Gaya Hidup

Kenapa MEC ‘Diberi Panggung’ Oleh Bupati Fauzi?

×

Kenapa MEC ‘Diberi Panggung’ Oleh Bupati Fauzi?

Sebarkan artikel ini

Catatan: Hambali Rasidi

Bupati Fauzi
Bupati Fauzi

matamaduranews.com-Madura Ethnic Carnival (MEC) bukanlah produk OPD Pemkab Sumenep. Tapi hasil kreasi Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS).

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Sama juga dengan Festival Musik Tong Tong, Jeren Serek, Ojung dan festival seni tradisional lainnya. Itu hasil kreasi warga Sumenep. Bupati Fauzi memberi ruang melalui kalender event setiap tahunnya.

Itulah model Bupati Fauzi dalam membangun Kabupaten Sumenep. Model Pentahelix yang selalu ia sebut.

Kepemimpinannya inklusif. Keragaman itu dianggap potensi. Kemudian dirajut dalam bentuk kolaborasi dan inovasi untuk memajukan Kabupaten Sumenep.

Bupati Fauzi tidak hanya bergerak lewat program-program “top down”. Ia membangun pola hubungan yang lebih hidup dengan berbagai stakeholder. Mereka didorong menjadi bagian dari proses.

Inilah yang terlihat ketika Bupati Fauzi mengajak KJS, pelaku UMKM, hingga berbagai paguyuban untuk menghidupkan kalender event Sumenep.

Wajar tema Calendar of Event 2025 adalah “Ngopeni Songennep”. Ada 110 event sepanjang tahun.

Sepintas. Berbagai event itu dinilai pemborosan. Tak nemmo lako, kata sebagian netizen. Tapi sejatinya: event-event itu punya banyak maksud. Seperti: menghidupkan ekonomi kreatif. Promosi kekayaan seni budaya Sumenep.

Yang tak kalah penting, sisi edukasi untuk generasi Sumenep. Bahwa identitas Sumenep adalah seni budaya yang wajib dilestarikan.

Lain lagi bicara pemberdayaan ekonomi. Para pelaku UMKM dan PKL dalam setiap event dilibatkan.

Dari itu semua. Bupati Fauzi seakan memberi pesan: membangun Sumenep bukan hanya kewajiban pemerintah. Tapi tugas bersama masyarakatnya.

Secara pribadi saya sampaikan takjub kepada KJS. Bukan dari komunitas seni budaya. Tapi KJS kreatif dan konsisten setiap tahun menggelar even MEC begitu wah. Sudah lebih 4 tahun. KJS menggelar event sejenis ini. Dengan hasil spektakuler.

Ternyata jurnalis juga bisa berkreasi asal diberi panggung. (hambali rasidi)