Kesehatan

Cerita Perantau Sumenep di Jakarta; Takut Corona, Pulang Kampung Ramai-Ramai

Penumpang perahu saat turun di Pelabuhan Rakyat Tarebung Pulau Sapudi sejak beberapa hari ini langsung dihampiri petugas dari Puskesmas Gayam. Petugas menyemprotkan cairan sanitzer ke tangan pendatang dari luar Sapudi. (matamadura.piek)

matamaduranews.comJAKARTA-Pandemi Covid-19 alias virus Corona telah mencipta kehidupan baru di Ibu Kota Jakarta.

Banyak sektor ekonomi yang ikut terdampak. Apalagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat menyinggung kebijakan darurat sipil guna menekan penyebaran Covid-19 saat menggelar rapat terbatas hari Senin (30/3/2020).

Kekhawatiran Presiden Jokowi barangkali dipicu jumlah pasien positif Covid-19 di DKI tertinggi dibanding provinsi lain di Indonesia.

Hingga Minggu (29/3/2020) pukul 18.00 WIB, jumlah pasien sembuh dan meninggal dunia akibat Covid-19 bertambah dibanding hari sebelumnya.

Tercatat 701 pasien positif Covid-19 di provinsi DKI Jakarta. Jumlah pasien bertambah 74 orang dibanding Sabtu (28/4/2020). Sebagaimana tertera pada laman corona.jakarta.go.id.

Gubernur DKI Anies Baswedan pun menerapkan pembatasan sosial berskala besar terkait virus corona, sejak Senin (30/3/2020).

Sejak wabah corona Covid-19 merebak di Jakarta, pertengahan Maret lalu. Geliat ekonomi warga Jakarta ikut sepi.

Nanang Wahyudi, perantau Sumenep di Jakarta memberi kabar banyak mal yang tutup. Hanya beberapa mal yang buka.

“Hari ini (Senin, 30/3/2020) hanya tiga mal yang buka. Itu pun sepi pengunjung,” ceritanya

Toko-toko sembako dan pusat pertokoan sepatu bermerek di Taman Puring, Jakarta Selatan, tempat jualan para perantau Sumenep juga tutup.

Mereka para penjaga memilih tutup tak jualan karena sepi pembeli. Puncaknya, ketika jumlah wabah Corona kian merajalela di Jakarta.

Nanang Wahyudi saat dihubungi Mata Madura, mengaku sudah lama macet usahanya pasca wabah Corona.

Nanang salah satu importir sepatu bermerek. Nanang memilih tinggal di Jakarta mengikuti imbauan sang Gubernur Anies agar tak pulang kampung.

Namun, banyak koleganya asal Pulau Sapudi, Sumenep yang sudah pulang kampung. Tak seperti biasa, para keluarga rantau itu sebelum pulang kampung berkumpul terlebih dahulu sesama anak rantau di Jakarta.

“Banyak yang ketakutan, Bang. Usaha macet. Orang keluar rumah bisa dihitung. Jalanan sepi,” cerita owner Geslim Restro ini kepada Mata Madura via telpon, Senin malam (30/3/2020).

Nanang Wahyudi

Kata Yudik-panggilan akrabnya-,banyak pengusaha Sumenep di Jakarta memilih tutup usahanya. Selain ditinggal karyawan, juga tidak ada pembeli.

Bagi yang bertahan di Jakarta mengalihkan usaha jadi suplier masker dan sanitezer serta cairan disinfektan.

“Yang bisa bergerak dunia ekonomi di Jakarta ya jadi suplier kebutuhan pencegahan Covid-19,” ucapnya.

Nanang berharap, pandemi Corona segera berakhir. Dia tak membayangkan jika kondisi Jakarta terus vakum hingga tiga bulan ke depan.

Nanang berdoa semoga keluarganya di Pulau Sapudi, Sumenep diberi kesehatan. Luput dari virus Corona.

Kisah serupa disampaikan H Luthfi, perantau Sumenep yang memiliki puluhan toko sembako tersebar di DKI-Bekasi-Bogor-Cirebon.

Haji Luthfi kaget ketika mendengar banyak anak buahnya yang jaga toko memilih pulang kampung. “Banyak pulang anak buah. Sebagian pulang tanpa pamit. Ketakutan, katanya,” ucap Ji Luthfi saat dihubungi Mata Madura, Senin siang (30/3/2020)

Ada 30 karyawan toko milik Ji Luthfi yang sudah mudik lebih awal ke kampung halamannya di Pulau Sapudi. Mereka ketakutan untuk tinggal di Jakarta setelah wabah virus Corona.

“Suasana Jakarta sekarang sepi. Jalanan sepi. Banyak anak buah ketakutan pada virus Corona. Sehingga pulang tak pamit.” cerita Ji Luthfi.

Ji Luthfi mengaku tinggal sendiri di Jakarta. Menemani 4 karyawannya yang masih betah jaga toko di dekat rumah tinggalnya di kawasan Peninggaran, Kebayorana Lama Utara, Jakarta Selatan.

“Istri, anak dan cucu sudah mudik duluan. Tak tahu Pak. Apa saya juga pulang kampung. Kacau usaha di Jakarta, sekarang,” terang Ji Luthfi.

hambali rasidi

Exit mobile version