matamaduranews.com -Hari Kemerdekaan RI ke-80 bukan sekadar hitungan tahun. Ia adalah perjalanan panjang yang lahir dari keberanian, tekad, dan pengorbanan.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Bung Karno dan para pejuang rela menukar darah serta air mata demi berdirinya Indonesia yang merdeka dan berdaulat.
Kemerdekaan ini adalah hadiah terbesar bagi bangsa, tetapi juga ujian terberat. Sebab kemerdekaan bukanlah garis akhir. Ia adalah pintu, sebuah jembatan emas menuju cita-cita luhur: masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Delapan puluh tahun lalu, bangsa ini mengangkat senjata untuk menolak penjajahan.
Hari ini, kita mengemban tugas baru: menegakkan keadilan sosial, merawat persatuan, dan menghidupkan kembali semangat gotong royong di tengah derasnya arus zaman.
Kita boleh maju dengan teknologi, kita boleh menembus batas dunia digital, tetapi akar tradisi dan nilai luhur bangsa tidak boleh tercerabut. Sebab bangsa yang kehilangan jati dirinya akan mudah tersesat di tengah pusaran perubahan global.
Kemerdekaan adalah warisan, tetapi juga wasiat. Wasiat yang hanya akan hidup bila kita mengisinya dengan kerja nyata—membangun desa dan kota, menghadirkan pendidikan dan kesehatan yang lebih baik, serta menyalakan harapan di setiap rumah rakyat.
Bung Karno pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah, perjuanganmu lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Pesan itu kini menjadi nyata. Tantangan kita bukan lagi bedil dan meriam, melainkan ketidakadilan, kesenjangan, dan melemahnya persaudaraan.
Maka pada Hari Kemerdekaan RI ke-80 ini, mari kita menegaskan kembali makna perjuangan. Bahwa merdeka bukan hanya untuk dikenang, melainkan untuk terus dirawat.
Merdeka berarti hadir untuk rakyat, bekerja dengan hati, dan menyalakan harapan di tengah gelapnya tantangan zaman.
Sebagai bagian dari PDI Perjuangan, kami berdiri bukan hanya sebagai saksi sejarah, tetapi juga pelaku yang mengawal amanat kemerdekaan dari tingkat lokal hingga nasional. Karena kami percaya, kemerdekaan adalah amanat suci—amanat untuk memastikan rakyat hidup berdaulat, adil, dan sejahtera.
Hari ini kita tidak lagi berjuang merebut, tetapi berjuang mewujudkan. Kita tidak lagi mengangkat senjata, tetapi mengangkat tanggung jawab. Kita tidak lagi mempertaruhkan nyawa, tetapi mempertaruhkan masa depan generasi yang akan datang.
Delapan puluh tahun kemerdekaan adalah momentum untuk meneguhkan janji persatuan, menguatkan semangat kebangsaan, dan menghidupkan kembali api gotong royong. Dari Bung Karno, kita belajar bahwa persatuan adalah nafas bangsa. Dan dari persatuan itulah Indonesia akan terus tumbuh menjadi bangsa yang besar.
Merdeka bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari perjuangan tanpa henti. Mari kita sambung nafas persatuan itu, kita jaga amanat itu, demi Indonesia yang lebih berdaulat, adil, dan sejahtera.
Sumenep, 17 Agustus 2025
*Bupati Sumenep dan Ketua DPC PDI Perjuangan Sumenep