matamaduranews.com-Setiap tahun. Pemkab Sumenep melalui Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) Sumenep terus melakukan upaya memutus rantai penyakit anak-anak. Salah satunya melalui imunisasi Sub Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio.
Target sasaran imunisasi polio di Kabupaten Sumenep sebanyak 106.815 anak atau setara 95 persen.
Kegiatan imunisasi dilaksanakan sejak awal tahun, bulan Januari secara merata di seluruh Kecamatan se Kabupaten Sumenep.
Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep Achmad Syamsuri, menyampaikan, kegiatan imunisasi polio untuk mencegah kelumpuhan pada anak akibat polio.
”Target sasarannya adalah seluruh anak usia nol sampai tujuh tahun,” terang Syamsuri.
Dari laporan data yang masuk ke Dinkes P2KB. Kata Syamsuri, target 95 persen melebihi target. Yakni, mencapai 103 persen.
Setiap tahun. Target program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio oleh Dinkes P2KB Sumenep cukup tinggi.
Wajar pada tahun 2022 lalu,
Pemerintah Kabupaten Sumenep memborong tiga piagam penghargaan bidang kesehatan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, pada Puncak Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2022.
Tiga piagam penghargaan Gubenur Jawa Timur ini adalah Sumenep sebagai Kabupaten di Jawa Timur pencapai Imunisasi Tambahan Measles dan Rubella (MR) Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) minimal 95 persen, yang telah mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan telah lolos verifikasi penilaian Kabupaten sehat Provinsi Jawa Timur 2022.
Bupati Sumenep Achmad Fauzi mengapresiasi perangkat daerah dan masyarakat yang telah bekerja dengan baik, untuk mendukung menyukseskan program sektor kesehatan ini, karena pelaksanaannya benar-benar sesuai dengan target dan harapan bersama.
Syamsuri mengatakan, untuk sukses target 95 persen Imunisasi Anak Sehat di Sumenep. Setiap puskesmas tidak hanya melakukan imunisasi di satu tempat. Lebih dari itu. Puskesmas dan tenaga kesehatan juga bekerja sama dengan lembaga pendidikan salah satunya sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtidaiyah (MI).
Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep Samioeddin menyampaikan, bahwa memang sosialisasi kesehatan di Sumenep terbilang rendah, sehingga masyarakat terkadang lebih memilih was-was terhadap program pemerintah.
“Takut rata-rata, apalagi kemarin kasus di Puskesmas Batang-Batang itu (bayi meninggal) itu juga berdampak terhadap kepercayaan masyarakat bahkan menjadi takut untuk berobat,” terangnya.
Sumber: Radar Madura dan Kabar Madura