyair.

Kelompok lain mempertanyakan risalah itu sendiri. Sehingga suatu saat Allah menantang mereka untuk membuat Al-Qur’an tandingan.

Kedua, tawaran kompromi politik. Sebagiannya berupa posisi kepemimpinan bagi Rasulullah Saw, yang harus dibayar dengan menghentikan da’wah. Sebagian berupa kompromi dengan cara; kaum musyrikin menyembah Allah setahun dan kaum Muslimin menyembah ‘tuhan-tuhan’ kaum musyrikin setahun.

Ketiga, Teror mental dan fisik, baik kepada Rasulullah Saw secara pribadi maupun kepada Sahabat-Sahabat Rasul Saw. Beliau berasal dari kabilah-kabilah yang lemah.

Keempat, Embargo Ekonomi berlangsung selama tiga tahun. Dari tahun ke-7 hingga tahun ke-10 kenabian. Dampak embargo ekonomi ini terasa berat. Hingga banyak Sahabat Rasulullah Saw, yang terpaksa memakan daun-daun pohon.

Fitnah-fitnah terhadap Islam dan Syari’atnya -sepanjang sejarah- tampaknya mengalami pengulangan-pengulangan dengan struktur yang sama.

Pada mulanya ada syubhat yang bertujuan menggoyang kepercayaan kaum Muslimin. Lalu ada tawaran kompromi politik yang bertujuan mengalihkan fokus penerapan syari’at Islam.

Perum Satelit,

Salam Jo

Exit mobile version