matamaduranews.com–Hiruk pikuk  pemberitaan media Bangkalan tentang manajemen RSUD Syamrabu, Bangkalan, Madura, Jatim ternyata mendapat respon dari netizen.
Salah satu akun facebook bernama Zakki Ramadhani membuat status yang menyulut sentimen para jurnalis Bangkalan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Kok bisa? Ya..dalam status yang ia unggah di akun facebooknya pada tanggal 20 Januari 2017 sekitar pukul 06.40 wib, Zakki Ramadhani menulis begini:
JAHATNYA MEDIA.
Ketika urusan perut menjadi hal nyata untuk diperjuangkan.
Entah itu halal atau haram yg penting ada uang untuk dibawa.
Yg 1 minta bayaran 10 JUTA untuk dimuat.
Yg 1 memang sengaja memuat realita.
Begitu tidak mau dibayar maka tidak dimuat.
Ketika hal buruk yg terjadi, dimuat dengan semangat dan membuat kata-kata untuk semakin memperburuk citra.
Padahal sesama masyarakat Madura tapi saling menjelekkan.dst……..
Menariknya, dalam status itu ada gambar koran Kabar Madura dan Radar Madura. Entah apa maksud tulisan bernada satir itu tapi bergambar koran harian kebanggan orang Madura.
Sedangkan akun bernama, Ahmad Mustain Saleh berkomentar, “Hmmn… hrus diperjelas tuh mas sapa yg malak bu direktur. Tapi yg jelas bam (wartawan RM) tidak ambil uang jatah dr bu dir yg dititipkan ke temen2 senior. Jadi RM nulis apa adanya dan berimbang. Kan iya senior Amin Sohib Ku Aliman Harish Gus Atep M Sodiq Ramadani. Nyolek Muchlis Aliwafha ga di lapangan saat itu takut kena SP😂
😂
😂
,” “Sapa tuh mas yg minta 10 juta… wes dicolek semua nie Jimhur Saros Amin Sohib Ku Mamad Taufik Milano Edo Aslinah Edo mustofa bisri Aliman Harish Muchlis Aliwafha Gus Atep Mathur Husyairi.. biar tak kemana mana….,” tulis wartawan senior Jawa Pos Radar Madura.
Sebelumnya, pada tanggal 19 Januari 2017 pukul 11.10 wib, Zakki Ramadhani menulis status berisi sindiran pedas terhadap beberapa pihak, tak terkecuali kepada para insan pers. Dia menulis begini:
Nasi sudah menjadi bubur. Keburukan ditambah keburukan. Minus ditambah minus maka semakin minus.
RS sudah jelek citranya di Kota sendiri, mbok ya mikirnya itu gimana caranya merubahnya untuk semakin memberikan pelayanan yg terbaik.
Sebagai pelayan tapi tidak mau melayani kan repot.
Syukur bukan contoh pemimpin arogansi. Masih selalu dimaafkan. Coba enggak, hilang semua itu mata pencahariannya.
Apa ya tidak mikir orang cari kerja itu masih banyak dan siap menggantikan posisinya.
Selalu kagum dengan langkah-langkah yg engkau ambil.
Smooth, nice, calm, patient, emphatic, but always forgive.
Itulah IBUKU!!!!…..dst
Dan pada tanggal ,Zakki Ramadhani menulis status yang lebih keras. Begini statusnya:
Bukti bahwa kurangnya pemahaman pemerintah melaksanakan amanahnya. Hanya buat kebijakan tapi tidak tau dilapangan seperti apa. Yg jadi kambing hitam akhirnya Pemimpin Rumah Sakitnya.
Banyak yg tidak tau betapa parahnya pailit keuangan di RS. Tapi masih banyak yg mementingkan Hak perorangan. Banyak provokator dan banyak pula yg mudah terprovokasi. Itu karena dangkalnya akal sehat dan iman seseorang sehingga tidak memiliki prinsip pribadi.
Tidak hanya 1 atau 2 RS. Tapi seluruh RS di indonesia. Inilah pemahaman wartawan yg dangkal otaknya. Karena jurnalis sekarang bukanlah jurnalis yg jujur tp kebanyakan sekarang adalah preman jurnalis dengan kepentingan bisnis.
Karena pemberitaan yg menyudutkan satu pihak akhirnya masyarakat pun terprovokasi. Mulai membandingkan RS swasta dengan RS negeri. Suatu perbandingan yg tidak cerdas. Dan itulah kondisi saat ini di masyarakat.
Semoga kedepannya pemerintah lebih solutif atas kebijakannya bukan hanya membuat kebijakan tp tidak memikirkan dampaknya.
Status di atas sempat ditanya sama akun facebook bernama Mathur Husyairi. Dia menulis, “Gmn dg rsud bangkalan?,” Dan Zakki Ramadhani menjawab, “Nah ini sudah ngomong diatas masih tanya ,”…
Mathur merasa belum puas atas jawaban akun yang diduga putra dari Direktur RSUD Syamrabu. Kepada MataMaduraNews.com, Mathur menyampaikan pesan begini, ” kalau memang terbukti ada wartawan seperti yang disebutkan oleh Zakki Ramadhani, seharusnya pihak rumah sakit sebagai lembaga profesional harus transparan dan mengatakan di depan publik.Rumah sakit itu harus terbuka jangan aparsemon (menyindir, Madura: red) seperti itu,” sebut Mathur.
Agus, Mata Bangkalan