matamaduranews.com–BANGKALAN–Warga Kelurahan Mlajah, Kecamatan Kota Bangkalan mengeluh. Sebab, suara bising dan bau menyengat dari Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse dan Recycle (TPS-3R) dinilai sangat mengganggu kesehatan dan kenyamanan aktivitas warga.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Warga sekitar TPS-3R di Kelurahan Mlajah, inisial FT, mengatakan, keberadaan TPS-3R di wilayahnya tidak melibatkan warga. Tidak ada kesepakatan dari warga untuk pembangunan TPS-3R.
Akibat keberadaan TPS-3R itu, warga mulai bergolak. Karena suara bising dan bau sampah dari lokasi TPS-3R itu bikin resah warga.
Kata FT, warga tidak setuju adanya TPS-3R karena berdekatan dengan rumah warga. Apalagi lokasinya merupakan pintu masuk Perumahan-Lavender, Mlajah, Bangkalan. Juga dekat dengan warung makan dan ruko.
“Kami resah karena suara bising dan aroma bau tak sedap. Dari awal minim informasi dan sosialisasi kepada warga, jadi warga menuntut agar lebih diperhatikan lagi dampak lingkungannya. Apalagi alat mesin pencacah sampahnya cukup membuat resah warga karena bising,” keluh FT kepada Mata Madura, Rabu (17/3/2021).
Sementara itu, Supyani Ketua TPS-3R Kelurahan Mlajah mengaku sudah melakukan sosialisasi sebelum pembangunan TPS-3R.
“Semua RT dan RW sudah difasilitasi oleh Kelurahan Mlajah dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terkait pembangunan TPS-3R. Kondisi pandemi tidak memungkinkan untuk mengumpulkan semua orang. Jadi hanya sample dengan surat pernyataan tiga warga terdekat yang diantar ke rumah masing-masing,” jelasnya kepada Mata Madura.
Dikatakan dia, sampah yang mengeluarkan bau itu hasil sampah residu yang tidak bisa diolah. Karena terkendala peralatan. Sisa sampah hasil olahan diangkut oleh truk DLH.
“Apalagi peralatan yang digunakan untuk mengolah sampah masih manual. Karena alat yang mendapat bantuan dari pemerintah itu bunyinya bising dan dikeluhkan warga. Jadi kita mengalah untuk dikerjakan secara manual. Saat ini kami mencari solusi agar alat itu bisa diinovasi untuk tidak membuat warga resah, cara peredam kebisingan,” papar dia.
Hal senada disampaikan Lurah Mlajah Mustofa.
Katanya sosialisasi pada RT dan RW terkait pembangunan TPS-3R telah dilakukan sebelum dilakukan pembangunan.
“Setelah itu, tugas RT mensosialisasikan pada warganya. Karena jika harus disosialisasikan secara keseluruhan personil Kelurahan kurang memadai,” terangnya.
“Sebelum dibangun TPS-3R. Kami sudah melakukan sosialisasi,” tambahnya.
Soal kebisingan peralatan TPS-3R, Mustofa menjelaskan alatnya sudah tidak digunakan lagi.
Sudah sebulan yang lalu tak dioperasikan. Karena alat itu belum serah terima dengan Kementrian PUPR. Penerima tidak bisa merombak alat tersebut.
“Jika dirombak alatnya itu bisa jadi temuan. Instruksi dari DLH nunggu penyerahan dulu baru nanti alatnya bisa direnovasi. Dari bising mungkin nanti bisa dicarikan peredam bunyi,” ungkapnya.
Pantauan Mata Madura letak pengelolaan TPS-3R di Mlajah memang sangat berdekatan dengan pemukiman warga. Hampir berjarak kurang lebih 10 meter saja dengan tempat masyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan bersama.
Tidak jauh dengan pengelolaan TPS-3R tersebut. Ada warung penjual nasi. Dua ruko berjejeran utara dan selatan. Ke selatan dari TPS-R merupakan pintu masuk perumahan Lavender.
Diketahui juga pembangunan TPS-3R itu merupakan program Pemerintah Pusat. Bantuan dari Kementrian PUPR. Anggarannya Rp 663 Juta.
Terpantau di lapangan alat yang berada di tempat TPS-3R itu tidak ada yang difungsikan. Semua dilakukan secara manual untuk pengolahannya.
Syaiful, Mata Madura