Catatan

Reward di Gua Hira’

Catatan: Hambali Rasidi

Setiap tanggal 17 bulan Ramadan pasti diperingati Nuzulul Qur’an. Yaitu, kali pertama turun ayat-ayat al-Qur’an. Yang turun malam 17 Ramadan.

Ketika itu, Rasul Muhammad sedang menyepi di Gua Hira’. Tak diketahui berapa lama beliau menyepi di Gua Hira’ hingga mendapat wahyu dari Allah Swt.

Sejumlah ulama sejarah, menulis berulang kali Nabi Muhammad pergi ke Gua Hira’. Berulangkali bermakna, berbulan-bulan dan bertahun-tahun.

Nabi Muhammad ditulis, kerap kembali dari Gua Hira’ menemui istrinya, Khadijah. Lalu kembali lagi ke Gua Hira’ untuk menyepi.

Pada 17 Ramadan itu waktu paling bersejarah dalam kehidupan Rasul Muhammad. Semacam reward dari Allah Swt. Setelah berulangkali menyepi di Gua Hira’.

Malaikat Jibril datang menemuinya dan menyuruh Muhammad membaca seraya menyebut nama Allah swt, Tuhan sekalian alam.

Wahyu Allah pertama kali diterima Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril.

Begitu seterusnya. Hingga suatu waktu Wahyu Allah Swt diterima Nabi Muhammad Saw tanpa perantara Malaikat Jibril.

Itu butuh waktu 10 tahun. Wahyu Allah SWT diterima Rasul Muhammad tanpa perantara Malaikat Jibril.

Sebagaimana juga Nabi Musa As yang juga ‘bercakap-cakap’ langsung dengan Allah SWT. Wa kallama Allahu Musa Taklima (al-Nisa’: 164).

Masih butuh waktu 10 tahun sekaliber Rasul Muhammad untuk bisa dekat dan ‘bertemu’ langsung dengan Allah SWT.

10 tahun sejak diberi mandat (tugas) dari Allah untuk menyampaikan ajaran Islam, agama Allah kepada ummat manusia di muka bumi.

10 tahun sejak bertemu pertama kali dengan perantara Malaikat Jibril. Rasul Muhammad baru diberi izin bertemu langsung dengan Allah swt.

Pertemuan pun tanpa perantara. Hanya Rasul Muhammad dan Allah swt.

Malaikat Jibril hanya menjemput Rasulullah. Menunjukkan jalan. Seperti guide dalam perjalanan menuju Allah (isra’).

Saat hendak bertemu dengan Allah (mi’raj), Malaikat Jibril mengakui tak bisa menemani Nabi Muhammad hingga dekat dengan Allah SWT.

Syech Abdul Qadir al-Jailani dalam kitab Sirrul Asrar Fima Yahtaj ilaihi al-Abrar bercerita mi’raj (perjumpaan) Nabi Muhammad Saw dengan Allah.

Jibril As yang menemaninya berkata, “Sampai batas di sini saja aku dapat mengantarmu, wahai Muhammad. Jika aku bergerak selangkah lagi, maka aku akan hangus.”

Syech Abdul Qadir al-Jailani menakwilkan “batasan” yang tak bisa dijangkau Jibril As adalah Dzat Allah Swt yang Qadim dan ‘Azali.

Itulah, kenapa Nabi Muhammad Saw mengaku bingung untuk iqra’. Apa yang perlu di iqra’ saat pertama bertemu Malaikat Jibril di Gua Hira’. Membaca Allah SWT. Tuhan sekalian alam.

Pertama kali bertemu Malaikat Jibri, tiba-tiba disuruh ngaji. Mengaji Allah.

Apa yang perlu dibaca. Apa yang perlu dikaji tentang Allah Swt. Lalu Malaikat Jibril As meneruskan dalam surat al-‘Alaq yang berkisah tentang kekuasaan Allah Swt dan sifa-sifat yang ada dalam diri manusia.

Seperti hadits Nabi Saw: man arafa nafsahu, faqad arafa rabbahu. (Barang siapa mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya).

Yang tersirat, rahasia Ilahi yang tersembunyi dalam diri manusia. Yaitu olah ruh dan sirr. Seperti, al-Ghazali menggambarkan dirinya menemukan pengetahuan kebenaran hakiki.

Pesona Satelit, 10 Mei 2020

Exit mobile version