Opini

Mitologi Dalam Metodologi

×

Mitologi Dalam Metodologi

Sebarkan artikel ini
ilustrasi

Memanglah benar bila segala sesuatu dalam hidup haruslah memiliki pijakan ilmiah, akan tetapi adakah sesuatu yang tidak ilmiah bilamana segala sesuatu menyimpan kandungan ilmu di dalamnya?

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Naluri akademis yang ada pada setiap orang sering kali membelenggu legitimasi kehidupannya dengan memperkecil cakupan pemaknaan atas suatu hal. Bila peda dasarnya segala sesuatu adalah ilmu, maka mustahil kiranya jika penyimpulan akan ilmu tersebut bukan sebagai suatu ilmu. Dengan begitu maka sejatinya tiada hal yang tidak ilmiah, hanya saja kitalah yang terkadang mempersempit ruang keilmiahan hanya pada kata ilmu dan ilmiah serta metode yang telah disepakati bersama sebagai metode ilmiah.

Hingga akhirnya kita hanya akan menyadari bahwa apapun yang kita lakukan dalam  menjalani hidup dengan segala sudut pandang yang kita miliki, pada akhirnya kita hanya butuh menyadari bahwa itu semua hanyalah kesimpulan kita dalam menarasikan dan merepresentasikan kehidupan. Bahwa pada akhirnya harus memilih, mana yang terbaik dan mana yang paling benar dalam hidup, mitologi ataukah metodologi? Yang benar adalah hidupnya dan yang terbaik adalah menjalani setiap kehidupannya dengan sudut pandang yang telah dipilihnya.

Oleh karenanya, secara mendasar metodologi dan mitologi tidak lagi menjadi hal yang dikotomis. Apa yang harus kita sesalkan dari sebuah mitologi bila akhirnya bermitologi sendiri adalah suatu metodologi yang belum terdiskripsikan.

Dan apa pula yang bisa kita banggakan dari kemutakhiran capaian metodologi bila hasilnya memiliki pola yang sama dengan apa yang kita percayai sebagai suatu mitologi, karena keterbaruan dalam dunia ini hanya sekedar pengulangan pola yang lama pada fenomena yang berbeda.

Bila dalam khasanah keimanan, seseorang harus meyakini kepada apa yang seharusnya agama ajarkan untuk diyakininya, maka hal tersebut semakin membulatkan seorang mukmin untuk mengimani Al-qur’an dengan meyakini bahwa Al-qur’an adalah hal yang sangat ilmiah, walau sepintas terkesan sebagai suatu mitologi, namun mengandung banyak metodologi. (*)