Catatan: Oreng Sumekar*
matamaduranews.com-Lima tahun lalu, tepatnya akhir 2014. Pemkab Sumenep menggelar Parade Soto Campor. Kegiatan ini sempat menghebohkan warga Sumenep.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Maklum, kali pertama digelar pesta rakyat yang menyuguhkan 10 ribu porsi Soto Campor gratis untuk publik. Tempatnya, di sepanjang jalan perempatan kota Sumenep yang dikenal stopan.
Kegiatannya menjadi buah bibir kalangan politisi dan pengamat Sumenep lantaran baru. Dan mengagumkan siapapun yang menyaksikan. Apalagi berbarengan dengan rangkaian kegiatan one stop event di hari itu. Benar-benar menghebohkan dan spektakuler.
Masyarakat awam dengan kacamata politis, pasti mengira kegiatan tersebut telah menghambur-hamburkan APBD. Padahal, kegiatan itu merupakan kegiatan partisipatif. Sebagian dari CSR Bank, sponshorsip dan partisipasi sejumlah OPD yang terkoordinir lewat aktivitas PKK Kabupaten hingga PKK Kecamatan. Tepatnya, kegiatan itu non-budgeter alias non APBD.
Apa maksud dibalik kegiatan itu ? Tentu pemerintah kabupaten dalam hal ini Bupati Sumenep KH A. Busyro Karim, bermaksud mendongkrak aktivitas ekonomi warga.
Melalui rangkaian kegiatan yang melibatkan sejumlah elemen. Mulai dari pedagang rempah-rempah, pedagang sembako, pedagang busana khas Madura (pesa’an) hingga pedagang Soto Campor sendiri. Termasuk pedagang kaki lima yang pasti terkena imbasnya.
Sekali lagi kegiatan itu bukan semata hura-hura.
10 ribu porsi Campor gratis, bisa dibilang sebuah sajian kolosal yang digagas Ibu Nurfitriana Busyro Karim. Karena mobilisasi massa penikmat Campor melibatkan seluruh SKPD, BUMD, BUMN, instansi vertikal hingga kelurahan.
Dan peserta yang datang sangat antusias sehingga ada yang menaksir mendekati jumlah angka 13 ribu piring. Sebab per SKPD atau instansi terkait membawa lebih dari target 100 piring.
Kenapa Ibu Nurfitriana memilih makanan khas Sumenep SOTO CAMPOR? kok bukan kuliner khas Sumenep yang lain, seperti rujak cingur, soto babat atau kaldu soto (Kalsot) yang juga dikenal familier sebagai masakan favorite masarakat Sumenep ? dan kenapa harus ada rekor MURI dalam hajatan tersebut ? Hal ini yang menjadi tanda tanya banyak orang.
Ditilik dari segi nama, Soto Campor memberi kesan seolah masakan campuran layaknya gado-gado yang dikenal sebagai masakan Jawa.
Soto Campor kali pertama dikenal Ibu Fitri sama halnya dengan masakan soto lain yang memiliki kemiripan. Nyaris tidak ada perbedaan mencolok. Yang membedakan hanyalah variasi bumbu santan sebagai penambah nikmat.
Apalah arti sebuah nama, Soto Campor barangkali hanyalah simbol pilihan nama yang sederhana agar mudah dikenal.
Tetapi secara filosofis, di balik pilihan Soto Sampor yang menjadi icon baru pendeklarasian bahwa sumenep kaya akan kuliner.
Seolah ingin menegaskan tentang potret keberagaman masarakat Sumenep yang ber-campor-campor rasa, selera, warna serta kemauan yang tidak cukup dipaksakan dengan satu pemenuhan beragam rasa saja.
Selain itu, semangat yang diusung dari gelaran makan Soto Campor gratis, penulis menangkap pesan ajakan tentang pentingnya sebuah kekompakan, kebersamaan meski beda selera.
Jika berkumpul dan makan bersama-sama, perbedaan selera dan hambarnya rasa akan hilang. Yang ada semangat melestarikan dan menjaga persaudaraan demi kedamaian dan keamanan Kabupaten Sumenep yang kita cintai.
Satu sama lain, antar individu boleh berbeda selera, boleh apor campor rasa dan tidak ada yang melarang beda menu masakan.
Tetapi untuk kemajuan Sumenep ke depan, dibutuhkan komitmen kuat bersama agar tidak terpecah belah karena beda visi-misi atau beda kelompok.
Warga Sumenep harus tetap kompak bergandengan tangan.
Kegiatan 10.000 campor gratis menjadi hajatan orang banyak lantaran yang datang dari berbagai kalangan, bercampur latar belakang ; mulai dari pejabat tertinggi, seperti Bupati, Wakil Bupati, pejabat eselon, staf, hingga tukang becak berbaur dan bercampur aduk nyaris tidak ada jarak.
Wuuuuuuussss….. bagai angin dalam sekejab sepuluh ribu lebih campor ludes. Mereka berjubel bersantap bukan sekedar lapar dan iseng mengisi perut. Tetapi benar-benar lapar dan haus akan kehidupan yang penuh romantisme, kekompakan serta kebersamaan dalam wadah satu rasa.
Rasanya baru kemarin, sajian porsi 10.000 campor gratis yang baru saja berlalu benar-benar menjadi kegiatan camporan dalam dinamika ruang publik antero Kota Sumenep.
Dari yang sekedar iseng ikut JJS untuk mendapatkan doorprise, berdangdut ria dengan Yus Yunus, ber-selfie bersama gadis-gadis marlena. Antre menukar kupon campor.
Soto Campor benar-benar telah menjadi makanan yang merakyat dan terangkat kepermukaan menjadi fenomena baru sebagai instrumen daya saing potensi daerah.
Pesta usai. Jangan-jangan kita hanya kebagian tukang cuci piring sepuluh ribu campor.
Rekor-rekor baru yang lebih konkret benar-benar digarap lebih serius oleh para stakeholder pegiat wisata dalam rangka memajukan dan mempromosikan kuliner khas Sumenep.
Mantap menikmati campor, mari kita ambil sisi positifnya !!
*Dewan Ahli Mata Madura