matamaduranews.com–BANGKALAN-Ketua paguyuban Agen Brilink, Bangkalan, Madura, Abd Syafii menuding program Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) yang dulu bernama beras miskin (raskin), diduga dikendalian jaringan mafia di balik layar.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Pernyataan Syafii ini disampaikan setelah para Agen BriLink berkumpul dan mengeluh soal penyaluran beras program BPNT ke penerima .
Syafii bercerita, setiap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di Bangkalan mendapatkan voucher Rp 110 ribu. Voucher itu lalu ditukar beras dan telur di Agen BriLink. Namun, para KPM protes karena menerima kondisi beras yang sangat jelek.
Atas keluhan para KPM yang diterima BriLink, Syafii menyampaikan temuan penyaluran beras BPNT ke Bulog karena tidak sesuai kriteria. Syafii mencium ada pihak-pihak yang ingin menguasai beras BPNT dari Bulog.
Kendala lain yang dicium Syafii adalah para Agen BriLink terintimidasi dari oknum pendamping TKSK. Walau beras Bulog tidak memenuhi syarat, para Agen BriLink tetap dipaksa menerima kondisi beras jelek.
“Agen BriLink juga dipaksa oleh oknum kecamatan dan oknum di Dinsos agar menerima apadanya beras dari Bulog. Ini sudah terstruktur dan massif, dari atas sampai bawah ada kongkalikong yang tak bisa saya pahami,” ungkap Syafii kepada Mata Madura, Senin (28/10/2019) sore.
Menurut Syafii, beras dari Bulog yang dipaksa itu tidak memenuhi syarat. Syafii berdalih, kualitas beras Bulog jelek. Selain jelek, harga jual mahal.
“Jika beras tidak mengambil dari Bulog, para Agen BriLink diancam ke pihak berwajib (kepolisian). Ini bentuk teror yang diluar nalar,” keluhnya.
Syafii juga menyebut, para Agen BriLink juga diminta menyetor upeti kepada oknum Kecamatan di Bangkalan. Sayang, Syafii tak menyebut kepada siapa saja upeti itu harus disetor.
Dari temuan dan keluhan yang diterima Syafii, sejumlah KPM sebenarnya ingin voucher yang diterima bisa bebas memilih kualitas beras di Agen BriLink yang terdaftar. Ketika disodori beras kualitas jelek dengan kondisi beras banyak kutu dan berwarna hitam, para KPM sempat menolak. Tapi, para Agen BriLink dihadapkan sebuah ancaman.
Karena itu, Syafii sedang merapatkan barisan bersama para Agen BriLink di Bangkalan untuk merubah sistem dan alur penyaluran.
“Sudah 60 persen para agen bersedia merubah sistem dan alur distribusi. Yang terpenting kualitas beras bagus dengan harga terjangkau,” terang Syafii usai pertemuan dengan para agen BriLink, Senin sore.
Syaiful, Mata Bangkalan