Opini

Hilangnya Kemuliaan Adab Penghafal Al-Qur’an

×

Hilangnya Kemuliaan Adab Penghafal Al-Qur’an

Sebarkan artikel ini
Belajar menghafal Al-Qur'an
Belajar menghafal Al-Qur'an. (Ilustrasi/Istimewa)

Dari kesalahan niat ketika menghafal Al-Qur’an inilah, berujung kepada hilangnya adab-adab penghafal Al-Qur’an seperti yang telah dicontohkan para ulama salafus sholeh di masa dahulu.

Oleh: Ayu Nur Aini*

Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!

Menjadi seorang penghafal Al-Qur’an yang sejati dibutuhkan tekad, usaha dan niat yang lurus dari awal proses menghafal hingga akhir. Ketika kita memulai menghafal Al-Qur’an berarti secara tidak langsung saat itu juga dibebankan kepada kita kewajiban untuk mengabdikan diri sepenuhnya kepada Al-Qur’an sampai akhir hayat.

Terlepas dari banyaknya cobaan yang dialami seorang penghafal Al-Qur’an selama proses menghafalnya, maka wajib pula untuk selalu meluruskan niat. Karena tidak sedikit dari mereka memiliki niat yang lurus di awal, namun seiring berjalannya waktu menjadi belok atau melenceng. Maka, memperbarui niat harus sering-sering dilakukan selama proses menghafal maupun muraja’ah (mengulamg hafalan).

Di era modern ini banyak sekali penghafal Al-Qur’an yang mengahafal tidak ditujukan hanya kepada Allah SWT semata. Sebagian mereka menghafal karena tuntutan orang tua, tuntutan pesantren, atau hanya mengharapkan ijazah guna mendapatkan beasiswa yang memang disediakan kepada para penghafal Al-Qur’an yang kini menjamur di banyak lembaga atau universitas di negara ini.

Parahnya ketika menghafal Al-Qur’an bukan lagi suatu hal yang dianggap sakral dan lebih dianggap menjadi sebuah tren masyarakat tanpa didasari oleh kesiapan diri menjadi seorang yang benar-benar menjaga kemuliaan Al-Qur’an. Dari kesalahan niat ketika menghafal Al-Qur’an inilah, berujung kepada hilangnya adab-adab penghafal Al-Qur’an seperti yang telah dicontohkan para ulama salafus sholeh di masa dahulu.

Allah SWT telah banyak menyebutkan kemulian dan keistimewaan penghafal Al-Qur’an dalam kitab-Nya begitu pula melalui hadits-hadits nabi. Namun alangkah baiknya kita tidak lupa pada ayat berikut ini:

‘Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar’ (QS. Fatir: 32).

Melalui ayat di atas kita ketahui bahwa mereka terbagi menjadi tiga golongan.

Pertama, dia adalah orang yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.

Kedua, Dia adalah orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, tetapi adakalanya dia meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunahkan dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan.

Ketiga, dia adalah orang yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang disunahkan, juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang dimakruhkan, dan sebagian hal yang diperbolehkan.

Maka kira-kira dari ketiga golongan di atas termasuk yang manakah kita? Lalu bagaimanakah adab-adab seharusnya penghafal Al-Qur’an seperti yang dicontohkan para sahabat nabi?

Disebutkan dalam kitab Attibyaan fii Adaabi Hamalatil Qur’aan karya Imam An-Nawawi, diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra, katanya: “Hendaklah penghafal Al-Qur’an menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Qur’an ketika orang lain sedang tidur dan siang harinya ketika orang lain sedang berbuka. Hendaklah dia bersedih ketika orang lain bergembira dan menangis ketika orang lain tertawa, berdiam diri ketika orang lain bercakap dan menunjukkan kekhusyukkan ketika orang lain membanggakan diri.”

Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali ra, katanya: “Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu, menganggap Al-Qur’an sebagai surat-surat dari Tuhan mereka. Maka mereka merenungkan pada waktu malam dan mengamalkannya pada waktu siang.”

Begitu pula diriwayatkan dari Al-Fudhail juga, katanya: “Penghafal Al-Qur’an adalah pembawa bendera Islam. Tidaklah patut dia bermain bersama orang yang bermain dan lupa bersama orang yang lupa, serta tidak berbicara yang sia-sia dengan kawannya untuk mengagungkan Al-Qur’an.”

Dan selayaknya pula seorang penghafal Al-Qur’an yang sejati, menghindari maksiat yang akan menyebabkan hilangnya hafalan. Karena diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, katanya: Rasulullah SAW bersabda: “Ditunjukkan kepadaku pahala-pahala umatku hingga (pahala) kotoran yang dikeluarkan seseorang dari Masjid. Dan ditunjukkan kepadaku dosa-dosa umatku. Maka tidaklah kulihat dosa yang lebih besar daripada surah atau ayat dari Al-Qur’an yang dihafal oleh seseorang, kemudian dilupakannya.” (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi).

Semoga kita menjadi hamba yang dimuliakan Allah SWT dengan Al-Qur’an dan dijauhkan dari golongan yang dinistakan Allah SWT dengannya. Wallahu a’lam bisshowab.

*Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) IAIN Madura.

KPU Bangkalan