matamaduranews.com–BANGKALAN-Pelayanan RSUD Syamrabu Bangkalan dikeluhkan masyarakat setelah ada pasien yang diduga bayinya meninggal lalu dibawa pakai sepeda motor, bukan ambulans.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Jasad bayi berumur 32 hari itu dibawa pulang menggunakan sepeda motor setelah orang tua si bayi tak bisa membayar uang sewa ambulans.
“Anak saya meninggal di RSUD Bangkalan. Tak bisa bayar ambulans. Petugas menyuruh pakai sepeda motor,” cerita Abdul Mannan, ayah si bayi usai ikut aksi massa PMB di depan Pemkab Bangkalan.
Abdul Mannan, warga Desa Dabung, Gegger, Bangkalan itu mengaku ikhlas atas kepergian anaknya.
Hanya, Abdul Mannan tak terima karena ada seseorang yang hendak menawarkan uang kompensasi Rp 80 juta agar damai.
Katanya, uang itu dari RSUD Bangkalan.
“Tapi kami menolak uang tersebut. Jangan beli harga diri kami dengan uang,” ucap Abdul Mannan kepada Mata Madura usai demo PMB.
Abdul Mannan bercerita. Setelah 7 hari anaknya meninggal dunia. Ada aktivis dari salah satu LSM yang mengaku suruhan Bupati Bangkalan, Ra Latif dan pihak RSUD Bangkalan untuk memberikan uang kepada keluarga si bayi.
“Awal mulanya dia menawarkan Rp 10 juta. Tapi kami tidak mau,” ungkapnya.
Setelah itu, orang tersebut menawarkan kembali sebesar Rp 15 juta. “Tetap kami tolak,” tegasnya.
Beberapa hari kemudian, orang tersebut kembali datang dengan menawarkan kompensasi dengan besaran Rp 80 juta.
“Katanya uang tersebut bantuan dari Bupati Bangkalan dan Pihak RSUD Bangkalan,” terang Abdul Mannan.
Dengan rincian Rp 32 juta bantuan dari Bupati Bangkalan dan Rp 42 juta bantuan dari RSUD Bangkalan.
Bantuan Rp 80 juta itu, kata Abdul menirukan bahasa si oknum LSM-bisa dipergunakan untuk rehab rumah orang tua si bayi Rp 50 juta. Untuk isi rumah 20 juta dan sisanya untuk disimpan.
Abdul Mannan tak mau kematian anaknya ditukar dengan uang.
“Anak saya yang meninggal sudah gak bakal kembali lagi. Harga diri kami tak bisa dijual dengan uang meskipun kami orang miskin,” ucapnya dengan air mata.
“Permintaan kami hanya satu. Yaitu perbaiki pelayanan RSUD Bangkalan untuk kedepannya,” pintanya.
Cerita uang bantuan hingga Rp 80 juta kepada orang tua si bayi, juga disampaikan oleh orator aksi PMB di depan kantor Pemkab Bangkalan, Jumat siang (6/11/2020).
Menanggapi tuduhan yang membawa nama RSUD Bangkalan, Wakil direktur RSUD dr Farhat Surya Ningrat membantah dengan keras.
“Itu tidak benar. Kami Instansi RSUD tidak pernah memberikan uang kompensasi pada pasien dengan orang suruhan yang dituduhkan pada kami,” terang dr Farhat kepada Mata Madura.
Katanya, tuduhan itu tak berdasar karena pihak manajemen RSUD Syamrabu tak pernah melakukan hal seperti itu. Apalagi menggunakan orang suruhan untuk melakukan perdamaian.
“Jika perlu hal ini akan kami bawa ke ranah hukum karena ini fitnah,” tergasnya.
dr Farhat menegaskan, RSUD tidak pernah berusaha memberikan uang atas nama pribadi atau institusi.
“Jika memang ada dibuktikan. Cari oknum LSM tersebut siapa,” tambahnya.
Terkait soal pasien BPJS dan KIS yang ditelantarkan oleh RSUD Bangkalan dan kasus Ibu Muani yang setelah dioperasi di RSUD Bangkalan pasca mengalami kematian bayi dalam kandungan itu mengalami lumpuh usai Operasi.
“Masalah hal tersebut akan kami jawab dan klarifikasi satu persatu kasus tersebut di gedung DPRD Bangkalan pada hari Rabu (11/11/2020) mendatang,” paparnya.
Nantinya akan ada ruang terbuka, difasilitasi oleh DPRD Bangkalan juga dihadirkan peserta aksi. Tenaga medis dan dokter yang menangani pasien yang mengalami keluhan.
“Insyaallah akan menemukan jawaban dari semua keluhan masyarakat tersebut,” ungkapnya.
Jika memang ada yang kurang maksimal, dari RSUD nantinya akan kami perbaiki.
“Jika nanti ada yang kurang baik nisa menjadi bahan evaluasi kami nantinya,” kata dr. Farhat sembari menutup perbincangan.
Syaiful, Mata Madura