Peristiwa

Lucu, Puskesmas Pasongsongan Batal Bantu Baksos Sunatan Massal Gara-gara Logo

×

Lucu, Puskesmas Pasongsongan Batal Bantu Baksos Sunatan Massal Gara-gara Logo

Sebarkan artikel ini
Sunatan Massal FKPS
Kantor Puskesmas Pasongsongan di Jl. Raya Abu Bakar Siddiq, Kecamatan Pasongsongan, Sumenep. (Foto Rafiqi/Mata Madura)

matamaduranews.comSUMENEP-Ada cerita lucu, menggelikan sekaligus bikin emosi di balik suksesnya pelaksanaan bakti sosial (baksos) Sunatan Massal “Mengabdi Bersama Ibu” di PPI Pasongsongan pada Minggu (22/12/2019) lalu.

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Kegiatan itu digelar oleh Forum Komunikasi Pemuda Sumenep (FKPS) bersama Kangean Peduli Sosial (KPS) dan didukung oleh Karang Taruna Gempas Pasongsongan, Hotel Kangen, FGS, dan Persatuan Wartawan Republik Indonesia (PWRI) di Sumenep.

Sementara dari pihak medis, FKPS dan KPS menggandeng Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep melalui Puskesmas Pasongsongan untuk menyukseskan Sunatan Massal tersebut.

Sayangnya, kerja sama bareng Puskesmas Pasongsongan gagal. Pihak Puskesmas melalui Kepala Puskesmas Pasongsongan, dr. Yenny Tri Suci, M.Kes membatalkan bantuan tenaga medis untuk kegiatan baksos tersebut hanya gara-gara logo.

Peristiwa ini terungkap dari tangkap layar chatting WhatsApp antara panitia Sunatan Massal dengan dokter Yenny sebelum hari H. Mata Madura mendapatkan tangkap layar tersebut dari panitia.

Kronologi batalnya bantuan dari pihak Puskesmas Pasongsongan terhadap Sunatan Massal yang digelar FKPS dan KPS berawal dari foto desain banner kegiatan yang dikirim panitia ke nomor kontak WhatsApp dokter Yenny.

Foto tersebut, kata Ketua FKPS, Erfaldy Aditya, dikirim sebagai pemberitahuan sekaligus agar mendapat koreksi jika terdapat kesalahan. Namun, karena foto desain banner dikirim tanpa catatan, dokter Yenny keburu naik pitam.

“Hebat banget banner kalian

Kami yg kerja, tapi nama puskesmas kami pun tidak terpasang di banner kalian

Kami batalkan saja ya baksos ini,” tulis dr. Yeni dalam percakapan WhatApps-nya.

Mendapatkan tanggapan demikian, panitia pun buru-buru membalas dan meminta maaf.

“Iya ini kita robah desainnya bu,” tulis panitia sambil membubuhkan emoticon maaf.

Sayangnya, upaya panitia tak berhasil. Dokter Yenny malah menyebut panitia penyelenggara baksos tega dan tak peduli terhadap petugas kesehatan Puskesmas Pasongsongan.

“Tega ya

Katanya peduli

Masak sama petugas kami gak peduli

Masak itu tidak terpikirkan oleh kalian,” tulis Kepala Puskesmas Pasongsongan itu.

Parahnya, dokter Yenny yang tetap kukuh merasa tersinggung, meski panitia mau mengubah desain banner dan meminta maaf, malah mengancam akan melapor ke Dinas Kesehatan Sumenep.

“Saya laporkan ke kepala dinas kesehatan

Dan kepada pak nur insan selaku ketua PPNI

Bahwa perawat2 kami tidak dihargai,” ancamnya kepada panitia Sunatan Massal.

Meski begitu, pihak panitia pun tetap berupaya membalas dengan baik, menjelaskan desain telah diubah, sekaligus kembali meminta maaf.

“Iya ini sudah saya rubah bu dan ini kan masih file mentah,” tulis panitia dengan dua emoticon maaf di akhir kata.

Tapi rupanya, usaha itu tetap gagal. Karena dalam balasan selanjutnya, dokter Yenny sama sekali tak melunak.

“Tetap akan saya laporkan. Terima kasih,” tulisnya, singkat.

Alhasil, panitia pelaksana Sunatan Massal merasa kecewa dengan sikap Kepala Puskesmas Pasongsongan tersebut. Sebagai pelayan masyarakat dalam memberi layanan kesehatan, Puskesmas Pasongsongan malah enggan mendukung kegiatan sosial yang digelar oleh FKPS dan KPS.

Panitia pun dibuat bingung ketika hari H, karena benar saja tak ada satu pun tenaga medis dari Puskesmas Pasongsongan yang hadir. Beruntung, panitia dibantu oleh tenaga medis dari Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI).

Puskesmas Pasongsongan yang diduga anti kegiatan sosial itu, tidak mau mendukung kegiatan Sunnatan Massal dengan dalih tidak ada komunikasi sebelumnya dari panitia kepada pihak Puskesmas.

Padahal, menurut Ketua FKPS, Erfaldy Aditya, pihaknya jauh-jauh hari sudah berkoordinasi dan berkirim surat permohonan izin kepada Dinas Kesehatan Sumenep untuk meneruskan kepada Puskesmas Pasongsongan, agar turut serta dalam kegiatan sosial tersebut.

“Kami sudah kirim proposal bantuan medis ke Dinas Kesehatan, dan alhamdulillah sudah di-ACC (disetujui, red). Tapi tidak tahu kenapa Puskesmas (Pasongsongan) malah enggan membantu kami,” jelas Aldy kepada sejumlah awak media, Minggu (22/12/2019) lalu.

Pernyatan Ketua FKPS tersebut dikuatkan oleh Kepala Desa Pasongsongan Terpilih, Ahmad Saleh Hariyanto. Ditemui di sela acara, ia membenarkan bahwa FKPS dan KPS sudah mendapat izin dari Dinas Kesehatan Sumenep.

“Alhamdulillah kegiatannya berjalan sukses, meski kami tidak mendapatkan dukungan dari Puskesmas Pasongsongan. Padahal dari Dinas Kesehatan sudah didukung dan di-ACC, jadi permohonan teman-teman FKPS dan KPS sebenarnya sudah tidak ada masalah,” ujar Hariyanto.

Sementara jika memang terjadi miskomunikasi, Hariyanto menilai tidak seharusnya pihak Puskesmas Pasongsongan bersikap anti sosial dan membatalkan dukungan medis yang sangat dibutuhkan dalam Sunatan Massal tersebut.

“Katanya kurang komunikasi. Padahal pada waktu tasyakuran reakreditasi Puskesmas-nya, kami sudah menyampaikan dan di situ juga ada Pak Agus (Kadis Kesehatan Sumenep),” tuturnya pada Mata Madura.

Lalu yang membuat Hariyanto heran adalah soal logo Puskesmas Pasongsongan yang tak tercantum di desain banner yang dikirim ke dokter Yenny.

Menurut dia, panitia sebelumnya sudah berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Pasongsongan terkait pemasangan logo pendukung di banner kegiatan. Tapi waktu itu, pihak Puskesmas menolak dengan alasan tidak mau dipolitisir.

“Mereka bilang tidak mau, tapi mereka malah kemudian meminta logo Puskesmas untuk dimasukkan ke banner kegiatan sunatan massal ini dan membatalkan bantuan gara-gara logo itu,” ungkap Hariyanto.

Bahkan, yang lebih menjengkelkan dari salah satu hasil komunikasi panitia dengan pihak Puskesmas, mereka meminta fee untuk setiap anak yang akan disunat.

Padahal jelas, dalam proposal yang diajukan ke Dinas Kesehatan Sumenep dan mendapatkan ACC, panitia bermaksud meminta bantuan medis, bukan kerjasama berbayar.

“Malah mereka (pihak Puskesmas Pasongsongan, red) minta fee per anak Rp 60 ribu. Sehingga, target kami yang awalnya 100 peserta, kami pangkas menjadi 50 peserta,” jelas Hariyanto.

“Tapi karena permintaan masyarkat kami tambah hingga sekitar 75 peserta. Itu malah kayaknya lebih,” imbuh dia.

Itu pun, pihak Puskesmas Pasongsongan tetap membuat Hariyanto dan panitia kecewa. Karena ujungnya, dokter Yenny selaku Kepala Puskesmas Pasongsongan membatalkan bantuan tenaga medis untuk baksos di Hari Ibu tersebut.

Rafiqi, Mata Madura